Social Media

Image Slider

Satu Tahun Dua Belas Buku

18 February 2020
Di tahun 2019, saya pasang target ke diri sendiri. Saya harus baca buku sebanyak 12. Ya, dua belas buku!

Kupikir, apa susahnya membaca satu bulan satu buku. Target ini kutiru dari programnya Puty. Kalo target membacaku di bawah angka 15, Puty udah naro angka sampai 40. Gokil!

Terus bagaimana, apakah terkejar targetnya?


photo credit: nbc san diego
Entah apa ku harus bangga dengan pencapaian ini. Saya berhasil melampaui target tersebut. Seingatku, buku yang lahap kubaca ada 18 jumlahnya. Lebih baik dari tahun 2018 yang kayaknya cuma 12 buku. Target yang kubuat gak jauh-jauh dari yang jumlah yang normalnya saya baca dalam setahun sih.

Inilah evaluasi yang harus kutanamkan di tahun 2020: mencatat dan memotret buku. Dan keluar zona nyaman (tapi tentang zona nyaman ini nanti saja tahun 2021 :D).

Apa saja judul buku-bukunya, itulah yang saya lupa rinciannya. Coba saya catat seingatku ini ya:
Oeroeg
Di Kaki Bukit Cibalak
Para Priyayi
Na Willa
Gadis Kretek
Malika Maliha
Orang-Orang Oetimu
Njoto, Peniup Saksofon di Tengah Prahara
Aidit, Dua Wajah Dipa Nusantara
Sjam, Lelaki Dengan Lima Alias
Bukan Pasar Malam
Kota Djawa Tempo Doeloe
Pada Suatu Hari Ada Ibu dan Radian (Kumcer Kompas 2009)
Everything In Between
La Barka
Plantungan Pembuangan Tapol Perempuan
Kubah
Bandung Dalam Perangko
Nice Boys Dont Write Rock n Roll

Ada beberapa buku lainnya yang kubaca tapi belum selesai. Lantas kulupakan saja. Karena belum merasa tertarik saja.

Novel Oeroeg dan Orang-Orang Oetimu adalah bacaan terbaikku di tahun 2019.

Tahun 2020 ini saya pasang target baru. Gak muluk-muluk, saya belum berani mamatok angka besar. 15 buku aja dulu. Moga-moga buku yang saya baca bisa lebih banyak.

Sejujurnya ada perubahan yang saya rasakan dengan target membaca.

Pertama, saya gak merasa tertekan sama sekali. Justru sebaliknya, semangat dan antusias banget membacanya. Ada energi besar buat melahap buku-buku. Namun anehnya, kalau sedang banyak pekerjaan sehingga pikiran kusut, ya sudah saya pilih tidur aja. Baca palingan 3 halaman.

Kedua, saya rajin beli buku. Jujur saja buku yang menumpuk belum terbaca saya gak bisa hitung jumlahnya. Lemari buku bentuknya seperti ibu-ibu hamil 9 bulan, mau brojol. Merasa ada target, saya beli saja buku yang kayaknya bakal saya baca. Buku yang saya sukai. Lihat saja nanti, dibaca atau enggak. Benar kata suamiku, bila ada benda yang kami tidak merasa sia-sia membelinya itulah buku.

Ketiga, ada alarm bawah sadar di kepalaku yang berkata, saya gagal di bidang lain setidaknya target membaca buku janganlah gagal. Hahaha kurasa ini paradoksnya alasan pertamaku di atas. Katanya tidak tertekan, tapi ingat terus. Lho bagaimana sih!

Ya..ya...alarm itu tidak mempersulitku kok. Saya ingat, tapi dibawa santai saja. Pokoknya cari saja buku yang kamu sukai, itulah yang dibaca. Mau tebal, mau tipis, tidak masalah. Saya nih makin sadar kalau buku fiksilah yang saya cintai. Nonfiksi yang kubaca, pasti muter-muternya di tema sejarah dan perjalanan aja.

Saya juga sadar saya gak punya cukup uang untuk memenuhi hobi jalan-jalanku. Ditambah anak saya udah sekolah pula, biaya dan tabungan larinya untuk dia seorang. Oleh karenanya, buku kujadikan sarana hiburan. Sarana melarikan diri dari kepenatan hidup, meski yang kubaca kadang-kadang bikin penat juga. Setidaknya itu bukan masalahku hahaha.

