tag:blogger.com,1999:blog-50020105643895632912024-03-16T08:09:46.049+07:00Bandung DiaryNurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.comBlogger664125tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-42438448252468176942023-12-23T12:00:00.007+07:002023-12-24T08:04:39.143+07:00Rumah Zakat Gelar Indonesia Mendongeng ke-10 Angkat Tema Kisah Palestina<p>Sembilan tahun berturut-turut <b><a href="Rumah Zakat Gelar Indonesia Mendongeng ke-10 Tentang Palestina Sembilan tahun berturut-turut Rumah Zakat rutin menyelenggarakan program Indonesia Mendongeng pada akhir tahun tepatnya bulan desember. Kegiatan yang diselenggarakan di banyak titik seluruh Indonesia secara serentak ini ditujukan untuk mengisi kegiatan libur sekolah. Puluhan ribu anak-anak dari Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) berpartisipasi dalam acara tersebut. Indonesia Mendongeng ke-10 bergulir 25 Desember 2023 mendatang serentak di 57 titik, 29 kota/kabupaten, dan 17 provinsi diikuti 30.000 santri TPQ. Event di Bandung berada di Rabbani Buah Batu sementara di Jakarta digelar di Taman Margasatwa Ragunan. Tiap tahunnya Indonesia Mendongeng menyajikan tema berbeda-beda dan meggandeng komunitas dongeng yang ada di kota masing-masing. Tema tahun 2023 adalah Santri TPQ Cinta Sesama dan Semesta. Pelaksanaan kegiatan berisi cerita, aneka lomba, dan dongeng tentang sejarah Palestina. Dalam Indonesia Mendongeng Rumah Zakat senantiasa mengedepankan tema-tema edukatif, mengajarkan hal-hal baik, semangat berbagi dan kepedulian kepada saudara-saudara yang membutuhkan. “Mengingat saat ini saudara saudara kita di Palestina sedang berjuang mempertahankan tanah tumpah darah mereka. Dan kita selaku umat muslim, perlu bersuara dan berdoa untuk keselamatan saudara saudara kita di Palestina. Oleh karenanya di edisi satu dekade ini kami juga mengajak para santri dan anak anak Indonesia untuk menyisihkan infak terbaiknya untuk Palestina,” ungkap Al Razi Izzatul Yazid selaku Kepala Divisi Humanitarian Rumah Zakat. Hingga saat ini Rumah Zakat sudah menyalurkan bantuan 32.671 paket makanan siap saji, 1.515 paket obatan-obatan ke RS Gaza, 2.472 paket food basket, 180 pakaian musim dingin, 207 hygiene kits, 3.640 kaleng kornet Superqurban, 3 truk kontainer bermuatan full-logistic dari Cairo-Gaza, 3.500.000 liter air bersih, dan 2 titik Desalinasi Air Laut. Untuk pekan 3 dan 4 Rumah Zakat akan menyalurkan 10.000 makanan siap saji, 1.000 food basket, 2.400 sandang musim dingin, 2 titik Aksi Siaga Sehat, 1 unit ambulans, dan 2 unit Desalinasi Air Bersih. Awal Mula Indonesia Mendongeng Rumah Zakat Rumah Zakat adalah lembaga filantropi yang mengelola zakat, infak sedekah, serta dana sosial lainnya melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Indonesia Mendongeng lahir di Rumah Zakat Kota Solo ditujukan mengisi libur sekolah akhir tahun. Melihat kegiatan yang baik tersebut Rumah Zakat berinisiatif merancangnya sebagai acara rutin tahunan tidak hanya di satu kota saja tapi juga banyak kota dan titik seluruh Indonesia. “Dalam setiap programnya Rumah Zakat berusaha memenuhi tiga ruh perjuangan yaitu membahagiakan, memberdayakan, dan menyelamatkan. Indonesia Mendongeng adalah bagian dari edukasi pada anak-anak untuk bahagia tidak hanya sekedar lahir tapi juga batinnya,” tutur Chief Program Officer Rumah Zakat Muhammad Sobirin. " target="_blank">Rumah Zakat </a></b>rutin menyelenggarakan program Indonesia Mendongeng pada akhir tahun tepatnya bulan desember. Kegiatan yang diselenggarakan di banyak titik seluruh Indonesia secara serentak ini ditujukan untuk mengisi kegiatan libur sekolah. Puluhan ribu anak-anak dari Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) berpartisipasi dalam acara tersebut. </p><p> </p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUju_P68jXYdNSRYVpwK4ex5w1rVfyL4PWQBGSi45Fwp7XaJ6YFyg41jolCk4M_QcL8t6SSYlkdXwJiAU3xppSgkHYNPoGUy33MjS0MAm-RWRHTzhhFbd7EXceLlL3lTtPUCls2RcTvoa753idLVPKvZRMK7_WzcpMCHWL6mtToWWEUY74OkNZfhhT3hN2/s4624/indonesia%20mendongeng.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Rumah Zakat Indonesia Mendongeng ke 10" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUju_P68jXYdNSRYVpwK4ex5w1rVfyL4PWQBGSi45Fwp7XaJ6YFyg41jolCk4M_QcL8t6SSYlkdXwJiAU3xppSgkHYNPoGUy33MjS0MAm-RWRHTzhhFbd7EXceLlL3lTtPUCls2RcTvoa753idLVPKvZRMK7_WzcpMCHWL6mtToWWEUY74OkNZfhhT3hN2/w400-h300/indonesia%20mendongeng.jpg" width="400" /></a></div><p><br /><br />Indonesia Mendongeng ke-10 bergulir 25 Desember 2023 mendatang serentak di 57 titik, 29 kota/kabupaten, dan 17 provinsi diikuti 30.000 santri TPQ. Event di Bandung berada di Rabbani Buah Batu sementara di Jakarta digelar di Taman Margasatwa Ragunan. <br /><br />Tiap tahunnya <b><a href="https://mediaindonesia.com/bumipasundan-berita/639395/rumah-zakat-gelar-indonesia-mendongeng-di-17-provinsi" target="_blank">Indonesia Mendongeng</a></b> menyajikan tema berbeda-beda dan menggandeng komunitas dongeng yang ada di kota masing-masing. Tema tahun 2023 adalah Santri TPQ Cinta Sesama dan Semesta. Pelaksanaan kegiatan berisi cerita, aneka lomba, dan dongeng tentang sejarah Palestina. <br /><br />Dalam Indonesia Mendongeng Rumah Zakat senantiasa mengedepankan tema-tema edukatif, mengajarkan hal-hal baik, semangat berbagi dan kepedulian kepada saudara-saudara yang membutuhkan. <br /><br />“Mengingat saat ini saudara saudara kita di <a href="https://www.kompas.tv/internasional/471367/dewan-keamanan-pbb-setujui-resolusi-bantuan-ke-gaza-namun-tanpa-desakan-penghentian-pertempuran" rel="nofollow" target="_blank">Palestina sedang berjuang</a> mempertahankan tanah tumpah darah mereka. Dan kita selaku umat muslim, perlu bersuara dan berdoa untuk keselamatan saudara saudara kita di Palestina. Oleh karenanya di edisi satu dekade ini kami juga mengajak para santri dan anak anak Indonesia untuk menyisihkan infak terbaiknya untuk Palestina,” ungkap Al Razi Izzatul Yazid selaku Kepala Divisi Humanitarian Rumah Zakat. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsGGc6zv-tTn-l8gFWaQAOtERkKwLcJPnVy-QKSizSS9zy5wZln8bHilS8j_Bl9lV4ot7vKUZlftUg9AKpLJLXA6_J95a4lvV_6jSpguS_aRxRNCxPjjTD-Go_khEY_BAJ5f7fyH54rwa43G9sgFTGaHCNwXV_1sZmSmSW-locImzAmjTSmCsZpcqzmDDR/s4624/indonesia%20mendongeng%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Rumah Zakat Indonesia Mendongeng ke 10" border="0" data-original-height="2907" data-original-width="4624" height="251" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsGGc6zv-tTn-l8gFWaQAOtERkKwLcJPnVy-QKSizSS9zy5wZln8bHilS8j_Bl9lV4ot7vKUZlftUg9AKpLJLXA6_J95a4lvV_6jSpguS_aRxRNCxPjjTD-Go_khEY_BAJ5f7fyH54rwa43G9sgFTGaHCNwXV_1sZmSmSW-locImzAmjTSmCsZpcqzmDDR/w400-h251/indonesia%20mendongeng%202.jpg" width="400" /></a><br /></p><p><br />Hingga saat ini Rumah Zakat sudah menyalurkan bantuan 32.671 paket makanan siap saji, 1.515 paket obatan-obatan ke RS Gaza, 2.472 paket food basket, 180 pakaian musim dingin, 207 hygiene kits, 3.640 kaleng kornet Superqurban, 3 truk kontainer bermuatan full-logistic dari Cairo-Gaza, 3.500.000 liter air bersih, dan 2 titik Desalinasi Air Laut.<br /><br />Untuk pekan 3 dan 4 Rumah Zakat akan menyalurkan 10.000 makanan siap saji, 1.000 food basket, 2.400 sandang musim dingin, 2 titik Aksi Siaga Sehat, 1 unit ambulans, dan 2 unit Desalinasi Air Bersih.</p><p><br /></p><h3 style="text-align: left;">Awal Mula Indonesia Mendongeng Rumah Zakat</h3><p><br />Rumah Zakat adalah lembaga filantropi yang mengelola zakat, infak sedekah, serta dana sosial lainnya melalui program-program pemberdayaan masyarakat.</p><p><br />Indonesia Mendongeng lahir di Rumah Zakat Kota Solo ditujukan mengisi libur sekolah akhir tahun. Melihat kegiatan yang baik tersebut Rumah Zakat berinisiatif merancangnya sebagai acara rutin tahunan tidak hanya di satu kota saja tapi juga banyak kota dan titik seluruh Indonesia. <br /><br />“Dalam setiap programnya Rumah Zakat berusaha memenuhi tiga ruh perjuangan yaitu membahagiakan, memberdayakan, dan menyelamatkan. Indonesia Mendongeng adalah bagian dari edukasi pada anak-anak untuk bahagia tidak hanya sekedar lahir tapi juga batinnya,” tutur Chief Program Officer Rumah Zakat Muhammad Sobirin. <br /><br /><br /><br /></p>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-47302739867693026652023-09-10T17:37:00.028+07:002023-09-18T20:01:05.154+07:00Sore di Buku Akik<p>Sebetulnya ada dua toko buku yang ingin saya datangi di Jogja. Dengan waktu separo hari, yang kesampaian hanya Toko Buku Akik. Sore hari di sana ada banyak pengunjungnya. Bukan hanya mereka melihat-lihat, tapi juga membeli, membaca, dan tentu saja melakukan aksi khas zaman TikTok: berfoto dan bervideo. </p><p><br /></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCLOSVlPYj_LCUjZz9srGOjhBCCCBaJBQqdyEUhYMZXQQJPRP_tIhmV55JNru9KUjJ2zmCfNyVEyI2WGBjSwh9EG2NrCh1r6NMZ7fp6bbq8hLjuhL-bYeCC3xBJYyJlR0UPqBog3uXF4tjLqRM3xPwI0vSzJDGYqtufmPR5IoRrQWfgempku4qBin-dayY/s4624/buku%20akik%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCLOSVlPYj_LCUjZz9srGOjhBCCCBaJBQqdyEUhYMZXQQJPRP_tIhmV55JNru9KUjJ2zmCfNyVEyI2WGBjSwh9EG2NrCh1r6NMZ7fp6bbq8hLjuhL-bYeCC3xBJYyJlR0UPqBog3uXF4tjLqRM3xPwI0vSzJDGYqtufmPR5IoRrQWfgempku4qBin-dayY/w400-h300/buku%20akik%202.jpg" title="toko buku akik di jogja" width="400" /></a></div><p> </p><p>Saya juga tentu saja! <a href="https://shopee.co.id/bukuakik" target="_blank">Buku Akik </a>menyediakan spot-spot berfoto tersebut. Alih-alih bersikap sok-sok idealis dan melawan zaman, mereka malah beradaptasi. Buku Akik termasuk yang lincah di media sosial. Tanpa tokonya dibuat estetik pun pasti ramai pengunjung. Tapi mereka tetap siapkan pojok estetiknya tersebut. <br /> </p><p>Mungkin menjadi ‘estetik’ merupakan jalur viralnya. Hehe. Jalur viral keduanya bernama ‘hidden gem’. Walo begitu tanpa kedua hal tersebut Buku Akik akan tetap ramai pembeli sepertinya. <br /><br />Namun memang betul ini zamannya hidden gem. Di zaman sebelum pandemi pasti sulit toko buku dalam gang berdagang. Namun di zaman serba TikTok dan reels, makin dalam lokasi sebuah tempat perdagangan, makin disukai netizen. <br /><br />Begitulah juga Buku Akik. Menuju ke sana saya dibonceng mas-mas gojek. Dibawa ke arah Kaliurang km 12, saya berhenti di mulut gang. Selanjutnya berjalan kaki saja berbekal peta google. Tidak ada plang mencolok. </p><p> </p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj77Ouhw8YM_fVfsqh1M6QDyU4TDKNEnTdX9GNXWbgYs_VswirZaqddLyviMGVmuYmljec4a7BWXsQIqJPso5AGGZn3UHdaGfGsFkvOCQvaWPdPQP7tFowGE-RL2xuQm8DFvChjvDDTtGNXZTvCSFsrBRxTwPImsdsh8E6l0rbk6w3gCppZkgLoUiIy43d2/s4624/buku%20akik%203.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj77Ouhw8YM_fVfsqh1M6QDyU4TDKNEnTdX9GNXWbgYs_VswirZaqddLyviMGVmuYmljec4a7BWXsQIqJPso5AGGZn3UHdaGfGsFkvOCQvaWPdPQP7tFowGE-RL2xuQm8DFvChjvDDTtGNXZTvCSFsrBRxTwPImsdsh8E6l0rbk6w3gCppZkgLoUiIy43d2/w400-h300/buku%20akik%203.jpg" title="buku akik" width="400" /></a></div><p><br />Tokonya berada dalam sebuah rumah berlantai dua. Lantai satunya yang jadi toko. Ada pintu gerbang dan halaman luas. Pintu ke rumahnya berdaun dua. <br /><br />Begitu masuk ke dalam tokonya di sisi kanan area buku-buku yang dijual, sisi kirinya perpustakaan. Ada tempat duduk dan ada lesehan. <br /><br />Ada juga ruangan entah apa sekatnya berkaca, sepertinya nonsmoking area kah? <br /><br />Segera saya melihat koleksi bukunya yang sangat banyak itu. Sudah beberapa kali saya memesan buku secara online di Buku Akik sejak pandemi. Baru di tahun 2023 kesampaian lihat tokonya langsung. <br /><br />Dua buku fiksi saya check out dari Buku Akik. Salah satunya buku yang sudah saya jadikan wishlist, Saga Dari Samudera dari Ratih Kumala. <br /><br />Buat kenangan-kenangan dan tanda mata, saya beli totebag Buku Akik. Bila ada waktu dan rezekinya, semua toko buku di Jogja yang menjual merchandise akan saya datangi dan saya beli. <br /><br />Baru dua <a href="https://www.ayoyogya.com/ngayogyakarta/pr-394252873/6-toko-buku-rekomended-dan-banyak-dikunjungi-di-jogja-banyak-pilihan-dan-harga-terjangkau" target="_blank">toko buku di Yogyakarta</a> yang saya kunjungi. Toko Buku Natan di Kotagede dan <b><a href="https://www.instagram.com/bukuakik/?hl=en" target="_blank">Toko Buku Akik</a></b> di Kaliurang. </p><p> </p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMM1lJ-S1YLrVFPbMBfRiWIssR_1eJklTL6D4EzNmt0GCbZYh0BZuWMZVvslO1TcCubRbAtVsDnC1D16vsOoDJ_Xo6HMQv5n0JwXQpVY3Rv0bBCLu74IW4r9zF-6wjA6axIsbExVZ-_HJEr9vHogatgTuncu3M-25XMdxuvn3-imDbfvcrMW7Qd7aga8mT/s4624/buku%20akik.