Oh, saya punya target yang gagal. Saya pernah bilang mau nulis review buku-buku yang kubaca. Hasilnya? Sedikit yang berhasil kutuliskan. Itu juga tulisannya gak lengkap. Hanya kesan-kesan pendek. Gak apa-apa deh. Udah berusaha, masih berusaha.

Demikianlah cerita membacaku di tahun 2019! Beberapa resensi buku dapat kamu baca di kategori Books. Bisa juga dibaca di instagram @bandungdiary.


Simak Tips Sukses Berbisnis Online dengan Ninja Xpress

17 February 2020
Bisnis online adalah profesi baru di tengah melesatnya perkembangan internet. Selain bisa disambi dengan pekerjaan utama, berjualan di internet dapat juga jadi profesi utama. Bila ada yang sangat terbantukan dengan membuka bisnis online, salah satu jawabannya adalah ibu-ibu rumah tangga.

Untuk menjadi ibu dan memilih mengurus keluarga sepenuhnya hingga tak dapat bekerja ala pegawai kantoran, mereka memanfaatkan teknologi untuk berjualan dari rumah. Modalnya kemauan, smartphone dan kuota saja. Tinggal dipilih, membuat bisnis apa, menjual produk apa. Kapan waktu yang bagus untuk berjualan. Kepada siapa Anda memasarkan produk secara online. Lantas bagaimana cara memulai bisnis online itu?

photo credit

Cara Mulai Bisnis Online 

Mulai dari yang kita sukai 

Memulai bisnis, orang-orang bingungnya dagangin apa. Apa yang bakal laku? Harganya bagaimana? Pengen jual segala macam produk, memungkinkan tidak? Bila belum terbayang produk apa yang mau dibisniskan, perhatikan hal-hal yang kita suka. Suka ber-makeup? Nah bisa coba menjual produk-produk makeup dan skincare.

Gemar memasak? Sepertinya menarik kalau menjual jasa katering atau buka purchase order untuk menu tertentu. Sering traveling? Bagaimana jika buka jastip produk dari kota atau negara yang Anda kunjungi. Prinsip pertama jualan online adalah lakukan tanpa beban. Sambil menyelam dapat ikan, alias hobi dilakoni tapi juga untuk mendapatkan uangnya kembali. Lebih
menyenangkan kalau hobi justru menghasilkan untung.

Optimasi media sosial

Media sosial memuluskan bisnis. Orang yang terjangkau informasi bisnis kita bisa lebih banyak, kita gak hanya mengandalkan jaringan pertemanan. Media sosial juga dapat digunakan untuk beriklan. Anda dapat beriklan. Sesuaikan target pasarnya dengan profil produk.

Biasanya orang membuka media sosial untuk mencari informasi. Termasuk info berbelanja. Bila bisnis berjalan mulus, buka lowongan admin dan biarkan dia yang bekerja. Anda dapat fokus mengerjakan hal lainnya. Meski terlihat mudah, mengurus konten media sosial kalau dilakukan tiap hari pasti menantang. Delegasikan tugas pada orang lain untuk membantu Anda mengembangkan bisnis.

Membuat website

Toko online kebanyakan mengandalkan media sosial dan ecommerce. Namun, nilai lebih akan Anda peroleh bila toko dilengkapi website. Mengapa? Saat pembeli bertransaksi, mereka sign up terlebih dahulu. Di situlah data mereka akan Anda dapatkan. Dengan data yang ada di toko online website tersebut, pemetaan profil pembeli untuk mengembangkan bisnis lebih mudah dilakukan. Termasuk jika ingin membuat promo-promo menarik.

Website juga dapat menjadi media pengumpul email pelanggan. Saat Anda membuat newsletter harian atau waktu tertentu untuk menginfokan berbagai promo dan kegiatan seputar produk, data email pelanggan sudah di tangan.

Sesekali Mengikuti Bazar

Berjualan online memang menarik. Sesekali turun dari layar dan berdagang langsung, mengapa tidak. Ikutan bazar, misalnya. Berjualan di bazar seringnya tidak melulu bertujuan cari tambahan uang. Selain menambah portofolio pengalaman dan konten untuk media sosial, di bazar Anda dapat berjejaring dengan sesama pebisnis lainnya. Termasuk berinteraksi dengan pembeli secara langsung.

Konsistensi adalah kata kunci 

Memulai bisnis tidaklah sulit. Mempertahankan bisnis, itu yang lebih susah. Kebebasan berbisnis online adalah Anda dapat berhenti kapanpun Anda mau. Bisnis loyo, bisa langsung stop. Malas mengerjakan hal yang sama terus-terusan, bisa berhenti kalau mau. Bosan?Ya pindah haluan saja. Namun apa iya memilih berhenti tanpa dipikir matang adalah jalan keluar? Karenanya kesulitan bekerja dengan diri sendiri adalah mengalahkan diri sendiri pula. Sabar, tekun, dan giat adalah kunci.


Memilih partner jasa pengiriman 

Bisnis online pasti menggunakan jasa pengiriman. Cari ekspedisi yang terpercaya dan dapat diandalkan. Pilih Ninja Xpress untuk pengiriman barang. Paket yang dikirim dengan Ninja Xpress akan aman sampai tujuan. Pilihan pengiriman barang tersedia lebih dari satu macam. Kita bisa atur pilihan waktu jemput dan pengiriman paket.

Lokasi Ninja Point terdapat di mana-mana. Dengan menggunakan aplikasi Ninja Xpress, bantuan untuk penjemputan paket juga tersedia. Anda tak perlu repot keluar rumah. Status paket yang sedang dikirim secara real-time, dapat Anda telusuri melalui website maupun aplikasinya.

Tarif Pengiriman Ninja Xpress

Tarif flat bagi pebisnis online: Tarif Jabodetabek waktu pengiriman 1-3 hari sebesar Rp9.000. Jumlah paket yang dikirim minimal 10 bungkus. Tarif pengiriman ke Pulau Jawa selama 1-3 hari, ongkosnya Rp19.000. Jumlah paket minimal 10 bungkus.

Nah itu dia tips sukses bisnis online Ninja Xpress. Terima kasih sudah membaca kiat-kiat di atas. Selamat mencoba!


Cerita dari Konser Dewa di Bandung

16 February 2020
Malam itu saya gugup. Efek kegugupanku? Dompet ketinggalan. Padahal kubutuh KTP yang ada di dalamnya. Tiket konser jatuh entah di mana. Untung ku ingat di mana tiketnya kukeluarkan dari tas. Nah, jatuhnya dekat saja, 10 meter dariku. Masih rezeki emang dasar!

Kegugupanku yang ketiga: asam lambung naik. Saya hentikan dengan makan tepat waktu dan cemal-cemil. Juga kubawa minyak buatan Botanina yang dari judulnya saja sudah membantu meredakan sakit lambungku: Jaga Sukma.


Sungguh ribet nonton konser band kesukaan di umur kepala tiga ini. Badanku, saking antusiasnya, merespon dengan hal-hal yang tidak menyenangkan.

Anak 90an mana yang gak cinta dengan Dewa 19 dan Dewa?

Maksudku, lagu-lagu mereka yang mengiringi masa remajaku. Di umur-umur keemasan itulah mereka ada dan melekat kuat-kuat dalam ingatan. Ini pertama kalinya saya nonton langsung Dewa. Kurasa wajar kalau ku gugup.

Konser Dewa di Bandung berlangsung di ballroom Hotel Trans Luxury pada hari Sabtu (15/02/2020). Dalam jadwalnya tercantum, konser dimulai pukul 20.00 dan berakhir pada 22.30.

Pada kenyataannya, molor hampir satu jam. Mendekati jam 21.00 konser pun mulai. Dewa membuka pertunjukkannya dengan Arjuna Mencari Cinta. Beugh semua kegugupanku bukan saja hilang, entah energi darimana padahal saya lagi capek banget, saya langsung loncat-loncat dan ikut mengejar suara Once yang tinggi banget!

Lagu berikutnya yang menghantam telinga kami tanpa ampun: Angin, Dewi, dan Kosong.