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMM1lJ-S1YLrVFPbMBfRiWIssR_1eJklTL6D4EzNmt0GCbZYh0BZuWMZVvslO1TcCubRbAtVsDnC1D16vsOoDJ_Xo6HMQv5n0JwXQpVY3Rv0bBCLu74IW4r9zF-6wjA6axIsbExVZ-_HJEr9vHogatgTuncu3M-25XMdxuvn3-imDbfvcrMW7Qd7aga8mT/w400-h300/buku%20akik.jpg" title="buku akik" width="400" /></a></div><p><br />Jujur saja ada irinya saya melihat kultur perbukuan di Jogja yang bergairah. Di Bandung pernah ada masanya toko buku ada banyak dan hidup semua. <br /><br />Sekarang saja di toko buku di Bandung yang saya tahu <b><a href="https://www.bandungdiary.id/2023/02/lawang-buku-toko-buku-di-bandung.html" target="_blank">Lawang Buku</a></b>. Ada banyak toko buku bekas dan toko buku komersil, tapi saya tidak sedang bicarakan dua jenis toko buku tersebut. <br /><br />Waktu di Buku Akik saya amati ada tumpukan paket buku yang sedang menunggu kurir tersimpan di kursi depan. Saya hitung ada 28 paket buku. Ada yang tebal, banyak yang tipis. <br /><br />Di dalam tokonya saat saya bertransaksi di meja kasir, terdengar suara agak heboh dari ruang sebelah. “Lagi pada ngapain itu, Mba” tanyaku pada mba kasir. <br /><br />Mba-mba kasir berkaos kuning yang manis itu menjawab santai “biasa sedang live shopee.”<br /></p>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-64156513989681563372023-09-04T17:26:00.003+07:002023-09-14T17:50:05.457+07:00Selajang Pandang Magelang Bersama Alon Mlampah<p><span style="font-family: inherit;">Kalau ada satu-satunya pelajaran sejarah yang kuingat, itulah dia tentang penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Belanda yang berlokasi di Magelang, di sebuah gedung karesidenan. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi di bulan Maret tahun 1830. Saya berada di gedung tersebut 193 tahun kemudian, di hari itu sabtu 26/8/2023. <br /></span></p><p><span style="font-family: inherit;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFElAIjvZxZrO-xfq4m4OGsVjWArgY2EREae3rYoJ3wiEDp-yxMyUXVXuDVhux1p5OSP_ebfPm4dArjyyl8aSmA801Yon0PTf0nOe43WPpI_-RFR5BpAKetqt55yCBUfQ98z7ex3Bv0HJvhFhG-mYzDLzqdJ9iZqXtK02bPJELgxrBow76PVeSsLmEEgEu/s4624/tur%20magelang%208.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="mlaku magelang" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFElAIjvZxZrO-xfq4m4OGsVjWArgY2EREae3rYoJ3wiEDp-yxMyUXVXuDVhux1p5OSP_ebfPm4dArjyyl8aSmA801Yon0PTf0nOe43WPpI_-RFR5BpAKetqt55yCBUfQ98z7ex3Bv0HJvhFhG-mYzDLzqdJ9iZqXtK02bPJELgxrBow76PVeSsLmEEgEu/w400-h300/tur%20magelang%208.jpg" width="400" /></a></span></div><p><span style="font-family: inherit;"><br />Gedungnya sekarang jadi Museum Diponegoro. Sewaktu saya ke sana ada hajatan sedang berlangsung. Teras gedungnya disewa untuk resepsi pernikahan. Sehingga saya dan teman-teman peserta tur jalan kaki Selajang Pandang Magelang hanya menyaksikan gedungnya dari luar saja. Hajatan di museum? Bisa ternyata kalau di Magelang! Hehe. <br /><br />Akhir pekan yang singkat di Magelang sangat berkesan. Saya mengunjungi beberapa bangunan antik di sana. Kulihat bangunan sekolah cikal bakal lembaga STPDN, sekolah tempat Kyai Ahmad Dahlan mengajar, pastur Verbraak yang patungnya ada di Taman Maluku Bandung ternyata sepak terjang dan makamnya di Magelang, menelusuri cerita tentang KNIL dan pergundikannya. <br /><br />Lalu ter-epik jejak telusur saya hari itu: lokasi Pangeran Diponegoro ditangkap Letnan Jendral Hendrik Merkus de Kock. <br /><br />Maksudku, kita belajar di sekolah tentang peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro. Ingat tidak? Dari Perang Jawa yang tidak berkesudahan ujungnya, suatu hari beliau diajak berunding Belanda. Tak tahunya dia dijebak. Belanda menangkapnya. <br /><br />Peristiwa itu saya telusuri secara singkat dan jelas dari <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Magelang" target="_blank">walking tour di Magelang</a>. Karena berada langsung di lokasi penangkapannya, saya jadi serius menyimak kronologi peristiwanya berdasarkan penuturan Mas Gusta, selaku pemandu cerita dari <b><a href="https://www.instagram.com/mlakumagelang/" target="_blank">Mlaku Magelang</a></b>. </span></p><p><span style="font-family: inherit;"><br />Memang rasanya berbeda sekali menyimak cerita-serita sejarah di sekolah, di rumah, dan di tempatnya langsung begini. Pengalaman yang menyenangkan bisa berada di lokasinya langsung. Mungkin otak saya tidak mampu mengingat data nama, tanggal, dan lain-lainnya secara rinci, tapi perasaan terpukau yang muncul saat mendengar cerita Mas Gusta masih melekat. <br /></span></p><p><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtpE_AlBxzNP1yImQE0OgKJIu6BhgR1bPLp_78Ai_SBB6S_tkZrNBIyZhL8jiY-YuuW_kRQxD0isonG6fOVCs45mswlDtZWRq4Wkacma7-FPabtusRZFziA4ok1t7IszSe1uJTtLeIHOqpIKybA8uglWIgLoNJ25vYqGmCNKE_BO3Euc7c11HJhCVns4c_/s3472/tur%20magelang%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="museum diponegoro magelang" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtpE_AlBxzNP1yImQE0OgKJIu6BhgR1bPLp_78Ai_SBB6S_tkZrNBIyZhL8jiY-YuuW_kRQxD0isonG6fOVCs45mswlDtZWRq4Wkacma7-FPabtusRZFziA4ok1t7IszSe1uJTtLeIHOqpIKybA8uglWIgLoNJ25vYqGmCNKE_BO3Euc7c11HJhCVns4c_/w300-h400/tur%20magelang%202.jpg" width="300" /></a></span></div><p><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p><span style="font-family: inherit;">Mas Gusta cerita peristiwa penangkapan terjadi di bulan Syawal. Sebagai muslim, saya membayangkan bulan tersebut adalah bulan silaturahmi karena habis bulan puasa Ramadan. <br /><br />Nah sepanjang bulan Ramadan hubungan antara Pangeran Diponegoro dan de Kock terbilang akrab. Mereka ngobrol dan nongkrong bareng di karesidenan tersebut. Begitu cerita Mas Gusta. <br /><br />Hingga setelah Lebaran, Pangeran Diponegoro datang lagi ke gedung karesidenan. Disambut ramah oleh Belanda dan mereka ngopi-ngopi. Tak tahunya saat diajak ke dalam gedung, Pangeran Diponegoro dikasihtahu bahwa dia akan ditangkap, saat itu sekarang juga. Lha Diponegoro mengira hari itu dia akan berbincang-bincang seperti hari kemarin-kemarin, ternyata ditangkap. <br /><br />Menyimak cerita naratif sekaligus berada di lokasi yang sama dengan penangkapannya, saya bisa membayangkan kejadian berlangsung. Wah betapa waasnya, demikian kalau kata orang sunda. <br /></span></p><p><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfhUDGIzgkXHTqEYtIHrPokHBIc0gFBtU8H41rM-jOJtoHyQHKYkf_6qfTHR1JdESwQNTZn4lF-jAJ9DKxNlj0a8gb-roVWO7eZMwHbfxy0n8HQ2dpCluDB7X8y4IoFe1MQU4L38RECjrzV4_EDUU561mybZjzf8yoQEq8RRd4ap_4rHlwZXzIPdU190bs/s2708/tur%20magelang.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="museum diponegoro magelang" border="0" data-original-height="2708" data-original-width="2500" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfhUDGIzgkXHTqEYtIHrPokHBIc0gFBtU8H41rM-jOJtoHyQHKYkf_6qfTHR1JdESwQNTZn4lF-jAJ9DKxNlj0a8gb-roVWO7eZMwHbfxy0n8HQ2dpCluDB7X8y4IoFe1MQU4L38RECjrzV4_EDUU561mybZjzf8yoQEq8RRd4ap_4rHlwZXzIPdU190bs/w369-h400/tur%20magelang.jpg" width="369" /></a></span></p><p><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p><span style="font-family: inherit;">Tangga teras yang saya injak adalah tangga yang sama yang diinjak Pangeran Diponegoro. Lukisan karya Raden Saleh tentang penangkapan Diponegoro setingnya teras gedung tersebut. Dan saya, 193 tahun setelah kejadian bersejarah itu, berada di teras yang sama! <br /><br />Museum Diponegoro lokasinya di Jalan Diponegoro no. 1 Kota Magelang. Bangunannya berada di kompleks eks Kantor Pembantu Gubernur Wilayah Kedu, yang sekarang jadi Museum BPK dan Museum Diponegoro. <br /><br />Gedungnya masih utuh dan berdiri menghadap Gunung Sumbing. Pelataran depan gedungnya luas sekali. Terdapat arca di dua sisi depan bangunan. Arca-arca lainnya juga terdapat di halaman belakang. <br /><br />Saya mencari datanya di artikel-artikel online, luasnya 2.552 meter persegi. Kemewahan dan keagungan pejabat-pejabat kolonial dan priyayi masa lalu terlihat dari pemilihan lokasi di sini. <br /><br />Saya sendiri masih gak percaya saat berdiri di depan gedungnya. Terpukau sekali rasanya bisa berada di tempat bersejarah tersebut. Meski agak terhalang dekorasi pernikahan karena gedungnya disewa untuk hajatan resepsi. </span></p><p><span style="font-family: inherit;"> </span></p><p><span style="font-family: inherit;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQBB_-d_io7BIZI3lWvpLummVZJNquNIdZC9-sIbJxh2EFLbiF8Jpz_mG4HACRbhDhGAXHc1USzL5wyt-Z_0Ye1nJW4xrnNGeGir0ZhVZHBGU5s7LMfYXiD2nIUyU8o7E0bqYnd_f232mUsS1odriGJtyo0bqNm6IY9vgkSqVmEvREX__17HxjL6FevzK_/s4624/tur%20magelang%203.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="depot es semanggi magelang" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQBB_-d_io7BIZI3lWvpLummVZJNquNIdZC9-sIbJxh2EFLbiF8Jpz_mG4HACRbhDhGAXHc1USzL5wyt-Z_0Ye1nJW4xrnNGeGir0ZhVZHBGU5s7LMfYXiD2nIUyU8o7E0bqYnd_f232mUsS1odriGJtyo0bqNm6IY9vgkSqVmEvREX__17HxjL6FevzK_/w400-h300/tur%20magelang%203.jpg" width="400" /></a></span></div><span style="font-family: inherit;"><br /></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinhgp3LqKg17q8Rph2xcK-XPrV-LnqiZdFXsNEaMEc71bNwav9CJXjdZsUcayxmnKli_9hjjPayi8X7GfqNFxpOQr7lezQeDYQH157qEZZF8KBZvRj4ptxomV_shJfvavG5B5RyNBh2QbVAuYrdU6sKQixpr5iqbeFkqwPZHJIs5Kz4Rp9LJ-JSRiblc-q/s4624/tur%20magelang%204.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="kauman magelang" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinhgp3LqKg17q8Rph2xcK-XPrV-LnqiZdFXsNEaMEc71bNwav9CJXjdZsUcayxmnKli_9hjjPayi8X7GfqNFxpOQr7lezQeDYQH157qEZZF8KBZvRj4ptxomV_shJfvavG5B5RyNBh2QbVAuYrdU6sKQixpr5iqbeFkqwPZHJIs5Kz4Rp9LJ-JSRiblc-q/w400-h300/tur%20magelang%204.jpg" width="400" /></a></span></div><span style="font-family: inherit;"><br /></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-nDchBtXMOuanuOtVSENQ1nm45es5cmCgBAVZHa34FxorI0vvQOtUCwKUGlsQ8gDU91YJXNVF7pq9XiLEDCT6R0kpIhZZGqbCfzqET6yfZQxvdS3wtgnAGXintxqtpRwUvSepRy_3KnPbNA8L-gAvlb9nA425_8_weNLdGF0uioVBaJUQX0h0fR4HKcmJ/s4460/tur%20magelang%206.