Once gak banyak ngomong. Sekalinya ngomong juga garing. Hahaha. Kaku sekali, Once. Gak apa-apa, saya tetap menyukaimu, Maz Once! 

Lantas Ahmad Dhani yang kukira ada di panggung, ternyata baru muncul di lagu ke-5. Ya maaf saja, saya bisa melihat panggung, tapi bagian atasnya. Hahaha. Personel Dewanya sama sekali gak terlihat!

Dhani muncul dengan lagu Queen berjudul Now I’m Here. Heboh sekali. Ini konser pertamanya setelah ia keluar dari penjara. Makanya ia setel kemunculannya di konser agak istimewa begitu.


Lagu-lagu yang dinyanyikan Dewa setelah Queen itu:
Mati Aku Mati,
Pupus,
Perempuan Paling Cantik,
Sedang Ingin Bercinta,
Cinta Gila,
Kangen,
dan Mistikus Cinta. 

Sebisa mungkin saya ikut nyanyi semua lagu tersebut. Saya sadar betapa kumenjiwai semua lirik-liriknya ahahahahahaha. Gokil aku senang!

Ada yang saya gak hapal liriknya. Bahkan ada lagu yang saya gak sukai sama sekali (Sedang Ingin Bercinta terutama sih, sebab pas lagu itu pas Dhani proses berpisah dengan Maia. Kurasa itu lagu buat Mulan Jameela. GEULEUH!).

Kupikir waktu akan terasa lama saat kuikut bernyanyi dengan Once. Ternyata waktu terbang ya. Satu jam terasa lima menit saja. Konser ini dibagi jadi dua sesi. Sesi pertama yang kusebut di atas lagu-lagunya.

Sesi kedua adalah lagu-lagu Bintang Lima.

Di antara sesi tersebut ada sesi istirahat selama 15 menit. Selama nunggu sesi-2, penonton kembali duduk selonjoran dan minum air banyak-banyak. Tenggorokan kering hahaha.

Nah di sesi kedua dimulai, suasana makin panas. Lagu dari album Bintang Lima keluar. Urutannya juga sama dengan album kaset.

Waktu intro Roman Picisan yang mana langsung masuk ke lirik, uuuuuuhhhh saya kembali bergejolak. Apakah saya sedang bermimpi, mengapa ini terasa sureal, kubernyanyi dengan mata tertutup…

“Cintaku tak haruuuuuuussss…miliki dirimuuuuu….meski perih mengiris-iriiiisss…iris segala janjiiii….”

Bahagianya saya malam itu udah gak jelas lagi bentuknya bagaimana. Bintang Lima adalah salah satu album terbaik dalam hidupku sepanjang sejarahku dengerin musik. Rasanya ku ingin singgah sebentar ke tahun 2000 dan berkata pada Ulu yang sedang nunggu-nunggu videoklip Roman Picisan ditayangkan di program acara RCTI Clear Top 10 terus bilang: Lu, kamu nonton konser mereka di tahun 2020! 

Saya cuma yang...saya gak ngerti lagi...saya senang...saya kayak...duh gimana jelasinnya ini ya....

Meski sound dalam ballroom itu kacau menurutku, tapi rasa sentimentil yang muncul karena Bintang Lima dinyanyikan di hadapanku langsung begitu...saya tuh...aduh gimana ya...mau nangis! mau ketawa! mau teriak sekencang-kencangnya!

Saya ingat sekali di mana saya jatuh cinta dengan album Bintang Lima di tahun 2000 waktu itu! 

Konser ditutup dengan lagunya Queen berjudul Radio Gaga. Kuperhatikan, gak banyak yang hapal lagu tersebut, kecuali suamiku dan orang-orang seumurnya. Hahaha!

Konser band apa yang ditutup sama lagunya Queen? Ya konser Dewa semalem itu. Sebegitu cintanya Dhani dengan Queen. Iya, saya setuju Queen adalah legenda, cuma...gimana ya nutup konser sendiri pake lagu orang. Sekelas Dewa pula. Kurasa, lagu Sayap-Sayap Patah udah cakep buat nutup konsernya dan membuat puncak konser terasa monumental.