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="mlaku magelang" border="0" data-original-height="3349" data-original-width="4460" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-nDchBtXMOuanuOtVSENQ1nm45es5cmCgBAVZHa34FxorI0vvQOtUCwKUGlsQ8gDU91YJXNVF7pq9XiLEDCT6R0kpIhZZGqbCfzqET6yfZQxvdS3wtgnAGXintxqtpRwUvSepRy_3KnPbNA8L-gAvlb9nA425_8_weNLdGF0uioVBaJUQX0h0fR4HKcmJ/w400-h300/tur%20magelang%206.jpg" width="400" /></a></span></div><span style="font-family: inherit;"></span><span style="font-family: inherit;"></span><br /><span style="font-family: inherit;"></span><span style="font-family: inherit;"></span><p><span style="font-family: inherit;">Dan kupikir Mas Gusta dari Mlaku Magelang adalah pemandu yang sangat impresif ceritanya. Selain dia pembaca buku akut sehingga memahami konteks sejarah dan peristiwanya, cara bicaranya juga menarik. Dia tahu bagaimana menempatkan kisah-kisah dramatis di awal, tengah, dan ujung cerita. Benar-benar rasanya seperti didongengin. <br /><br />Caranya menyebut nama berbahasa belanda, jawa, indonesia sangatlah fasih. Seperti muscle memory yang bicara. Saat ia cerita pada kami tentang monarki bupati Magelang yang ia sebut lima nama bupatinya lengkap, panjang, tidak ada keraguan. Caranya bicara seperti jalan tol, mulus! <br /><br />Mas Gusta juga beberapa kali bicara dalam bahasa jawa. Dan justru menarik banget bumbuhan ungkapan bahasa jawanya. Saya tidak mengerti tapi saya mengapresiasinya dan tidak merasa dikucilkan sebagai satu-satunya warga Bandung (sunda) yang ada dalam tur tersebut. <br /><br />Sepertinya menjadi pemandu Mlaku Magelang adalah panggungnya ya. Dan kupikir Mas Gusta adalah aktornya. Kostum yang ia kenakan juga bagian dari pertunjukkan. Kostumnya adalah pakaian seragam sekolah pamong praja di Magelang. </span></p><p><span style="font-family: inherit;"> </span></p><p><span style="font-family: inherit;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfn2wlT37ZiVGhVMPhZD70z7KD0x0rVOxanCJhjzL5eo-wgPMiBYI1wmaFIl4ltSTdx5mjenfwxSrrGLtrbSOVHyVeCKeqke0mbZu7HZdsHvh4F33VHIjCtNdzNXm8dphsmIxV4yXLVu-zc2OwfBm9TtTTwBPzeOsUqV72PHkpG70X8YQVkHjZGxVHRp4b/s3746/tur%20magelang.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="mlaku magelang" border="0" data-original-height="3746" data-original-width="3372" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfn2wlT37ZiVGhVMPhZD70z7KD0x0rVOxanCJhjzL5eo-wgPMiBYI1wmaFIl4ltSTdx5mjenfwxSrrGLtrbSOVHyVeCKeqke0mbZu7HZdsHvh4F33VHIjCtNdzNXm8dphsmIxV4yXLVu-zc2OwfBm9TtTTwBPzeOsUqV72PHkpG70X8YQVkHjZGxVHRp4b/w360-h400/tur%20magelang.jpg" width="360" /></a></div><br /><p></p><p><span style="font-family: inherit;">Kami berjalan kaki cukup jauh, hampir 10.000 langkah dari pukul 9.30 hingga 4 sore! <br /><br />Kupikir dengan kostum dan alas kaki yang ia kenakan, pastilah tidak nyaman rasanya. Namun energinya sepanjang tur tidak habis! Jalannya bertenaga, ceritanya bersemangat. Tempo cerita yang rapi dan interaktif. Betul-betul sebuah komitmen yang hebat. <br /></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p><span style="font-family: inherit;">Saya beruntung bisa ikutan tur ini. Meski hanya melihat selayang pandang saja alias melihat kurang dari satu hari, tapi cukup berkesan. Es pleret coklat yang kuminum di warung pojok bawah tanah rasanya enak dan segar! Bangunan tua di Magelang yang cakep-cakep dan tentu saja puncaknya di Museum Diponegoro itu yang menarik. <br /></span></p><p><span style="font-family: inherit;"> </span></p><p><span style="font-family: inherit;">Meski lihatnya sekilas, agaknya betul juga kalau Magelang disebut cocok untuk dihuni pensiunan. </span></p><p><span style="font-family: inherit;"> </span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWn72g27P8YZZxB5VwvyKHmbh_vA8i3qwZw9tXi0QdaAsZi1x0ZVPLl3K7XkHAHKAgi-Z8kO1N34PWWGdil4Y38lZdzeQTdlGsXHKgHvqjh1oAshHOjc-oPnOZbYywRWPstHOCRLVyB_dA8yWVVDDhMyJKvL124ly01sbgslGXT1X0hka9a0Jo-ni_wk3A/s3472/tur%20magelang%205.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="mlaku magelang" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWn72g27P8YZZxB5VwvyKHmbh_vA8i3qwZw9tXi0QdaAsZi1x0ZVPLl3K7XkHAHKAgi-Z8kO1N34PWWGdil4Y38lZdzeQTdlGsXHKgHvqjh1oAshHOjc-oPnOZbYywRWPstHOCRLVyB_dA8yWVVDDhMyJKvL124ly01sbgslGXT1X0hka9a0Jo-ni_wk3A/w300-h400/tur%20magelang%205.jpg" width="300" /></a></span> <br /></span></p><p><span style="font-family: inherit;"><br />Dan walau harus keluar uang rada banyak untuk transportasi dan akomodasi karena transit di kota Jogja dulu bergabung dengan <b><a href="https://www.instagram.com/alon.mlampah/" target="_blank">Alon Mlampah</a></b> selaku penyelenggara tur ke Magelang tersebut, tapi ya gak apa-apa. Uang bisa kucari lagi. Pengalaman menyenangkan ini mungkin gak akan terulang (meski ada rencana akan saya lakukan lagi!).<br /><br />Sore di Magelang saat kami beranjak dari bangunan Museum Diponegoro itu terasa syahdu. Langit menguning seperti berkabut. Peristiwa duka dan suka ada di lokasi-lokasi yang saya datangi. Khusus buat saya, yang terasa sukanya. Benar kata orang-orang, waktu terbang saat kita sedang bersenang-senang. </span></p>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-32763705832919793422023-08-15T16:30:00.113+07:002023-08-21T20:17:00.929+07:00Cerita Dari Walking Tour di Cicalengka<p>Coba bayangin ada acara seperti itu di kabupaten: <b><a href="https://bandungbergerak.id/article/detail/15761/catatan-dari-bandung-timur-36-walking-tour-cicalengka-menghadirkan-lingkungan-sebagai-sumber-belajar" target="_blank">walking tour di Cicalengka</a></b>. Namanya juga penasaran, saya daftar sekaligus buat empat orang. Saya ajakin orang-orang di rumah ayo ikut yuk! Mumpung soalnya. Dalam bayangan saya mungkin tur jalan kakinya berlangsung satu kali, yang kedua kalinya akan selang beberapa bulan mendatang atau entah kapan. </p><p><br /></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaJcxO7eNxV0HUZLefikHDNVUmEiJodbPSNc8CEHAlBRsDf0LdsQ9ZToGyqxhjYFp222NwFhtVEEjwV5KZ1vUKG7ConCGX2_mGT9Qz0G3LBAT8OT3MHEr-ckaFFGK5NYZzSLyIbiPeGQkG6N1vb3wtb19JrOu8Kl9iUJ9ViPaAwg4MWKSRb7Ox31oAjkQ_/s4624/cicalengka%204.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cicalengka historical trip" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaJcxO7eNxV0HUZLefikHDNVUmEiJodbPSNc8CEHAlBRsDf0LdsQ9ZToGyqxhjYFp222NwFhtVEEjwV5KZ1vUKG7ConCGX2_mGT9Qz0G3LBAT8OT3MHEr-ckaFFGK5NYZzSLyIbiPeGQkG6N1vb3wtb19JrOu8Kl9iUJ9ViPaAwg4MWKSRb7Ox31oAjkQ_/w400-h300/cicalengka%204.jpg" width="400" /></a><br /></p><p> </p><p>Tentang Cicalengka hanya pahlawan pendidikan Dewi Sartika yang saya ketahui dari buku biografinya. Usai tur berjudul Aloen-Aloen Tjitjalengka (25/6/2023) ini saya tahu kalau di masa kolonialnya Cicalengka pernah menjadi ibukota kabupaten. <br /><br />Beberapa tokoh penting pernah bermukim dan melintasinya. Ada Djuanda, Soekarno, arsitek terkenal Wolff Wchoemaker, dan Umar Wirahadikusumah.<br /><br />Ir. H. Djuanda adalah perdana menteri Republik Indonesia dan inisiator Deklarasi Djuanda yang mengubah sistem ketatalautan dan zona teritorial Indonesia. Namanya abadi menjadi nama jalan yang populer dengan nama Dago, taman hutan raya, bandara, dan kita dapat melihat wajahnya dalam lembar uang 50.000. </p><p><br />Djuanda kecil menempuh pendidikan dasar di ELS (Europeesche Lagere School, sekolah dasar warga eropa dan bangsawan) yang kini menjadi SMPN 1 Cicalengka. Masa remajanya bolak-balik naik turun di Stasiun Cicalengka - Stasiun Bandung demi bersekolah di HBS (SMA 3). Ayah Djuanda sendiri guru di HIS (sekolah belanda untuk bumiputra) yang sekarang berfungsi sebagai SDN VIII Cicalengka. <br /><br />Dalam <b><a href="https://bandungbergerak.id/article/detail/15756/tjitjalengka-historical-trip-jelajah-sejarah-cicalengka-dalam-sabundereun-alun-alun" target="_blank">tur jalan kaki Cicalengka</a></b> ini kami diajak melihat kedua bangunan fisik sekolah tersebut. Yaitu SMPN 1 di Jl Dipati Ukur dan SDN VIII di alamat Jalan Raya Barat. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0KToDI7mNSZN6ktdVOjX5AkeNtcISzYfIoyfa4JBbp786Ie_fTHxZbSn5iyhmLkdKgQNnsHYjEyuRpbzgFRq7NmFziE5ilciIe8NDl0HmsM4uycr5RTvuxC7HAjo-3VD5ut5E38Kb-tZyllcTYkWuf3YC9AoERtNCe7o77lE0G-OVp3M6NH8wyQ7WQTLV/s4624/cicalengka%205.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cicalengka historical trip" border="0" data-original-height="3231" data-original-width="4624" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0KToDI7mNSZN6ktdVOjX5AkeNtcISzYfIoyfa4JBbp786Ie_fTHxZbSn5iyhmLkdKgQNnsHYjEyuRpbzgFRq7NmFziE5ilciIe8NDl0HmsM4uycr5RTvuxC7HAjo-3VD5ut5E38Kb-tZyllcTYkWuf3YC9AoERtNCe7o77lE0G-OVp3M6NH8wyQ7WQTLV/w400-h280/cicalengka%205.jpg" width="400" /> </a></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg_3H72PbXcZCT3vm4ShvIhv8ZThcKKahWqRZGSTd6o7z3LN15SJcEV2p1jrAuqfqvLCmF9QC2-p1aR15Gk6cTFlqpxt225QacsbJzJhr4r7T3r8VNz0rpBjBbRr3lcbTybiHyTmMf6yUSUnEqK6M0guC3O1J2YlBYMStdjdH3kKfJiL5Q0jWTuJsuMrLR/s4586/cicalengka%203.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cicalengka historical trip" border="0" data-original-height="3246" data-original-width="4586" height="283" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg_3H72PbXcZCT3vm4ShvIhv8ZThcKKahWqRZGSTd6o7z3LN15SJcEV2p1jrAuqfqvLCmF9QC2-p1aR15Gk6cTFlqpxt225QacsbJzJhr4r7T3r8VNz0rpBjBbRr3lcbTybiHyTmMf6yUSUnEqK6M0guC3O1J2YlBYMStdjdH3kKfJiL5Q0jWTuJsuMrLR/w400-h283/cicalengka%203.jpg" width="400" /></a></p><p> </p><p>Kedua bangunan itu masih menyisakan bagian kunonya. Terlihat skala ruangnya berbeda jauh. Bangunan SMP 1 bekas sekolah dasar eropa lebih megah dan tinggi. Jendela dan pintunya besar-besar. Lokasinya tepat di depan Alun-Alun. Sedangkan SDN VIII yang dahulu sekolah khusus pribumi bangunannya lebih kecil begitupun jendelanya. Lokasinya agak menjauh dari Alun-Alun. <br /><br />Dari situ saja terlihat perbedaan sekolah kolonial dan sekolah pribumi. Sebuah perbandingan menarik, status sosial sejarahnya masih bisa saya lihat berkat kondisi fisik bangunan yang masih ada. <br /><br />Tur berlangsung sekitar dua jam saja. Menurut saya waktunya sudah ideal. Saat saya mengikuti <b><a href="https://www.bandungdiary.id/2017/10/terpukau-kauman-yogyakarta.html" target="_blank">walking tour di kota Yogyakarta</a></b>, durasinya dua jam juga. <br /><br />Meskipun hanya dua jam, ada banyak bangunan tua yang kami lihat secara fisik dan secara gaib. Hehe melihatnya dengan mata batin karena bangunannya memang tidak ada. Sudah berganti rupanya. Seperti bangunan sekolah agama yang bersebelahan dengan kantor kecamatan. Juga penjara yang kini menjadi gudang pegadaian. <br /><br />Bumi Kapungkur adalah situs kuno paling berkesan buat saya. Bentuknya rumah tinggal bergaya arsitektur artdeco (bulat-bulat bentuknya dan banyak dekorasi rumah). Warga mempercayai rumah tersebut sebagai rumah keluarga Dewi Sartika. <br /><br />Cicalengka berjarak 32 km dari Alun-Alun Bandung dan identik dengan pahlawan Dewi Sartika yang pernah bermukim di rumah pamannya patih cicalengka. Di sanalah jiwa aktivisnya tumbuh. Saat orangtuanya bebas dari pengasingan dan kembali ke Bandung, Dewi turut pulang dan membawa angin perubahan dalam pendidikan perempuan. <br /><br />Rumah patih yang pernah didiami Dewi Sartika bukanlah Bumi Kapungkur, melainkan berada di kompleks sekolah SMP 1 di Alun-Alun. Tur jalan kaki ini meluruskan fakta yang kabur tersebut. </p><p> </p><p style="text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvq0Clrn3sY8yqV0zmAcXBkiRegZvN8EreEz_I7fxzhJXt9eytRD6ANZVSqg9gUk7mY46c9vzl2yi2_juEJI6Lro7S0fYLiuQqs6CmnGteUJTnEIKtZbxkiy1YX9kxAibqvsPfhC0LQTr7xg1ry28VN64nAXqADRdvGOedmJisdCurNGk8H-VNvAUnv1sO/s2604/bumi%20kapungkur%203.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cicalengka historical trip" border="0" data-original-height="2604" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvq0Clrn3sY8yqV0zmAcXBkiRegZvN8EreEz_I7fxzhJXt9eytRD6ANZVSqg9gUk7mY46c9vzl2yi2_juEJI6Lro7S0fYLiuQqs6CmnGteUJTnEIKtZbxkiy1YX9kxAibqvsPfhC0LQTr7xg1ry28VN64nAXqADRdvGOedmJisdCurNGk8H-VNvAUnv1sO/w400-h400/bumi%20kapungkur%203.jpg" width="400" /></a></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGF2NsavubHW4stqoJ9Zt6rHQT7D0uwh73nnPrdVnbr5Q__kvZI7OxCUXCqQ_-HUcbZKiDK6tb2d5py-whsskDcAITYpluwAYWSTRp__9ZyG251jsjyvU6Tax7DK_DFgLlbPUdA7eR2nlySsk_NHhuRkAlGFUlJbiQfeXm7mEsKAxZjJXomrehAvTCxWXb/s3077/bumi%20kapungkur%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cicalengka historical trip" border="0" data-original-height="3077" data-original-width="3076" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGF2NsavubHW4stqoJ9Zt6rHQT7D0uwh73nnPrdVnbr5Q__kvZI7OxCUXCqQ_-HUcbZKiDK6tb2d5py-whsskDcAITYpluwAYWSTRp__9ZyG251jsjyvU6Tax7DK_DFgLlbPUdA7eR2nlySsk_NHhuRkAlGFUlJbiQfeXm7mEsKAxZjJXomrehAvTCxWXb/w400-h400/bumi%20kapungkur%202.jpg" width="400" /></a><br /></p><p><br />Sofia Riyanti, pemilik rumahnya, mengatakan penghuni rumah merupakan generasi ke-4. Tentang apakah betul Bumi Kapungkur rumah keluarga Dewi Sartika, Sofia mengatakan hal sebaliknya. “Rumah kami bukan rumah keluarga Ibu Dewi Sartika.”<br /><br />Sofia melanjutkan cerita, saat itu buyutnya, H. M Samsudi, menikah dengan anak pertama camat Cicalengka. Samsudi merantau dari Palembang dan berprofesi pedagang akar wangi dan ulat sutera. Setelah menikah ia menetap di Cicalengka dan bermukim di rumah yang dibangun tahun 1928 itu. <br /><br />Obrolan tentang profesi Samsudi terdengar menarik, yaitu usaha ulat sutera dan akarwangi. “Memang pernah ada bisnis benang ulat sutera di Cicalengka tapi hasil panen ulatnya tidak terlalu bagus”, kata Ibu Sofia. “Kecil-kecil ulatnya sehingga usaha tersebut tidak berlangsung lama juga,” ujarnya lagi. <br /><br />Bila berpatokan ke Jalan Dewi Sartika lokasi Bumi Kapungkur di sebelah utara. Di masa kini rumahnya bersanding padat dengan rumah-rumah lainnya, juga di seberangnya arah selatan. Saya mengintip di sedikit di belakang rumah-rumah itu dan terdapat areal pesawahan yang luas dan indah. Sistem pesawahannya terasering. <br /><br />Saat itu pukul sembilan pagi dan sinar matahari sedang cantik-cantiknya menyentuh pucuk-pucuk padi pesawahan. Saya membayangkan diri menjadi Samsudi dan ngopi-ngopi di teras rumahnya, menghadap pemandangan itu semua di tahun 1930. Betapa indahnya. <br /><br />Saya pikir akan menarik bila tur Cicalengka mampir sebentar melihat pemandangan pesawahan itu. Cerita nostalgia sejarahnya akan bulat karena relevan dengan kejadian masa kini, yaitu tentang mata pencaharian warga Cicalengka dan kondisi areal pesawahannya. <br /><br />Sebelum tur dimulai saya sempet bertanya profesi warga Cicalengka mayoritas apa. “Kebanyakan buruh tani, buruh pabrik, dan buruh harian lepas” jawab Nurul Maria Sisilia ketua pelaksana tur jalan kaki Cicalengka. <br /><br />Saat ini terhitung jumlah penduduk Cicalengka 122.991 (bandungkabs.bps.go.id). Dilansir dari sumber yang sama, pekerjaan warga terbanyak adalah buruh harian lepas, wiraswata, dan pekerja swasta. Sementara komoditas pertaniannya yang utama adalah jagung, cengkeh, dan tembakau. </p><p> </p><p></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisB-V0CscCiQEDJuVq-lCWCqguVOesXEw_eur3mMypd1gNicr9_t6SVUrOoMEO4j3_UVlx_zfwzZMoH2UwJZqwKugqv4qKo2GgdtmUwYKKdwv9DsNjJuhUQ3QY6WOFQB2ZxM_LDjgMJiqK0GeOO_lWCGcYEvGcJcMeBX0WgMIqHBXkxVZMmi2ST1JC4bdb/s4624/stasiun%20cicalengka%203.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cicalengka historical trip" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisB-V0CscCiQEDJuVq-lCWCqguVOesXEw_eur3mMypd1gNicr9_t6SVUrOoMEO4j3_UVlx_zfwzZMoH2UwJZqwKugqv4qKo2GgdtmUwYKKdwv9DsNjJuhUQ3QY6WOFQB2ZxM_LDjgMJiqK0GeOO_lWCGcYEvGcJcMeBX0WgMIqHBXkxVZMmi2ST1JC4bdb/w400-h300/stasiun%20cicalengka%203.jpg" width="400" /> </a> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs0Zo5qmFaPwVUWMCSzuKWLnop-nSSceB5auKe9bSHKWsLPD6KS85oWuqsM4WOOIQuHT-IXyHSsZP4JYZX0DqzFQ4-yAUzbgr6IKTPBoqpo07N_p_VDa1Y4H_ZMnM7gTBw11bHeaxKhSql5vk5bCaoaFGmHGN2ZR7c--38tEHwEgXgcRu3GNV6-rIUiRNY/s4624/stasiun%20cicalengka.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cicalengka historical trip" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs0Zo5qmFaPwVUWMCSzuKWLnop-nSSceB5auKe9bSHKWsLPD6KS85oWuqsM4WOOIQuHT-IXyHSsZP4JYZX0DqzFQ4-yAUzbgr6IKTPBoqpo07N_p_VDa1Y4H_ZMnM7gTBw11bHeaxKhSql5vk5bCaoaFGmHGN2ZR7c--38tEHwEgXgcRu3GNV6-rIUiRNY/w400-h300/stasiun%20cicalengka.jpg" width="400" /></a></p><p> </p><p>Cicalengka menjadi lumbung pertanian dan perkebunan di masa kolonial. Tanaman kopi, teh, dan kina dibudidayakan. Rencana pemerintah belanda memindahkan pusat kepemimpinan dan militer ke kawasan Bandung melahirkan infrastruktur kereta api dan Stasiun Cicalengka.</p><p><br /><b><a href="https://news.republika.co.id/berita/rwggsi423/jejak-sejarah-stasiun-cicalengka-yang-hendak-dirobohkan" target="_blank">Stasiun Cicalengka</a></b> yang mulai beroperasi tahun 1884 ini menjadi jantungnya mobilisasi perekonomian karena mengangkut hasil bumi dari perkebunan ke kota Bandung dan Batavia (Jakarta). Saat ini bangunan utama stasiun yang bersejarah terancam dibongkar berkaitan dengan pembangunan infrastruktur kereta api cepat. </p><p> </p><p>Di stasiun yang sama pula tahun 1929 calon presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, turun dari kereta asal Yogyakarta dan melanjutkan perjalanan dengan mobil menuju penjara Banceuy. Soekarno saat itu dianggap salah satu tokoh penggerak kemerdekaan dan kemunculannya sebagai tahanan pemerintah kolonial di stasiun Bandung akan memicu keributan. Oleh karena itu beliau berhenti di Stasiun Cicalengka alih-alih Stasiun Bandung. </p><p> </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtzzFmVdmS9ea6FkW3eexKwUARUfZU_ezfmvDU7z9dX5jc5mna02yZQoPqYBHOt_ytlfTI4rN6LUEAEl2UqcVCdizXdeNIjotmciMAjN7GzbOn3GUduchKYLrKkRREv0wy5vw-fbBlMXVPY0YlAk2WtenmQkCavieu9LOSAJDjNacxXRwVhaPPOJSETODr/s4624/cicalengka.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cicalengka historical trip" border="0" data-original-height="3118" data-original-width="4624" height="270" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtzzFmVdmS9ea6FkW3eexKwUARUfZU_ezfmvDU7z9dX5jc5mna02yZQoPqYBHOt_ytlfTI4rN6LUEAEl2UqcVCdizXdeNIjotmciMAjN7GzbOn3GUduchKYLrKkRREv0wy5vw-fbBlMXVPY0YlAk2WtenmQkCavieu9LOSAJDjNacxXRwVhaPPOJSETODr/w400-h270/cicalengka.jpg" width="400" /></a><br /></p><p><br />Di akhir tur kami dituntun ke kantor kecamatan. Di sana ada pertunjukan musik keroncong dan pameran foto Cicalengka tempo dulu, durasi acaranya bertambah. Ada juga kuisnya dan saya berhasil mendapatkan satu tas selempang kecil warna hitam bertuliskan “Tjitjalengka Historical Trip”. Duh senangnya! <br /><br />Tur jalan kaki yang sangat menarik. Pendaftarannya melalui instragram mereka di nama akun <b><a href="https://www.instagram.com/tjitjalengka.historical/">@tjitjalengka.historical.</a></b> </p><p><br /></p><p>Senang saya bisa tahu lebih banyak dari hari-hari kemarin. Bahwa di Cicalengka ada banyak tokoh penting yang bermukim di sana itu juga fakta menarik. </p><p><br /></p><p>Jadi ingat buku perjalanan Sigit Susanto berjudul <b><a href="https://sastra-indonesia.com/2020/01/menyusuri-dunia-menekuri-kafka-sigit-susanto-penulis-indonesia-di-swiss/" target="_blank">Menyusuri Lorong-Lorong Dunia</a></b>. Dia tinggal di Swiss dan sering jalan-jalan ke negara-negara tetangga. Minatnya pada sastra dan politik. Karenanya dia bertandang ke kota-kota pelosok kecil menyusuri jejak para tokoh panutannya. Bisa ya di sana keberadaan para tokoh itu diabadikan dan jadi situs wisata; rumahnya, makamnya, sampai warung kopi tempatnya nongkrong. </p><p> </p><p>Bila saja Cicalengka bernasib seperti desa-desa di eropa itu, waduh betapa bergairahnya wisata (sejarah) di Bandung. </p><p><br /></p><p>Terima kasih kepada Tjitjalengka Historical Trip<b> </b>yang meriset dan merancang perjalanan singkat tersebut. Benar-benar gerakan progresif buatan anak kabupaten. Sesuai taglinenya tur jalan kaki ini, hari itu saya melihat sejarah besar di kota kecil. </p><p><br /></p><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU-japIsuaXeqzoq1vEnSfyqLzo9yK9JysBYCZLIshvLJTXPZITHXgnZtMX5PrTDdOgbt7wRt_XVjS-5xmHCezfzRokexT27reHdhtRM1W6xgk77K0SwXMJpT8xFH_hn_9uXWS1DsduLxkA4FYLwL5lxpYTyYi1YzSkNHA934_sh3AC-_A3tF78q44Q1Me/s3528/stasiun%20cicalengka%202.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="cicalengka historical trip" border="0" data-original-height="3528" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU-japIsuaXeqzoq1vEnSfyqLzo9yK9JysBYCZLIshvLJTXPZITHXgnZtMX5PrTDdOgbt7wRt_XVjS-5xmHCezfzRokexT27reHdhtRM1W6xgk77K0SwXMJpT8xFH_hn_9uXWS1DsduLxkA4FYLwL5lxpYTyYi1YzSkNHA934_sh3AC-_A3tF78q44Q1Me/w295-h400/stasiun%20cicalengka%202.jpg" width="295" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr></tbody></table>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-31828738759308636322023-08-08T15:00:00.060+07:002023-08-20T07:07:15.914+07:00Menginap Seribu Malam di Mulih Ka Desa<p>Hanya satu malam saja kok. Keinginan awalnya saya dan indra mau cari pemandangan yang segar-segar. Udaranya sejuk dan banyak pohon. Di bandung tempat kami tinggal juga banyak pohonnya tapi di sana kami cari uang dan bertahan hidup. Sehingga stres adanya. Lalu ketemulah dengan penginapan <a href="https://travel.kompas.com/read/2021/03/06/111100327/itinerary-2-hari-1-malam-di-garut-dari-gunung-hingga-kebun-binatang?page=all" target="_blank">Mulih Ka Desa di Garut</a>. </p><p><br /></p><p style="text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil2gI6QPHtRDPRDb_3FhEdmXHeg2Otp2ijG6-N7dMslhON9AColdb0JgBxSAAG5hwNH7je1MVTnbhv1rt5iivVxuOiwQgrQjUJUh_ct-BkQpmUW0l2yVwmPgljsLhIO_edMRXnfLVzLYYhEqwsIe_8EumzcE6lu9vlKh2Md14P6D9GbTIoktxvgKxsQl8V/s4624/mulihkadesa%209.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="nginep di mulih ka desa garut" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil2gI6QPHtRDPRDb_3FhEdmXHeg2Otp2ijG6-N7dMslhON9AColdb0JgBxSAAG5hwNH7je1MVTnbhv1rt5iivVxuOiwQgrQjUJUh_ct-BkQpmUW0l2yVwmPgljsLhIO_edMRXnfLVzLYYhEqwsIe_8EumzcE6lu9vlKh2Md14P6D9GbTIoktxvgKxsQl8V/w400-h300/mulihkadesa%209.jpg" width="400" /></a></p><p> </p><p>Impresi pertama saya terhadap penginapannya gak terlalu bagus. Apalagi waktu masuk ke bungalownya. Seperti sudah lama kosong tempatnya. Saya pikir saat itu “wah kok begini aja ya”. Di kamar mandi ada banyak nyamuk kebon berhamburan. Saat itu saya tahu harus segera cari warung dan beli obat nyamuk. <br /><br />Airnya lancar tidak ada masalah. Air panasnya pun mantap sekali! Ada televisi tabung dan kami tidak nonton. Entah ada wifi atau tidak, saya tidak bertanya. <br /><br />Indra seperti biasa terlihat rileks dan damai. Dia langsung suka tempatnya. <br /><br />Kami bersantai di kamar hingga sore hari. Mendung di luar dan rasanya malas sekali keluar kamar. Namun indra bilang lihat pemandangan sore yuk. Ya sudah hayuk, kataku. <br /><br />Di luar hawanya dingin bukan main. Namun dingin segar khas gunung. Saya kenakan jaket. Khawatir masuk angin. Kami kelilingi tempatnya dan itulah saat-saat saya mulai jatuh cinta pada tempatnya. <br /><br />Memang tempatnya terlihat lama kosong, tapi masih terurus. Banyak kembang yang terpotong rapi. Jalan setapak tanah yang organik tidak terlalu dibuat-buat alaminya. Beberapa lampu di sudut menyala warna kuning. <br /><br />Ada tiga saung di tepi danau. Satu saungnya ada pengunjung sedang makan-makan. Saya berfoto. <br /><br />Angin bertiup kencang, pepohonan bergoyang dahannya. Daun-daun seperti hendak berjatuhan tapi tidak. Ada pohon besar di sana, pohon karet, kata indra. Banyak sekali pohon yang saya lihat. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMNAC691jxFm5Kq3yNWpvdtyE5qrs1n3Lswq-0ErfrFiw2HEucvteUqSfcMsV-dR85ZbU1GUg2lP9lHZ3ez4-0wiWhnjVYgXAD-3rNjW4caE5qlzrq76nuAj3ygNgdqt7eomTWM-rBwxWcDgy_fjTnFBJNxoTVFTI9Q328um_scJny5ZU0Y1oovOkdBT-q/s4431/mulihkadesa%204.