Konser Dewa memanglah menyenangkan! Tapi gak setinggi harapanku, gak terlalu memikat dari segi teknis acara, sebab:
(1) Ballroom hotel adalah tempat yang amat sangat buruk untuk pertunjukan konser musik.
(2) Konser semalem adalah konser Dewa. Bukan Dewa 19.

Feelingku bilang saya akan nonton konser Dewa lainnya, termasuk yang konsernya featuring Ari Lasso. Gak tahu kapan :D 

Mengutip Felix Dass, berhentilah bikin lagu baru, Dhani. Sering-sering saja konser dan membawakan lagu-lagu lawasmu yang brilian jenius luar biasa itu.




Waktu Hujan Sore-Sore di Kota Tasikmalaya

14 February 2020
Sore-sore waktu itu. Hujan kecil-kecil. Kami berjalan kaki sepanjang jalan HZ. Mustofa. Di kota Tasikmalaya.

Payung cuma bawa satu. Kecil pula. Untuk kami bertiga mana muat. Akhirnya payung disimpan saja di tas. Kena gerimis bersama-sama lebih menyenangkan.

Hari minggu sore, sebelum kami pulang ke Bandung, kusempatkan berjalan kaki karena...ya ingin saja. Sepanjang jalan ini sibuk betul. Toko-toko tutup. Trotoar bebas PKL. Lengangnya seperti kota Bandung di hari pertama bulan puasa. Benar-benar kota yang sibuk ini Tasik. Hehe. 




Kami bebas berjalan kaki di trotoar. Sayangnya di sini trotoarnya licin amat! Kami berjalan lamban khawatir tiseureuleu.

Baik, rencana pertama: beli oleh-oleh. Eh toko oleh-olehnya tutup.

Ya sudah. Intip-intip cengkih saja di pertokoan barang hasil bumi. Lah tokonya tutup juga. Ada empat toko hasil bumi, semuanya tutup.

Bagaimana bila nongkrong sambil menyesap segelas teh anget? Kami melihat ada warung yang kelihatannya nyaman ditongkrongi. Tapi dipunten-punten, gak ada orang yang muncul dari warungnya. Kosong gak ada orang. Ya sudah kami jalan terus.

Haha bagaimana ini? Gak ada satu rencana pun terwujud. 

Nah akhirnya ada kerumunan. Keramaian. Di mall. Gak heran :D

Di mall Asia kami makan sebanyak-banyaknya. Kehujanan bikin perut ekstra lapar. Obat kehujanan adalah makan, minum, dan istirahat. 

Kuminum antangin. Indra makan, dia akan sehat-sehat saja selama perutnya terisi makanan. Kubil kekenyangan, satu-satunya yang berganti pakaian karena basah hanya dia. 

Kami ibu bapanya kuatlah baju rada basah, seoama ada antangin dan perut sudah makan. Hehe.

Kulirik jam di pergelangan tangan. "Jam 5, cabut yuk?"

Menuju stasiun kereta api, kami memesan taksi online saja. Jalan kaki lagi gak mungkin, sebab kaki-kaki ini macam dirantai: berat dan pegal.

Seringkali kuingin punya banyak waktu bila sedang berkunjung ke kota lain. Supaya bisa jalan kaki lebih jauh. Melihat lebih banyak. Namun saya harus belajar puas hati bahwa yang kutengok dari dekat hanya secuilnya Tasikmalaya, gak apa-apa. 

Liburan ala orang asia yang hidupnya rusuh yang begini. Libur sehari dua hari tiga hari. Abis itu rusuh pulang. 

Gak apa-apa. Besok mungkin kembali lagi ke sini, ke Tasikmalaya. Bertemu kue Puli dan makan Kembang Gedang di Lapangan Dadaha. Terus beli oleh-oleh Tasikmalaya di Toko Rahma. Juga toko hasil bumi itu, saya penasaran toko macam apa itu.





Pesan Untuk Menjalani Kehidupan yang Rumit Berdasarkan Novel Bekisar Merah - Ahmad Tohari

13 February 2020

Bekisar Merah-nya Ahmad Tohari masuk ke daftar 10 novel terbaik yang pernah kubaca. Plotnya yang berlapis-lapis, karakternya ada banyak tapi gak pusing bacanya, ditambah drama antara Lasi dan Kanjat yang romantis, getir dan sedikit menggemaskan. 



Sejujurnya agak sinetron sih konflik di novel ini. Karena bertumpuk itu konfliknya meski Lasi yang jadi poros permasalahannya. 

Baik gak usah berlama-lama. Saya kan bulan lalu ikutan #30haribercerita. Nah di hari tertentu ada tema: tips. Saya sempat bingung ngasih tips apa. 

Terus saya ingat pernah mencatat beberapa kalimat dari Bekisar Merah. Yang tadinya saya unggah ke instagram, saya taro juga di sini ya. Siapa tahu kamu sedang dalam kondisi tersesat dalam enegnya kehidupan dan sedang berseluncur di dunia maya dan mendadak nyangkut di sini. 

Tips menjalani kehidupan yang rumit ala Pak Ahmad Tohari:
⁣⁣⁣
1. Jangan tergesa-gesa⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
2. Siapa menerima uang (cuma-cuma), harus mau kehilangan sesuatu sebagai penukarannya⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
3. Makin sungkan kamu menerima akibat perbuatan sendiri, makin berat beban batin yang akan menindih hati⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
4. Berdamai dengan nasib buruk⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
5. Agar bisa hidup tenang, orang harus selalu eling. Tidak mengumbar keinginan⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
6. Tidak ada larangan orang punya keinginan, asal baik dan tak melewati batas kebutuhan⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
7. Bila tak diberi batas, keinginan mudah berubah jadi nafsu⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
8. Pengetahuan atau kepercayaan, baru bermanfaat bila sudah menjadi dasar perilaku⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
9. Kalo kamu masih percaya, berdoalah. Berdoa dengan sepenuh hati dan jiwa⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Demikian. Selamat mencoba tipsnya Pak Tohari bagi teman-teman yang sedang dilanda 'badai angin topan' dalam kesehariannya. 

Boleh dibaca juga novelnya, Bekisar Merah ya judulnya. 



Sukacita Menulis Untuk #30HariBercerita

12 February 2020
Ini tahun 2020 dan pertama kalinya saya mengikuti program tahunan di Instagram: #30HariBercerita. Gokil ku sungguh tidak menyangka bahwa program tersebut amat sangat menyenangkan buatku dan membuatku ketagihan!

Di tahun-tahun sebelumnya, saya pembaca aja. Baru sekarang kuputuskan, baiklah saya akan menulis caption 30 hari! Hahaha. Sebuah tekad yang syukur alhamdulillah dapat konsisten kulakukan.

Saya baru ikutan menulis #30HBC di hari ke-4. Saat saya berada di Tasikmalaya. Ugh tidakkah itu monumental, maksudku pertama kali ku menulis caption dengan sungguh-sungguh di kamar sebuah hotel di Tasikmalaya untuk #30HBC. Hujan waktu itu. Saya dan Indra baru saja makan baso bakar dan pizza lokal. Selamanya saya akan mengingat momen tersebut. Momen menulisnya, bukan cuma pizzanya :D


Cerita pertamaku di #30HBC tentang polisi kereta api yang menggiring saya dan Gele sebab kami gak bayar tiket untuk Kubil. Hahaha. Kubil kan umurnya udah 4 tahun. Polsuska marah-marah. Sebab yang gratis duduknya anak umur 3 tahun. Hmmmmpppffftttt....

Tahu gak. Saya mau ikutan #30HBC mulanya ragu-ragu. Akun saya namanya @bandungdiary. Saya mau cerita apa tentang Bandung tiap hari begitu.

Deskripsi Gedung Merdeka?
Ngeluh kemacetan?
Review kafe?
Itinerary liburan ke Lembang?

Apa coba hahahaha bingung karena nama. Namun kuingat-ingat lagi. Akun @bandungdiary adalah akun personal bukan akun wisata. Sepantasnya saya cerita segala macam yang saya sukai saja. Ngapain dibatas-batasi segala (walo yha, saya membatasi diri dalam bercerita detail keluarga di medsos).