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="nginep di mulih ka desa garut" border="0" data-original-height="3327" data-original-width="4431" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMNAC691jxFm5Kq3yNWpvdtyE5qrs1n3Lswq-0ErfrFiw2HEucvteUqSfcMsV-dR85ZbU1GUg2lP9lHZ3ez4-0wiWhnjVYgXAD-3rNjW4caE5qlzrq76nuAj3ygNgdqt7eomTWM-rBwxWcDgy_fjTnFBJNxoTVFTI9Q328um_scJny5ZU0Y1oovOkdBT-q/w400-h300/mulihkadesa%204.jpg" width="400" /></a><br /></p><p><br />Di restoran saya bertanya pada bapa-bapa yang duduk berjaga di sana. Ada pohon apa saja di sini, Pak? Dia menjawab antusias. Ada pohon nangka, rambutan, kayu putih, matoa, pisang, ki acret, mahoni, dan beberapa nama lainnya termasuk kembang-kembangan yang saya tidak ingat namanya. “Terus itu teh pohon karet,” katanya sambil menunjuk pohon yang dimaksud. <br /><br />Tuh kan betul pohon karet, ucap indra. <br /><br />Kami kembali ke kamar setelah membungkus dua obat nyamuk. Bapa-bapa tadi sempat cerita bahwa dinas kehutanan melarang pengambilan kayu hutan. Sementara <b><a href="https://www.traveloka.com/id-id/hotel/indonesia/mulih-ka-desa-hotel-3000010003218" target="_blank">Mulih Ka Desa</a></b> punya ciri khas makanan yang dimasak di atas tungku. Untuk keperluan tungku mereka harus punya kayu bakar. Masalahnya penggunaan kayu bakar itu sudah dilarang. <br /><br />Pantas saja saya lihat di depan tiap bungalow ada tungku. Namun tungkunya kosong. Bapa tersebut memberitahu bahwa sebelumnya tiap kamar dibekali satu ceret (ketel besar) berisi air minum. Ceretnya disimpan di atas tungku tersebut. <br /><br />Sekarang saya paham mengapa ada banyak nyamuk merdeka di bungalow. Tidak ada lagi asap kayu bakar di Mulih Ka Desa. <br /><br />Ditambah kasus pandemi, Mulih Ka Desa sekarang sedang dalam pemulihan. Baru buka lagi dan sedang dalam usaha bangkit kembali. <br /><br />Malam itu saya tidur nyenyak. Ranjangnya besar dan luas, size kingbed. Ada suara-suara pohon ditimpa angin sehingga bunyinya agak horor. Namun indra meyakinkan saya itu betulan suara kayu-kayu pohon. <br /><br />Sementara itu para nyamuk tewas dihantam obat nyamuk bakar. </p><p> </p><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSLz3VFa0id6zw6hX0tSLDFDwUYlYjA-ooBVDuLUbtpjsaN8Ma3e1Rk3NrC8xfPFa1ABNN_4WD6RzbzNZHjkKqwr91kAkE8sq_wtDhc8JEH4S7mf0NmmCxuFdJnP2Mou4jZo_Nw1XcGeNyGcr6_33KXTmB498I7yUbZcxUxIN_4YLU6h-qKTPely5KCBo3/s4624/mulihkadesa%208.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="nginep di mulih ka desa garut" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSLz3VFa0id6zw6hX0tSLDFDwUYlYjA-ooBVDuLUbtpjsaN8Ma3e1Rk3NrC8xfPFa1ABNN_4WD6RzbzNZHjkKqwr91kAkE8sq_wtDhc8JEH4S7mf0NmmCxuFdJnP2Mou4jZo_Nw1XcGeNyGcr6_33KXTmB498I7yUbZcxUxIN_4YLU6h-qKTPely5KCBo3/w400-h300/mulihkadesa%208.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sore di mulih ka desa<br /></td></tr></tbody></table><p style="text-align: center;"><br /></p><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJabWzu06-vqXj9_rZaegU86hTj-uuH2B3Hhp_oVY2fy26adQvuUIol4VlHQqeo8U_VHIgL4UcAnJ85GYPkixpDS8Ln-qUAbxgBW2zps4BCNm7wghs7xStGDse-lATIQk542WAcy-ayJ6vXvbhQHwPagupA6qOKEzpRkh1KaXPI6A153wljp3Grn8pjTsE/s4624/mulihkadesa%205.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="nginep di mulih ka desa garut" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJabWzu06-vqXj9_rZaegU86hTj-uuH2B3Hhp_oVY2fy26adQvuUIol4VlHQqeo8U_VHIgL4UcAnJ85GYPkixpDS8Ln-qUAbxgBW2zps4BCNm7wghs7xStGDse-lATIQk542WAcy-ayJ6vXvbhQHwPagupA6qOKEzpRkh1KaXPI6A153wljp3Grn8pjTsE/w400-h300/mulihkadesa%205.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">pagi-pagi di mulih ka desa<br /></td></tr></tbody></table><p style="text-align: center;"><br /></p><p> </p><p>Pagi datang dan saya buka pintu kamar selebar mungkin. Sayang sekali kalau saya tiduran saja. Kami jalan-jalan keliling penginapan dan jatuh cinta lagi. Hawanya segar murni bersih. Gunung Cikuray terlihat jelas. Pepohonan yang kemarin sore seperti orang ngamuk, pagi itu nampak kalem. Pagi yang mesra di Mulih Ka Desa. <br /><br />Saya hirup udara banyak-banyak! Kalau bisa saya bungkus udaranya dan bawa ke Bandung. Terasa sekali bersihnya! <br /><br />Saat matahari muncul di sela-sela pepohonan berkasnya masuk dan jatuh ke rumput, saya jatuh cinta lagi dengan panorama Mulih Ka Desa. Benar-benar cocok namanya: pulang ke desa. <br /><br />Kami sarapan di saung. Ya Tuhan makanan Mulih Ka Desa enak semua! Rasanya segar dan gurih. Harusnya malam tadi saya pesan makan di restorannya saja bukannya pesan makan online dari restoran lain. Saya benar-benar tidak tahu bahwa masakan Mulih Ka Desa seenak itu. Bahkan makan siang pun saya santap di sana dan ya Tuhan enak sekali! Nila bakar dan tumis oncom genjer itu sangat memabukkan! <br /><br />Sampai di mana tadi? saung ya?</p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjztR9ofsC8hLLhGZ5xnRMDncrgQ_rhmdEF-RQcBQVS8Xq7N84A86oYM3FczIoy3IKF0GWq49UwNBEJHvcM_G6yN3mvwy75iIG-uAnJY3y58yP9eW_RlhCdFJP72WS-2cLQbhK6urka9cmuoKCiqrq8sZagXfI01WeDPD0oATB95xW7k-gKG9gTFrQ3qWE/s4624/mulihkadesa%207.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="nginep di mulih ka desa garut" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjztR9ofsC8hLLhGZ5xnRMDncrgQ_rhmdEF-RQcBQVS8Xq7N84A86oYM3FczIoy3IKF0GWq49UwNBEJHvcM_G6yN3mvwy75iIG-uAnJY3y58yP9eW_RlhCdFJP72WS-2cLQbhK6urka9cmuoKCiqrq8sZagXfI01WeDPD0oATB95xW7k-gKG9gTFrQ3qWE/w400-h300/mulihkadesa%207.jpg" width="400" /></a> <br /></p><p></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsI-Xg_uMLxyoavBN7TYFFkXZyspOTP2SjtCpw-vk0X5Pp4KMzSTac22O6TKxm-vV2ENH_m7RlEmRmPRQrEXPX_nn23umc2njABLLu0nssqBrU3W7y5513Sc_4pl4uUgLWEHR9aO-DUSU07gtV9sWm9h-PMR023pWfRS6eNyqqu5FqLIxNByROkai2m2Gp/s4624/mulihkadesa%203.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="nginep di mulih ka desa garut" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsI-Xg_uMLxyoavBN7TYFFkXZyspOTP2SjtCpw-vk0X5Pp4KMzSTac22O6TKxm-vV2ENH_m7RlEmRmPRQrEXPX_nn23umc2njABLLu0nssqBrU3W7y5513Sc_4pl4uUgLWEHR9aO-DUSU07gtV9sWm9h-PMR023pWfRS6eNyqqu5FqLIxNByROkai2m2Gp/w400-h300/mulihkadesa%203.jpg" width="400" /></a><br /></p><p><br />Kami nongkrong di saung selama tiga jam. Bengong melihat danau dangkal dan ikan-ikan gemuknya. Ngobrolin tentang rencana punya kebon dan balong. Menghitung-hitung mengenai kemungkinan pindah ke kampung. Dan hal-hal penuh impian lainnya yang ada fananya tapi kami harap terjadi. Kami juga tertawa-tawa membicarakan kelakuan teman dan keluarga yang kocak. <br /><br />Ah betapa damainya suasana dari tempat kami duduk lesehan di saung itu. Dan perasaan jatuh cinta saya makin bulat. <br /><br />Sehingga saya putuskan akan kembali ke Mulih Ka Desa. Entah kapan tapi begitu saya <b><a href="https://www.bandungdiary.id/2022/06/ongkos-kereta-api-bandung-garut.html" target="_blank">bertandang lagi ke Garut</a></b>, Mulih Ka Desa sudah masuk kantong wajib kunjungan. </p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQleLWoekEYBcBPxYL7CAKi62RQj14APFi4vgJq74nyrT2lOamGAxua84f-wcAUeIhEzyERJ1qqh7ReJDblflBBdtdP62asMbUIoiOlTQVHL6TgrpjXe9R-i456dT2GFQ6byD4AD23EQwij_e4vBjSsScNftpFTBxwim7yg72SxFRY42rg4Osg-NIiSRQ3/s3472/mulihkadesa.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="nginep di mulih ka desa garut" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQleLWoekEYBcBPxYL7CAKi62RQj14APFi4vgJq74nyrT2lOamGAxua84f-wcAUeIhEzyERJ1qqh7ReJDblflBBdtdP62asMbUIoiOlTQVHL6TgrpjXe9R-i456dT2GFQ6byD4AD23EQwij_e4vBjSsScNftpFTBxwim7yg72SxFRY42rg4Osg-NIiSRQ3/w300-h400/mulihkadesa.jpg" width="300" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">tumis oncom genjer yang nikmat! <br /></td></tr></tbody></table><br />Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-69568852000264465722023-06-15T05:56:00.002+07:002023-06-15T10:30:19.066+07:00Review Buku Jurnalisme di Luar Algoritma<p>Buku ini kubaca awal Januari. Judulnya bagus jadi saya kesengsem membelinya dan semangat bacanya. <br /><br />Isinya berupa kumpulan reportase dalam catatan perjalanan oleh jurnalis senior Tempo, Arif Zulkifli. Tulisannya berlatar dalam negeri dan mancanegara. <br /><br />Tulisan jagoannya ada di halaman-halaman awal, tentang pertemuan Arif dengan pendiri GAM (Gerakan Aceh Merdeka) berjudul: Dua Jam Bersama Hasan Tiro. </p><p> </p><p></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfKoXQzOc1PLWsjmkymz8CKitsqyraSIdsi6TLBn6K6F4TizR0fwsNcvJH9qp-wLg7chQORYH1xswoKEdgeJpH3W1WH6xWtHkI2L5Tawy8zcpANu2B6-1kQspPqmex-YDbbr0IileI8LBFyuzUX95AVGXCraNht0gLAT1XA_YsXl-_TWERjIUcdHGxAA/s1080/jurnalisme%20algoritma.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="review buku jurnalisme di luar algoritma" border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfKoXQzOc1PLWsjmkymz8CKitsqyraSIdsi6TLBn6K6F4TizR0fwsNcvJH9qp-wLg7chQORYH1xswoKEdgeJpH3W1WH6xWtHkI2L5Tawy8zcpANu2B6-1kQspPqmex-YDbbr0IileI8LBFyuzUX95AVGXCraNht0gLAT1XA_YsXl-_TWERjIUcdHGxAA/w400-h400/jurnalisme%20algoritma.jpg" width="400" /></a><br /></p><p><br />Karena ada cerita di balik layar penulisannya jadi saya terhanyut dalam reportase tersebut. Padahal saya gak paham-paham amat tentang Hasan Tiro dan GAM. Tulisan-tulisan lain sama lenturnya tapi buatku tidak seistimewa artikel tentang Hasan Tiro itu. <br /><br />Saat wawancara Hasan Tiro, ia tidak boleh mencatat. Jadi dia tulis semua hal dalam ingatannya, mulai dari pakaian, cara berjalan, rambut, warna gigi, keriput kulit, buku-buku, suara musik klasik, guman geram, sorot mata, dan tarikan napas. "Saya merekam semua kejadian dalam ingatan karena menyadari satu goresan saja di buku catatan akan merusak suasana pertemuan langka tersebut," gitu katanya. <br /><br />Bertanya-tanya juga saya bagaimana cara jurnalis mencatat tanpa menulis. Dua jam ngobrol dengan Hasan Tiro, tidak mencatat satu huruf pun, tapi tulisannya detail dan rinci. <br /><br />Seperti tertulis di halaman 5 “Tiba-tiba Tiro beranjak ke pojok ruangan. Ia menyetel kaset Johann Sebastian Bach, Toccata and Fugue dan Air on the String G. String sayup-sayup segera merambati ruangan. Sunyi. Tak ada suara selain gesekan biola dan naskah drama yang saya baca pelan-pelan. Sekali lagi lelaki itu termenung. Tubuhnya disorongkan ke depan. Wajahnya serius. Matanya seperti menembus dinding apartemen.” <br /><br />Senang juga baca buku kayak gini, lumayan buat mengasah sudut pandang. Ada cerita-cerita Arif dari berbagai mancanegara dan di seantero Indonesia. Kalo bepergian saya cuma bersikap sebagai pelancong aja. <br /><br />Sementara jurnalis selalu punya sudut pandang menarik dan mengupasnya secara runut dan menjawab persoalan. Atau memberi pembacanya persoalan yang harus kita pikirkan sendiri jawabannya. <br /><br />Masalahnya kalo jadi pelancong gak kepikiran persoalan. Makanya orang bandung saat jalan-jalan ke jogja akan selalu terkenang-kenang jogja, dan sebaliknya. Kita gak (mau) tahu persoalan kota yang kita kunjungi jadi berasa indah saja semua-muanya. <br /><br />Beda memang bobot catatan perjalanan buatan jurnalis. Bertabur data, komprehensif, dan ujung-ujungnya jadi reflektif atau provokatif. Yah namanya juga reportase pastilah berbeda dengan catatan netizen sepertiku dan kamu. Hehe. <br /><br />Bukunya dapat beli di instagram <b><a href="https://tokopedia.link/ALReiRktDAb" target="_blank">@kiosojokeos</a></b>. Terdiri dari 350 halaman. Penerbitnya Tempo jadi kualitas font, tipografi, kertas, dan urusan teknis lainnya tidak ada masalah bagi pembaca. Terbitnya November 2022. </p>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-42552821678993320222023-06-05T01:00:00.129+07:002023-06-15T05:56:47.609+07:00Cerita Dari Toko Buku Merpati di Garut<p>Sejak sehari sebelum berangkat dari Bandung saya sudah fokus pada empat tujuan di Garut: makan bacil, berendam di Tirta Gangga, belanja teh kiloan di Pasar Mandalagiri, dan mampir ke toko buku di Jalan Ciledug. Hamdalah tiga dari empat kesampaian. Terutama yang terakhir itu, ke toko buku Merpati. <br /></p><p> </p><p></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEij9P3oGLNVclJej_BrHAe2dHW85whzgici8GPgXRlZAKOJ5VlYwESYTlETKOSXcKgkcpTlwNAFIyYA9vailUQrxE6hWbo1-2965MGKmMgp36Z8RuXWofcBJOIFGnSAi4jaoi7vV5-UzZjP03PHXQl7sfHjrxQBl-JMcBOhB5lgiiZSmeZkakqDwa1gsw/s4287/merpati%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="toko buku di garut toko buku merpati" border="0" data-original-height="2885" data-original-width="4287" height="269" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEij9P3oGLNVclJej_BrHAe2dHW85whzgici8GPgXRlZAKOJ5VlYwESYTlETKOSXcKgkcpTlwNAFIyYA9vailUQrxE6hWbo1-2965MGKmMgp36Z8RuXWofcBJOIFGnSAi4jaoi7vV5-UzZjP03PHXQl7sfHjrxQBl-JMcBOhB5lgiiZSmeZkakqDwa1gsw/w400-h269/merpati%202.jpg" width="400" /></a><br /></p><p><br />Tahun lalu waktu berkunjung ke Garut secara tidak sengaja saya melihat toko buku sehabis makan bubur di Jalan Ciledug sekitar pukul sembilan pagi. </p><p><br /></p><p>Berjalan kaki di trotoar saya memperhatikan pertokoan di sisi kanan. Etalase toko berupa kaca berlapis jendela kayu klasik warna cokelat terlihat menarik. Itulah Toko Buku Merpati. <br /><br />Saya berlalu saja sambil berkata dalam hati mungkin sore nanti saya mampir ke tokonya. Keputusan yang salah karena pada waktu kembali ke sana, tokonya sudah tutup dan saya harus kembali ke Bandung esok harinya pagi-pagi sekali. <br /><br />Tahun 2023 inilah saya berjodoh dengan Merpati. Ada rasa gugupnya saat pergi ke Jalan Ciledug. Khawatir tokonya tutup. Syukurlah buka. Terlihat dari etalase tokonya. <br /><br />Sesuai instruksi mamang parkir, saya harus mengetok pintunya. “Dibel weh, Neng!” teriak Mamang Parkir. Oke baik saya pencet bel pintu. Tingtong! <br /><br />Selang beberapa detik pintu dibuka oleh ibu-ibu berkaos merah. Kukatakan padanya hendak membeli buku. Dengan ramah ia menyambutku, kami mengobrol dalam bahasa sunda. <br /><br />Saya pergi ke toko bersama Indra, jadi dengan bahasa sunda level basic yang saya kuasai ini, Indra yang skill bahasa sundanya level advanced membantu saya ngobrol dengan pemilik Toko Buku Merpati. <br /> </p><p>"Asih Setiasih, mangga Ibu Asih wae," ucapnya sambil tersenyum saat mengenalkan diri. <br /><br />Seperti ngobrol dengan teman lama, Ibu Asih memulai cerita toko buku Merpati dari orang tuanya. Tokonya adalah warisan. Ayahnya menitipkan toko buku tersebut agar tetap buka meski mereka sudah tiada. </p><p> </p><p></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjftTAhfgDCUAI8CIi7_Gji_0WbXkr3xFCeh9csT-9K0Eku1BgXVs8Qk_BW98O_yJ2iiw9HX6fNw_wCQqb_MItE0g5lYoHUUkfZP56v8ws966pDcZdgRfpOOsv4OAWF96wtJKGB4gjU5mpu8UBWgtF5hvRuVCY4BpblYBPlZeo7CErcbUmVRYxs1VLAMg/s4624/merpati%204.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="toko buku di garut toko buku merpati" border="0" data-original-height="3302" data-original-width="4624" height="286" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjftTAhfgDCUAI8CIi7_Gji_0WbXkr3xFCeh9csT-9K0Eku1BgXVs8Qk_BW98O_yJ2iiw9HX6fNw_wCQqb_MItE0g5lYoHUUkfZP56v8ws966pDcZdgRfpOOsv4OAWF96wtJKGB4gjU5mpu8UBWgtF5hvRuVCY4BpblYBPlZeo7CErcbUmVRYxs1VLAMg/w400-h286/merpati%204.jpg" width="400" /></a><br /></p><p><br />“Kinten-kinten tahun 50an mung abdi hilap tahun sabaharana mah,” jawab Ibu Asih, saya bertanya padanya tahun berapa toko buka pertama kali.<br /><br />Mayoritas buku yang tersedia di sini adalah buku-buku berbahasa sunda. Semua bukunya disuplai oleh penerbit asal Bandung. Ada penerbit Pustaka Jaya, Kiblat, dan Ujung Galuh. <br /><br />Dahulu ada lebih banyak penerbit yang menitipkan bukunya di sini, termasuk Gramedia. Namun bisnis perbukuan cetak menurun, penerbit berguguran. Gramedia sendiri baru buka tokonya di Garut tahun 2022 dan sejak itu buku terbitannya tidak lagi masuk ke Toko Buku Merpati. <br /><br />Kutanyakan padanya bahwa tahun lalu saya berniat mampir ke toko, tapi tokonya sudah tutup meski belum pukul 4 sore. “Tabuh sabaraha buka tutupnya, Bu?" kutanyakan untuk konfirmasi. <br /><br />Ibu Asih menjawab simpel: pagi dan sore. Kalau pagi kira-kira pukul sembilan dan sorenya tutup sebelum magrib, katanya. Bahkan, katanya lagi, kalau ia menyapu trotoar depan toko subuh-subuh, itu artinya toko sudah buka. </p><p> </p><p>"Serius, Bu?" tanya saya rada olohok. </p><p>"Muhun atuh hahaha!" Ibu Asih tertawa renyah saat berkata demikian. Saya pun ikutan tertawa. <br /><br />Saat ini ibu dua anak tersebut sedang menjalani masa pensiun. Waktunya lebih leluasa buat mengasuh toko. Sebelum pensiun, ia membuka tokonya sehabis jam kerja kantor. <br /><br />Saya meresapi perkataannya. Punya toko buku, bekerja di kantor, sekarang pensiun, tokonya masih dalam pengasuhan. Wah sepertinya kehidupan yang menarik bila saya menilainya dari lapis permukaan saja. Utamanya jika pemilik toko adalah kutu buku juga. <br /></p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyiwAPNFERkZsUrpMzj7XqMhTvA7qWcIe7kZpM_L6TrFfK_HFnfqYDcleKRrOcwvUKDEHhR3vcBHTq2HkkWa7QyP-qs3kbGGK65WkyXUyMxK4wqZd6naNsmJsZ1ePujWPj9zJdYYn0CejRTxt9ul3bUQltC5gRY0bHRQYg9GMXN-zhqT_u1IZlZhFFUg/s4475/merpati%203.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="toko buku di garut toko buku merpati" border="0" data-original-height="3186" data-original-width="4475" height="285" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyiwAPNFERkZsUrpMzj7XqMhTvA7qWcIe7kZpM_L6TrFfK_HFnfqYDcleKRrOcwvUKDEHhR3vcBHTq2HkkWa7QyP-qs3kbGGK65WkyXUyMxK4wqZd6naNsmJsZ1ePujWPj9zJdYYn0CejRTxt9ul3bUQltC5gRY0bHRQYg9GMXN-zhqT_u1IZlZhFFUg/w400-h285/merpati%203.jpg" width="400" /></a><br /></p><p> </p><p>Namun menjual buku bukan pekerjaan mudah, lantas bagaimana dengan menjual buku berbahasa sunda? <br /><br />Ibu Asih cerita bahwa pelanggan tokonya terdiri dari pegawai dinas pemerintah, guru dan anak sekolah dasar, lalu perantau. <br /><br />“Perantau, Bu?” tanyaku rada bingung tapi saya dapat menebak arahnya ke mana. <br /><br />“Muhun,” jawabnya. Ia melanjutkan, perantau orang sunda yang bekerja dan tinggal di luar pulau jawa dan luar negeri bila pulang ke Garut pasti mampir ke tokonya dan memborong banyak buku. Salah satu pelanggannya bermukim di Kalimantan. <br /><br />“Buat obat kangen” ucapku, Ibu Asih mengiyakan. Biar serasa tidak jauh dari kampungnya mungkin, katanya lagi. </p><p> </p><p>Saat itu saya ingin memotret Ibu Asih tapi beliau berkata sedang tidak memakai kerudung. Tidak enak hati memotonya secara diam-diam, saya hanya meminta izin foto toko dan buku-bukunya saja. </p><p></p><p></p><p></p><p><br />Penampakan tokonya seperti bukan buatan tahun 2000an. Tegel kuning kusam terlihat seumur dengan ayah saya, lemari buku yang rapi dan sunyi, etalase toko dengan majalah Mangle yang menggantung-gantung hening di sana. Semuanya, meski tidak tua-tua amat, terasa begitu antik. </p><p><br /></p><p>Saya menyimpulkan Ibu Asih sayang pada tokonya. Ia juga pembaca buku, dengan fasih dan lincah ibu berusia 62 tahun tersebut merekomendasikan berbagai macam judul. <br /><br />Dibantu rekomendasinya, saya membeli tiga buku di sini. Total harganya Rp99.000. Tidak lupa saya minta cap tokonya juga di halaman pertama tiap buku sebagai tanda mata. Kenang-kenangan. <br /></p><p style="text-align: center;"><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1KvHf7x-6qVxO-auDlmHC5wn4lgiIOKWAAMJ7f1l3OzOK8JgK1iUOQKG1mehlawU6aQb50HHdELt5u1JbgkXuc0KtU54tIrO1nqY9VVi0ugNhfE0rhdypvt8kOVLBp7hnv8tN9jsGw9q9V1uFX7-VWdxsE3nVMnnCNSrQsWAzb3Fn_wWKJorx1wKvcg/s4464/merpati%205.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="toko buku di garut toko buku merpati" border="0" data-original-height="2857" data-original-width="4464" height="256" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1KvHf7x-6qVxO-auDlmHC5wn4lgiIOKWAAMJ7f1l3OzOK8JgK1iUOQKG1mehlawU6aQb50HHdELt5u1JbgkXuc0KtU54tIrO1nqY9VVi0ugNhfE0rhdypvt8kOVLBp7hnv8tN9jsGw9q9V1uFX7-VWdxsE3nVMnnCNSrQsWAzb3Fn_wWKJorx1wKvcg/w400-h256/merpati%205.jpg" width="400" /></a></div><p> </p><p>Toko buku Merpati tidak berjualan online. Alamatnya di Jalan Ciledug 57 Garut. <br /><br />Senin - Sabtu <br />Buka pukul 09.00<br />Tutup sebelum magrib</p><p>Mungkin hari minggu juga buka <br /></p><p> </p><p>Bila kamu datang ke sana dan mendapati tokonya tutup di antara pukul 9 dan sebelum magrib, anggap saja belum beruntung. </p><p><br /></p><p>Toko Buku Merpati ini ibaratnya kue-kue rumahan, diasuhnya dengan sentuhan pelan dan longgar, tergantung aktivitas pemiliknya. Subuh-subuh saja, jika kamu melihat seorang ibu-ibu sedang menyapu trotoar depan etalase toko, mungkin itu pertanda sudah buka tokonya.<br /></p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAJKqrAinJ-oN2yM7_GBf0S8xh6uC4quC5CWxkckJQU3XTL71XhvQ3aatfL9W8Oov7WLo0qWe6Vv6SBpEsVdR9ly-tJCjNN8zViny4TAfpn6k5yW7NvEp8oPtCk6t65pPXthUwajjb9mZW-qzr1DdNyteaR78zvx-5DNDNUJ-zQXloPt7_7oU48V7sHQ/s3693/merpati.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="toko buku di garut toko buku merpati" border="0" data-original-height="3693" data-original-width="2590" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAJKqrAinJ-oN2yM7_GBf0S8xh6uC4quC5CWxkckJQU3XTL71XhvQ3aatfL9W8Oov7WLo0qWe6Vv6SBpEsVdR9ly-tJCjNN8zViny4TAfpn6k5yW7NvEp8oPtCk6t65pPXthUwajjb9mZW-qzr1DdNyteaR78zvx-5DNDNUJ-zQXloPt7_7oU48V7sHQ/w280-h400/merpati.jpg" width="280" /></a></div>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-74434603845337180202023-05-29T12:11:00.015+07:002023-06-08T16:59:02.823+07:00Bandungdiary yang Menggantung di Toko Monas<p>Toko Monas yang berada di Pasar Kanoman itu berubah wajah. Tegel toko yang sebelumnya warna hijau persegi kecil kini keramik mengkilap. Tidak lagi ada jambal roti menggantung-gantung kokoh di pintu toko. Bakasem japuh dalam baskom dan ebi beralas tampah menghilang. Semua ikan asin tersimpan dalam chiller. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNGBcwIYRH9-77-4CHwA_tFD17yVxZyGd5QEYDUsOMKe2BoP6X9-Yt3HA_tqMdXnkHBpZCvDjHlE1mSTKjbeem6TW8K3nD6pe9AIXLe9xy4Y3H5FrMazKDeNTjDvUx4o2kx9zdSY3Ay2vXhvWwkfcYx7sBZUIOLiWI61yUF91t-s8eiJpbPGs4LzDt2g/s3170/Monas%204.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="toko monas cirebon" border="0" data-original-height="3170" data-original-width="2489" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNGBcwIYRH9-77-4CHwA_tFD17yVxZyGd5QEYDUsOMKe2BoP6X9-Yt3HA_tqMdXnkHBpZCvDjHlE1mSTKjbeem6TW8K3nD6pe9AIXLe9xy4Y3H5FrMazKDeNTjDvUx4o2kx9zdSY3Ay2vXhvWwkfcYx7sBZUIOLiWI61yUF91t-s8eiJpbPGs4LzDt2g/w314-h400/Monas%204.jpg" width="314" /></a><br /></p><p><br />Mudik 2023 lalu saya berbelanja di Toko Monas yang sekarang serba modern dan rapi. Wujudnya membuat wajah toko ini sama dengan toko oleh-oleh pada umumnya yang kulihat di Cirebon. Cici yang biasanya menjaga kasir toko wafat tiga tahun lalu. Kini toko diurus generasi ketiga.<br /><br />Perubahan wajah toko terjadi entah karena efek pandemi atau memang pemiliknya mau renovasi toko saja. Saya menyukai wujud toko sebelumnya yang rapi, sedikit berantakan tapi cantik dan terasa tradisionalnya. <br /><br />Namun ya sudahlah, saya pembeli bukan pemilik tokonya. Di sini saya belanja bakasem japuh saja. Selain font nama toko yang syukurlah tidak diubah, kualitas produk di toko juga masih sama seperti dulu. Di Bandung kumasak dan makan bakasem japuhnya, duh gusti nikmatnya luar biasa memang bakasem japuh made in toko Monas adalah terbaik! <br /><br />Btw, saat membayar di kasir, saya melihat ada beberapa pigura terpajang di tembok belakang kasir. Kubaca dan kukenal salah satu foto yang dalam pigura itu: foto Toko Monas yang kujepret dengan kamera hp di tahun 2018 dan saya posting ke instagram Bandungdiary.<br /><br />Kuminta izin kepada mba-mba kasir untuk melihat piguranya lebih dekat. Ia menolak, tentu saja karena alasan keamanan, tidak mengapa.</p><p><br /></p><p>Saya mengatakan padanya bahwa foto yang menggantung di belakang meja kasir itu adalah foto jepretanku. Itu pun akun instagram milikku. Hamdalah dibolehin kulihat piguranya dari dekat. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBxZzhOLlbKetY5Fu1bU1R2dG6KAhcx5dt6IBY8qTaIll4KQgVBOwf1pfr8QKx8q0jG0sZCcydri_KKYkJ0dfv27lYNtQn9I1i9PtBaL4OHuOLIfJ6TF9UXeisM5MSNt7CjNvOeac5JePN3QA0m9mdpEIK9PdWLXgHiLzPhCvL9I2HnbZj5TVDHnPf9Q/s3177/Monas%203.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="toko monas cirebon" border="0" data-original-height="3177" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBxZzhOLlbKetY5Fu1bU1R2dG6KAhcx5dt6IBY8qTaIll4KQgVBOwf1pfr8QKx8q0jG0sZCcydri_KKYkJ0dfv27lYNtQn9I1i9PtBaL4OHuOLIfJ6TF9UXeisM5MSNt7CjNvOeac5JePN3QA0m9mdpEIK9PdWLXgHiLzPhCvL9I2HnbZj5TVDHnPf9Q/w328-h400/Monas%203.jpg" width="328" /></a></p><p><br />Postingan saya <b><a href="https://www.bandungdiary.id/2019/02/toko-oleh-oleh-di-cirebon-toko-monas.html" target="_blank">tentang Toko Monas </a></b>masuk radar tokonya. Juga sangatlah saya terharu atas fakta bahwa mereka mencetak foto beserta captionnya dan memajangnya di toko. Nama akun instagram saya tidak dihilangkan. </p><p><br />Saya bukannya dari Kompas, Jawa Pos, atau media lainnya yang meliput Toko Monas. Saya hanya pelanggan yang kebetulan punya instagram dan blog. Perlukah saya merasa istimewa mengetahui bahwa mereka memajang postingan instagram Bandungdiary di tokonya? </p><p></p><p><br /></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuudoy7UM4Odsf8hxkmimmMFgLhRn8gBH-zACm_XG7Z--61kZN7TiiGF9UVYw2odQx5HEP87CIRfl_gb5jsatsrVX6BZM1q2RHfEDXrLPOzHsZgPE2prKywhRJ-R8zBEv9AWBEk4QzcEn8HpWlB0Tb5-m-PtcmorhYC7ez3apG9Wu_0_UeFft5wlOqMA/s1200/Monas%205.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="toko monas cirebon" border="0" data-original-height="1027" data-original-width="1200" height="343" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuudoy7UM4Odsf8hxkmimmMFgLhRn8gBH-zACm_XG7Z--61kZN7TiiGF9UVYw2odQx5HEP87CIRfl_gb5jsatsrVX6BZM1q2RHfEDXrLPOzHsZgPE2prKywhRJ-R8zBEv9AWBEk4QzcEn8HpWlB0Tb5-m-PtcmorhYC7ez3apG9Wu_0_UeFft5wlOqMA/w400-h343/Monas%205.jpg" width="400" /></a></p><p style="text-align: center;"><br /></p><p>Indra bilang saya gak berlebihan. Saya sendiri tidak tahu sejarah dan asal usul tokonya. Hanya saya tebak saja dengan kandungan produk yang terkurasi dan beragam khas pantura itu, kupikir ini toko mungkin sudah ada sejak lama. </p><p> </p><p>Keinginan saya posting foto Toko Monas di instagram semata-mata ingin merekomendasikannya sebagai toko oleh-oleh Cirebon. Maksudku di antara batik trusmi (yang bagus itu) dan empal gentong (yang enak banget itu), ada toko yang menjual produk pangan khas Cirebon berupa bakasem, ebi, emping kwalitet bagus, dan mie homemade yang mereka buat dengan teknik kuno seperti di tiongkok. </p><p><br /></p><p>Menurut pendapat saya komponen pangan ala wong Cirebon sangatlah menarik. Mereka bukan jawa juga bukan sunda. Bila kamu plesir ke Cirebon, belanja ke pasar tentu saja jadi pengalaman menyenangkan karena ketemu bahan-bahan pangan yang orisinil. Asem jawa saja ada beberapa macam dari yang mentah sampai yang tanpa biji. Hingga asem jawa ya g difermentasikan jadi obat bernama Asem Kawak. </p><p><br /></p><p style="text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCJVTFw4c2lgNNy-JTydJ1dp5xB_-eBgqV5cdhinFp8xLvT7cjoYLDna7IrKIH74Hds-gc5dVqkE_Qzeap9DWDfKe9kFiHF_rFpgWzg3tfZu9J2PKRvCCbzvrrLZvKhGLb3r6JdELEUEi5x_NCjnpEg-jsbzjl5lpiD3hVHA-6fWUULNg8AW3v39qUpA/s1478/Monas%206.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="toko monas cirebon" border="0" data-original-height="1478" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCJVTFw4c2lgNNy-JTydJ1dp5xB_-eBgqV5cdhinFp8xLvT7cjoYLDna7IrKIH74Hds-gc5dVqkE_Qzeap9DWDfKe9kFiHF_rFpgWzg3tfZu9J2PKRvCCbzvrrLZvKhGLb3r6JdELEUEi5x_NCjnpEg-jsbzjl5lpiD3hVHA-6fWUULNg8AW3v39qUpA/w325-h400/Monas%206.jpg" width="325" /></a></p><p><br />Pada waktu itu saya bisa masukkan toko ini sebagai ‘hidden gem’ Cirebon karena kurasi Toko Monas akan produknya memang sebagus itu. </p><p><br /></p><p>Maksudku, di mana bisa kamu temui jambal roti versi manis? Dan bakasem japuhnya Toko Monas…astaga…terbaik sekali dari segi tekstur, ukuran, dan rasa. Penggemar masak memasak niscaya akan bahagia ada di toko ini. <br /><br />Beberapa kali sebelum pandemi saya jastipkan produk dari Toko Monas di Bandung. Pembelian saya hanya 2-3 juta. Bila saya minta diskon ke cici, ia memberiku diskon 10.000 sambil berkata “wis tenang bae baka tuku ning kene jaminane wis mutu kabeh laka maning ning toko sejene!” demikianlah kepercayaan diri pemilik toko, cici-cici yang usianya saat terakhir saya bertemu mungkin sekitar 70 tahunan. <br /><br />Saat berbelanja dan jastip itulah saya memotret banyak produk Toko Monas dan fasadnya. Saya posting di instagram. Dan foto itulah yang mereka pajang. </p><p><br /></p><p>Bandungdiary yang menggantung di Toko Monas adalah salah satu episode ajaib nan menyenangkan dalam hidupku. </p><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrtuUxLwgwE0ww8JjjjVTQ7dQkNcdwbc1csRGKtaurhhqIACsls0DDT6m9vsMW1Yte4V6Oiotg4yTBwZvPTQEL-ZgK2v92OBIaS9V7aas0UZrQb9dfgo4kpUJTCjKMVUAlLDUM-3bwD8GAF47MdkjHKSeeHuokgyizC70pUXamXnPoMttPwihWgUwSUQ/s1080/Monas.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="toko monas cirebon" border="0" data-original-height="943" data-original-width="1080" height="349" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrtuUxLwgwE0ww8JjjjVTQ7dQkNcdwbc1csRGKtaurhhqIACsls0DDT6m9vsMW1Yte4V6Oiotg4yTBwZvPTQEL-ZgK2v92OBIaS9V7aas0UZrQb9dfgo4kpUJTCjKMVUAlLDUM-3bwD8GAF47MdkjHKSeeHuokgyizC70pUXamXnPoMttPwihWgUwSUQ/w400-h349/Monas.jpg" width="400" /></a></div><br />Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-74638738350993926322023-05-10T12:56:00.003+07:002023-06-08T17:29:09.101+07:00Soto Bu Pujo yang Kutemukan di Twitter<p>Begitulah media sosial. Tidak sengaja saya temukan postingan tentang Soto Bu Pujo di timeline twitter. Itu terjadi beberapa bulan lalu. Saat benar-benar berada di Jogja, saya telusuri kembali postingan tentang kuliner jogja, wah itu dia, soto terenak yang ada di Pasar Beringharjo lantai dua! </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLB-k8yC6sv5c-RrU80tQCXrrKxE1QQRT_yKRNCMni17NPnxEuuiutIOc3QsCPdV2BfktaxYGb3WrYhBojp0KBWzNZ1YEOrHUJn71KxB741nO7TXfJK6o7CEt6YP5sXurmI6J3RF4caTZtuO7TEs5xFEFvyrHXPnuyROkI9NaNQhz_-tj-t9QKeKFQVw/s4624/soto%20bu%20pujo%203.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="soto bu pudjo di pasar beringharjo" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLB-k8yC6sv5c-RrU80tQCXrrKxE1QQRT_yKRNCMni17NPnxEuuiutIOc3QsCPdV2BfktaxYGb3WrYhBojp0KBWzNZ1YEOrHUJn71KxB741nO7TXfJK6o7CEt6YP5sXurmI6J3RF4caTZtuO7TEs5xFEFvyrHXPnuyROkI9NaNQhz_-tj-t9QKeKFQVw/w400-h300/soto%20bu%20pujo%203.jpg" width="400" /></a></p><p> </p><p>Sehabis ikutan tur jalan kaki dengan Jogja Good Guide, saya menumpang ojeg online ke arah Malioboro. Syukurlah masih kebagian satu porsi soto karena pembeli berikutnya beberapa orang setelah saya malah kehabisan. Kulihat jam tangan, kira-kira belum pukul satu. Hebat betul sudah habis sotonya. </p><p><br /></p><p>"Bukanya jam berapa, Bu?" kutanyakan sambil nunggu sotonya datang. Jam 8 pagi jawabnya. Wah kupikir buka sejak jam 6 pagi atau lebih subuh lagi. Berapakah stok porsi soto yang mereka siap jual ataukah sudah dipatok tidak bawa banyak-banyak, ataukah pembelinya sebanyak itu? </p><p><br /></p><p>Soto datang, kumakan saja. Kuahnya panas membara. Menyantap soto sepanas ini di tengah pasar dan cuaca Jogja yang menggelora rasanya nikmat sekali. Meski saya kepanasan dan keringatan saat makan, tapi setelah selesai dan menutup sesi dengan segelas es teh manis rasanya agak dingin ke tubuh. </p><p> </p><p>Sebetulnya tidak ada beda santap siang di Pasar Beringharjo dengan Pasar Cihapit. Namun namanya orang liburan, saya merasa ada aura petualangan yang berbeda saja. Semua gerak-gerik awak masak Bu Pujo, semangkok soto, segelas teh manis dingin, suara dangdut koplo entah darimana sumbernya, sudut-sudut pasar yang terasa antik. Wah suasana makan siang (yang basah karena keringatan!) yang menyenangkan. <br /></p><p> </p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwQ4TWa0AVQd7L78f-cDVgAd-3aYQpHfpmfMn4J4TGxqn8j_evyPJ4Je9gifgW-ncaQsxA1L57srVDb2RuxTGsBjveep_rxJX-a-qVKn4vkJFthXIr5zjaGaI0JiRJBul61nlHFr2IDYWJZGZlV_aQgLA-Lk3KSJsEJldh6NG36enufR6eukobhLPI7w/s2880/soto%20bu%20pujo.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="soto bu pudjo di pasar beringharjo" border="0" data-original-height="2880" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwQ4TWa0AVQd7L78f-cDVgAd-3aYQpHfpmfMn4J4TGxqn8j_evyPJ4Je9gifgW-ncaQsxA1L57srVDb2RuxTGsBjveep_rxJX-a-qVKn4vkJFthXIr5zjaGaI0JiRJBul61nlHFr2IDYWJZGZlV_aQgLA-Lk3KSJsEJldh6NG36enufR6eukobhLPI7w/w361-h400/soto%20bu%20pujo.jpg" width="361" /></a></div><br /><p></p><p>Dagingnya made in Soto Bu Pujo empuk dan sedikit beraroma. Potongannya tidak terlalu besar. Hanya menyediakan daging sapi saja. Ada bihun, potongan daun kucai, toge, kol, dan bawang goreng. Sejujurnya satu porsi terasa kurang buat saya. Namun mau nambah pun tidak bisa karena mahal. Harga turis. Seporsinya Rp19.000. Menurut pendapat saya ini masih mahal bila dibandingkan (ukuran) satu mangkoknya yang mungil untuk perut saya yang seluas Siberia. <br /></p><p> </p><p>Namun tidak ada keluhan berarti. Saya menikmati soto bening ala Bu Pujo ini dengan tentram dan khidmat saja. <br /></p><p> </p><p>Agar rasa kenyang tertancap damai di perut saya beli jeruk setengah kilo. Kembali ke hotel, saya makan jeruk dan tidur siang. Memanglah setelan orang liburan dan jalan-jalan itu damai rasanya. Ada uang yang terpakai tapi ada pekerjaan yang sejenak bisa ditinggalkan bukan? Hehe. <br /></p><p><br /></p><p>Walo inginnya mencari kuliner lain, tapi bisa jadi saya akan kembali makan di soto yang sama kapan-kapan. Rasanya memang enak. Cobain! Makasih mas-mas yang rekomendasiin Soto Bu Pujo di Twitter! </p><p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihgfgJvKpvp0FweZtfmoJ_HIFJl1pTbrzyCPDkn5oTOBkvxR_gycEcDTiB96GpYNGy4bolRH8XCBWOlRFq8OH_kHpcXh_sG0bGKwjlS697W8UsC-u0drmguUpYW5m4LVzcPfd9HmxeMtMQFGf3nCR_MKRc1ZNq4AMUhloWU8VE_4uqffvQmhsodpGL9Q/s4624/soto%20bu%20pujo%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="soto bu pudjo di pasar beringharjo" border="0" data-original-height="3379" data-original-width="4624" height="293" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihgfgJvKpvp0FweZtfmoJ_HIFJl1pTbrzyCPDkn5oTOBkvxR_gycEcDTiB96GpYNGy4bolRH8XCBWOlRFq8OH_kHpcXh_sG0bGKwjlS697W8UsC-u0drmguUpYW5m4LVzcPfd9HmxeMtMQFGf3nCR_MKRc1ZNq4AMUhloWU8VE_4uqffvQmhsodpGL9Q/w400-h293/soto%20bu%20pujo%202.jpg" width="400" /></a></div>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-60090546453398670882023-03-24T21:00:00.127+07:002023-06-01T08:44:37.964+07:00Berkunjung Ke Museum Rumah Peranakan di Jalan Gambiran Parakan<p>Ada seorang arsitek, seniman, kolektor, sekaligus pebisnis tembakau yang kebon tembakaunya berada di Parakan. Chris Darmawan namanya. Ia membeli <b><a href="https://www.bandungdiary.id/search/label/Parakan" target="_blank">rumah tua di Parakan</a></b> dan mengkonservasinya. Tahun 2022 rumah tersebut menjadi rumah percontohan museum peranakan dan menjuarai Ikatan Arsitek Indonesia Heritage Awards. </p><p> </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpaK0y_ypvbz7Ypc5X9hOVHRNy3L5AueohiTUZ1mlbQvVwBGOuJdT8f75hgVCERR6h_O78Qu95Mo6nD6FPBkvMen5GhG-OaeMHbLiwZr0nzBs9VRs6GJVm5yXHHX3_y8BfLjUP2ofE8Uor01vSjZuq2gQJx4RCBp4LnF_WlD1M0HT5T2q9DxrWgNGwGQ/s4510/museum%20peranakan5.