Kemudian ya begitulah mengalir saja tulisan-tulisan pendek #30HBC. Ada hari di mana saya bolos menulis sebab saya tidak sanggup memenuhi tema yang admin berikan. Ya daripada maksa-maksa bari gak suka, saya tidak ikutan saja. Esoknya ya nulis lagi.

Ada tulisan panjang. Banyak tulisan pendek. Dari 30 hari kami bercerita di Instagram, ada enam hari saya 'gak hadir'. Sisanya, tulis terooozzzzz!

Seneng ya. Tiap hari nunggu-nunggu mau nulis apa ya, ada tema khusus gak. Hihihi. Antusias sekali. Andaikan rasa bahagia menanti-nanti 'tugas menulis' seperti ini kurasakan dulu sewaktu duduk di bangku sekolah dan perkuliahan...

Saking antusiasnya, seolah-olah ada 'hewan peliharaan' di dalam jiwa saya yang bakal marah kalo saya gak nulis satu hari aja untuk #30HBC. Aneh memang hahahaha. Kecuali tema yang susah sih saya putuskan gak ikut karena emang gak bisa ahahaha. Makin tua kamu makin jago dalam menerima kemampuan diri sendiri memang ahahaha apaan sih ini saya nulis apa tuatua maksudnya apa hhmmmmmfffttt...


Secara statistik, ada enggagement lebih daripada biasanya dari efek #30HBC. Followers nambah meski gak banyak. Tiap postingan ada yang save post. Langka sekali hahaha. Mana saya direpost satu kali oleh adminnya.

Namun cukuplah angka-angka duniawi itu. Hal itu kuanggap minor sebab kebahagiaan dalam menulis yang kurasakan di #30HBC jauh lebih penting!

Makasih banyak, #30HariBercerita!

Tak sangka sebulan sudah berlalu. Hari-hari kemarin kurindukan, hari-hari besok...entahlah bagaimana. Dihadapi saja.

Oiya saya juga suka membaca postingan teman-teman yang mengikuti program serupa. Dibanding mereka yang saya gak kenal, saya lebih menyukai cerita teman sendiri. Ada juga memang yang gak kenal di dunia nyata. Karena saya follow mereka, jadi berasa dekat aja. Hahaha. Ya begitulah.



Sore itu di Hadapan Ayam Suniaratu

11 February 2020
Kamu pernah gak melihat foto atau lukisan terus di dalam hati kok rasanya seneng gitu lihatnya. Kayak ada bunga-bunga mekar di dalam kepalamu dan hal-hal kayak itu membangkitkan perasaan romantis, sentimentil, dan jatuh cinta. Agak suram, tapi ya...seneng.⁣⁣


⁣⁣Itulah yang kulihat dan kurasakan saat berdiri sehabis hujan. Jam tujuh malam di pojok Suniaraja. Dan itu bukan foto atau lukisan.⁣⁣
⁣⁣
Cuma perkara mau beli ayam goreng Suniaratu, menuju ke sana jalan kaki sedikit, lantas mengapa perasaan saya sudah terhibur. Makan aja belum. ⁣⁣
⁣⁣
Jalanan basah. Hujan murupuy. Kuhindari genangan air, berjalan pelan takut tiseureuleu. Kuperhatikan genangan air berkilauan. Diam dan kotor. ⁣⁣
⁣⁣
Jalan Pecinan Lama hening. Beberapa toko bangunan tutup. Yang masih buka adalah warung-warung makan yang sepi. Suram. ⁣⁣
⁣⁣
Di depan warung nasi padang, mobil ekspedisi parkir. Suara sayup-sayup musik dangdut berasal darinya. Kabel-kabel listrik semrawut. Bangunan tua compang-camping dindingnya. Ayam Suniaratu gemerlapan.

Saya berdiri menghadap Jalan Suniaraja, abis beli kerupuk terasi. Sewaktu siap-siap nyebrang menuju lapak Suniaratu itulah saya bengong sebentar. Memandang...ya itulah, panorama yang sebut di paragraf-paragraf atas. ⁣⁣
⁣⁣
Waduh cakep banget pemandangannya. Gitu dalam hati ini bilang. Kamu mungkin gak setuju. Gak apa-apa, sebab menengok dari foto begini yang kelihatan cuma poek, pedagang kaki lima, becek, truk, gedung-gedung gak jelas. Suram emang. ⁣⁣
⁣⁣
Coba kalo kita jalan bareng kemarin. Ada di sana sama-sama. Kena gerimis sama-sama. Kena becek sama-sama. Kita ngobrol. Mungkin apa yang kurasakan itu, kamu alami juga. Tapi kemarin ku jalan sendiri. Bengong sendiri. Senyum-senyum sendiri.⁣⁣





Membaca Na Willa

09 February 2020
Saya beli buku ini di bulan September 2019. Di bazarnya Bandung Readers Festival yang berlokasi di Gedung Sate. 

Baru ku tamat membacanya di bulan Januari 2020. Bukan maksudku menumpuk-numpuk buku, tapi tiap buku ada takdirnya untuk dibaca, bukan? :D 


Dalam buku diceritakan anak kecil namanya Na Willa. Tokoh utamanya ini umurnya 5 tahun. Ibunya ia panggil Mak. Ayahnya Pak. Rumahnya di dalam gang. Sesuai umurnya, dia senang bermain. Willa ini bocah riang yang berani dan lucu! Khas anak-anak tingkahnya polos. 

Mak sama aja kayak ibu-ibu lainnya, bawel dan marah-marah mulu wkwkwk. Akan tetapi, Mak ini pinter jawab kalo Na Willa bertanya. Tahu sendiri kan anak-anak bagaimana pertanyaannya. Kurasa keterbukaan dan kedekatan Na Willa dengan ibunya menjadikan dia anak yang penuh kasih sayang dan berani mengemukakan opininya. Ya opini anak umur lima tahun yang suka dibacain buku sama ibunya sebelum tidur, kebayang gak? :D 

Na Willa punya teman-teman. Temannya adalah tetangga-tetangganya. Ada teman yang baik, ada juga yang suka ngece-ngece. Fyi, Willa ini minoritas. Dia kristen dan keturunan tionghoa.

Ada anak yang berteriak menyebutnya Asu Cino, Willa balas itu anak, menarik kakinya sampai dia terguling, tangannya Willa injak. Lantas Mak balik memarahi Willa: kamu memang cino, bapakmu cinooo! (Cerita ini cuma sepotong, kamu harus baca cerita utuhnya agar tahu gimana menyikapi cerita asu cino ini).

Willa emang berani banget anaknya! Saya sungguh menyukainya, sebab dia gak jahat sama orang lain, tapi dia nih kecil-kecil udah punya sikap aja gitu hahahaha.

Ada kelas ngaji di rumah Farida, tetangga Na Willa. Terus Willa pengen ikutan nimbrung. Dibolehkan oleh ayah ibunya, juga Maknya. Orang lain pada pake hijab, Na Willa pake...sprei buat nutup rambutnya, terus maknya ngambek, sebab spreinya baru aja kering dan bersih sih.

Hadah Willa...Willa...hahahaha!

Emang cerita di bukunya lucu-lucu. Akan tetapi makin nambah halamannya, bobot cerita makin 'berat'. Karena perspektifnya anak-anak aja jadi kelihatan ringan. Dan justru dari mata Na Willa, kesedihannya tambah berat.

Seperti, waktu Mbak Tin tetangganya dinikahkan paksa sama bapak-bapak (dari cerita, Mbak Tin kayaknya masih muda banget). Terus bagian Dul teman mainnya, kakinya kelindes kereta api. Terus tentang guru TK yang galak dan teman-temannya yang rasis.

Bukunya gak berceramah. Kekecewaan diperlihatkan. Kesedihan ditampakan. Namun penyampaiannya implisit, halus aja gitu. Kurasa disitulah menariknya. Ketawa tapi sedih. Hhhh hidup ini memang...

Baca deh Na Willa karya Reda Gaudiamo ini. Menghibur sekali, kumerasa diceramahi pula walo gak ada ceramah-ceramahnya ini buku. Reda menulis tiga buku. Saya sudah membaca dua bukunya. Aku, Meps, dan Beps. Dan Na Willa. Buku berikutnya akan kubaca juga, entah kapan. Tapi pasti ;)