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="museum rumah peranakan parakan" border="0" data-original-height="3386" data-original-width="4510" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpaK0y_ypvbz7Ypc5X9hOVHRNy3L5AueohiTUZ1mlbQvVwBGOuJdT8f75hgVCERR6h_O78Qu95Mo6nD6FPBkvMen5GhG-OaeMHbLiwZr0nzBs9VRs6GJVm5yXHHX3_y8BfLjUP2ofE8Uor01vSjZuq2gQJx4RCBp4LnF_WlD1M0HT5T2q9DxrWgNGwGQ/w400-h300/museum%20peranakan5.jpg" width="400" /></a><br /></p><p><br />Ini rumah dengan kondisi paling segar dari empat rumah yang saya kunjungi di Parakan. Bersih dan sangat terawat. Rumah ini sebetulnya adalah rumah lama yang sudah melalui proses konservasi. Oleh Pak Chris rumah ini dijadikan museum dan galeri rumah peranakan. Beliau sendiri kini bermukim di Semarang, tapi semasa kecilnya hingga bangku SMP ia tinggal di Parakan. </p><p><br /></p><p></p><p>Peranakan tionghoa adalah budaya percampuran yang terjadi karena pernikahan antara orang tionghoa dengan orang indonesia.</p><p><br /></p><p>Di kota Parakan ini percampuran budaya terjadi dengan etnis Jawa. Dalam proses akuturasi budaya tersebut, pengaruh budaya kolonialnya ikut bercampur mengingat saat itu pemerintah kolonial yang berkuasa. <br /> </p><p>Museum inilah yang memperlihatkan campuran budaya tersebut. Terdiri dari dua bangunan, ada gaya tionghoa dan eropa di sini. Di antara kedua bangunan tersebut ada taman kecil tanpa atap.</p><p><br /></p><p>Bangunan di depan bergaya peranakan tionghoa. Lengkap dengan altar sembahyang dan berbagai perabotan khasnya. Bangunan kedua bergaya kolonial, lebih kelihatan western karena ada dekorasi melengkung yang katanya Mas Bayu, pamandu saya, itu khas eropa. <br /><br />Museum ini berpagar pendek, ada dua daun pintunya. Meski ada teras sempit, dari pagar kita langsung ketemu pintu rumah dan dua pintu jendela di sisi kanan kiri. </p><p><br /></p><p>Rumah-rumah tua yang saya saksikan di Parakan penampakan luarnya sederhana dan tidak terlalu mencolok kecuali ukuran tembok bangunan yang tinggi. Namun tunggu sampai kamu lewati pintu masuknya. Barulah terlihat kemegahannya yang memukau. <br /></p><p> </p><p>Di museum ini sebelum masuk lewati pintu, Mas Bayu si pemandu meminta kami mendongakkan kepala. Di atas kami ada Thawkong, penyangga kuda-kuda yang menonjol ke luar. Wah indah sekali peyangganya, craftmanship tukang-tukang zaman dulu memanglah rumit dan penuh detail. Ukirannya mengagumkan dan njelimet. <br /></p><p> </p><p></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYrft9wbHDoWCzCNUaYahLbrsvLfelS7JtbpSdzqhlx3RDvzW7xzeeDCToK9_W_ZB_JymXLHkX1JLCSYAsKymqfBodyb4d6rXMJul-YL8KRx9Hdr-J1idsoE0Q3cqFCa9C07zndZ8j3bD38sSGWmbhtmOFqtlOK0fe2R4-7cz5WpkzDYQlGjdxD7SLZw/s4480/museum%20peranakan7.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="museum rumah peranakan parakan" border="0" data-original-height="3364" data-original-width="4480" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYrft9wbHDoWCzCNUaYahLbrsvLfelS7JtbpSdzqhlx3RDvzW7xzeeDCToK9_W_ZB_JymXLHkX1JLCSYAsKymqfBodyb4d6rXMJul-YL8KRx9Hdr-J1idsoE0Q3cqFCa9C07zndZ8j3bD38sSGWmbhtmOFqtlOK0fe2R4-7cz5WpkzDYQlGjdxD7SLZw/w400-h300/museum%20peranakan7.jpg" width="400" /> </a></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU9sDYjIVJv-TDaHPqKo4dV1qM4pybY0r9abXryKBAzLuklYxq9vLu7ZHFbenqi70IieNv7Jz_w7zEPN-9s0wm_dqtxvXysEd4X2ulVm0RgGIsEjgjDR6Q8q8YWQYba-cynUBXdkALmojqDGKnvjUwfHA1tWctRRh8q4t9VVvtfYazifsMjYE3TFOS-g/s4624/museum%20peranakan3.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="museum rumah peranakan parakan" border="0" data-original-height="3318" data-original-width="4624" height="288" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU9sDYjIVJv-TDaHPqKo4dV1qM4pybY0r9abXryKBAzLuklYxq9vLu7ZHFbenqi70IieNv7Jz_w7zEPN-9s0wm_dqtxvXysEd4X2ulVm0RgGIsEjgjDR6Q8q8YWQYba-cynUBXdkALmojqDGKnvjUwfHA1tWctRRh8q4t9VVvtfYazifsMjYE3TFOS-g/w400-h288/museum%20peranakan3.jpg" width="400" /></a> <br /></p><p style="text-align: center;"><br /></p><p>Dalam buku Living Heritage Parakan disebut “kuda-kuda itu bukan sekadar bagian dari struktur bangunan, melainkan dibuat untuk menyenangkan mata yang memandangnya. Indah tanpa mengurangi kegaharannya sebagai penyangga kuda-kuda”. Dekorasi zaman dulu memperhatikan sekali kerinciannya sampai-sampai hal yang luput dari mata biasa saja tetap dibuatnya penuh dedikasi dan cantik sekali. <br /><br />Masuk ke dalam bangunan kita akan bertemu altar sembahyang. "Rumah peranakan pasti ada altarnya," kata Mas Bayu. Semua rumah peranakan yang saya kunjungi altarnya berada tepat di hadapan pintu masuk rumah. Ada juga yang agak menyamping sedikit seperti di Omah Tjandie tempat saya melihat <b><a href="https://www.bandungdiary.id/2023/03/berkunjung-ke-bolu-cukil-cap-tomat-di-parakan.html" target="_blank">pembuatan Bolu Cukil Cap Tomat.</a></b> <br /><br />Di sisi kiri dan kanan ada ruangan tanpa pintu, ada kursi-kursi jati khas tionghoa di sana. Alas duduknya batu marmer. Enak betul saat kududuki terasa sejuk dan adem ke bokong. </p><p><br /></p><p>Dekorasi guci tersimpan di berbagai pojok ruangan. Saya khawatir salah gerak sehingga menyenggol gucinya. Guci-guci kuno berusia ratusan tahun soalnya. Bila membawa anak kecil sebagai peserta tur baiknya diaping betul-betul di sini. <br /><br />Pak Chris menjaga ruh rumahnya seperti dahulu kala. Lantai dalam museum berupa tegel berwarna hitam pola kembang. Meski pola tegelnya terlihat antik, tapi cetakannya baru. </p><p> </p><p>Bukan hanya arsitekturnya yang diperhatikan tapi juga sampai ke perabotannya: foto, lukisan, meja marmer dan kayu,
kursi berukir yang kayu swancinya didatangkan dari Tiongkok, guci-guci kuno, lampion, ranjang, sampai tempat menggantung
sandal dan kain, juga wadah untuk mencuci wajah lengkap dengan cerminnya.<br /></p><p><br /></p><p>Saat membeli rumah tua ini, Pak Chris memang bertujuan mengembalikan rumah ke kondisi kejayaannya. Konservasinya dilakukan dengan riset agar rumah tersebut lahir kembali dan semirip mungkin dengan kondisinya dahulu saat dihuni pemilik pertama rumah, keluarga Siek Kiem Tan. </p><p><br /></p><p>Kepemilikan rumah ini berpindah-pindah tangan. Mulanya milik Siek Kiem Tan, juragan gambir yang
bisnisnya moncer sampai-sampai gambirnya diekspor. Siek Kiem Tan wafat tahun 1935.</p><p><br /></p><p>Mas Bayu pemandu dari
PIPPA cerita bahwa gambir digunakan sebagai pewarna pakaian. Selain
tembakau, Parakan ini surganya gambir. <br /><br />Saking kesohornya
keluarga Siek dan bisnis gambir, juga rumah-rumah tinggal lainnya yang
berbisnis sama, lokasi rumah mereka bernama Gambiran. Kini nama jalannya
menjadi Tejo Sunaryo. Namun warga Parakan masih menyebutnya jalan
gambiran.<br /></p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKrf7TqzE5-F3KAK9RXlS7mex2lX9I_i5mC8sKtgTw3oHTUm8blYo4hJiycNwZYBrpCIwlzmv5q44Zu-2WKKpndX0l5uV8hvfF4iy2BtM7zrV-A7j_IeYlD8M3oFPe8LL1uipcI9MdF169HTgKFIpT6QYHjfF11aE7nuGghnDxwb2SrntEThYJVoOXqA/s3815/museum%20peranakan.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="museum rumah peranakan parakan" border="0" data-original-height="3815" data-original-width="2604" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKrf7TqzE5-F3KAK9RXlS7mex2lX9I_i5mC8sKtgTw3oHTUm8blYo4hJiycNwZYBrpCIwlzmv5q44Zu-2WKKpndX0l5uV8hvfF4iy2BtM7zrV-A7j_IeYlD8M3oFPe8LL1uipcI9MdF169HTgKFIpT6QYHjfF11aE7nuGghnDxwb2SrntEThYJVoOXqA/w436-h640/museum%20peranakan.jpg" width="436" /></a><br /></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpWfUFCshq9JpzSBSox55_fIPG-_bstze04dAbDmjhDiOTPwKnId7KoFY0phNZgXccVttX0lKPqBXIBEA4VxxaIMlNS0kn_FS9EZYu5NE23AIiSgo6FDFvo9d7O9cuYobGsipP6qxPWiaVPwUedSIFy-95BTXIqLcEIgkEYpgPACw8Jh050XQ1uqvIIA/s3890/museum%20peranakan4.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="museum rumah peranakan parakan" border="0" data-original-height="3890" data-original-width="2604" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpWfUFCshq9JpzSBSox55_fIPG-_bstze04dAbDmjhDiOTPwKnId7KoFY0phNZgXccVttX0lKPqBXIBEA4VxxaIMlNS0kn_FS9EZYu5NE23AIiSgo6FDFvo9d7O9cuYobGsipP6qxPWiaVPwUedSIFy-95BTXIqLcEIgkEYpgPACw8Jh050XQ1uqvIIA/w428-h640/museum%20peranakan4.jpg" width="428" /></a><br /></p><p style="text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXbNcMIm2QefYZAygLsU1Ba7wd5DAPYJLKTnqu8Cd_WAgAd6ABXO4kIh4-W3_GxJtL9UI0NQTVfr64z22dQsUkX4VcWnok6ZGz6m7ygFhPx0kFv8xNcIqImnCQjRhJ1F_DUSNhr9cbFWlXT7S45kmYaH_3XOPKFvWhTSCCchtA-4NVWOf9CJphwYLajg/s4062/museum%20peranakan6.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="museum rumah peranakan parakan" border="0" data-original-height="4062" data-original-width="2547" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXbNcMIm2QefYZAygLsU1Ba7wd5DAPYJLKTnqu8Cd_WAgAd6ABXO4kIh4-W3_GxJtL9UI0NQTVfr64z22dQsUkX4VcWnok6ZGz6m7ygFhPx0kFv8xNcIqImnCQjRhJ1F_DUSNhr9cbFWlXT7S45kmYaH_3XOPKFvWhTSCCchtA-4NVWOf9CJphwYLajg/w402-h640/museum%20peranakan6.jpg" width="402" /></a></p><p> </p><p>Selain mongkonservasi bangunan tua, Pak Chris juga berinisiatif membuat buku mengenai rumah-rumah tua di Parakan. Judulnya<b><a href="https://www.tokopedia.com/periplus/parakan-living-heritage-9786239605605?extParam=ivf%3Dfalse" target="_blank"> Living Heritage Parakan</a></b>. Penulisnya Lily Wibisono dan fotografernya Feri Latief. </p><p> </p><p>Saya membaca bukunya di perpustakaan Telkom University di Bojongsoang. Setelah membacanya, terasa betul penyusunan buku ini sangat istimewa. </p><p> </p><p>Bukan saja ia mengarsip proses konservasi rumahnya sendiri, tapi juga meriset rumah-rumah kuno yang berada di Parakan. Ada wawancara dengan pemilik rumah. Riset dan pengumpulan datanya pasti gak mudah. Saya merasa beruntung sudah membaca bukunya dan akhirnya bisa juga berkunjung ke Parakan.</p><p><br /></p><p>Kuharap kota-kota lainnya di Indonesia juga mendapatkan anugerah seseorang dengan privilege seperti Pak Chris. Harusnya ini tugas pemerintah sih tapi ya sudahlah bisa ngarep apa dari pemerintah</p><p><br /></p><p>Di youtube ada arsip diskusi #ObrolanHeritage 54 bertema Parakan: Living Heritage, diskusi ini berlangsung saat pandemi tahun 2020. Saya mengakses videonya karena penasaran saja apakah yang diobrolkan ada rumah yang saya datangi. Ternyata iya. </p><p> </p><p>Dalam diskusi tersebut Chris Darmawan cerita bahwa rumah yang jadi museum peranakan itu tidak menggunakan semen dalam pembangunannya. Sebab itulah di proses konservasi dia juga melakukan hal yang sama.</p><p><br /></p><p>Jadi Pak Chris menggunakan campuran bata merah yang ditumbuk, batu kapur, dan pasir. Komposisinya 2:1:1. Ia juga mengatakan rumah tersebut tidak menggunakan bata merah tapi bata mentah yang terbuat dari campuran tanah dan air. "Tebal batanya 50 cm," katanya lagi. Bahan bakunya memang tidak ada lagi sehingga Pak Chris menyiasatinya dengan teknik yang kira-kira mirip. Mungkin begitu. </p><p><br /></p><p>Ini wujud rumah lama yang baru. Saya melihat foto-foto lama rumah ini sebelum ‘dibersihkan dan diperbaiki’ dan berada di dalamnya hari itu rasanya seperti melihat sesuatu bangkit dari kuburnya, dalam makna yang baik.</p><p><br /></p><p></p><p>Mengunjungi museum peranakan ini sepertinya harus by appointment dulu. <b><a href="https://www.instagram.com/pippa.id/?hl=en" target="_blank">Kontak PIPPA</a></b> untuk mendapatkan izin dan panduannya.<br /></p><p> </p><p>Saya beruntung bisa menyaksikan rumah peranakan yang kini jadi museum tersebut. Makasih, <b><a href="https://www.instagram.com/alon.mlampah/" target="_blank">Alon Mlampah</a></b> yang ajak saya berkunjung ke Parakan. <br /><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg44wH-18W-0-JAy53HmruLXl4_yjHDUQS-Uh3fTAzcMcD2z_SnSvnyhdclC7frKnTZREnxf-4Hoyas8glH3vzkJ3P0bfzDVf9zNPOzTho6XwbW0DP4IItFdYzP0A5h-FZTVzEhnPEE_zEYVNln4TzOAJdaNE9bJkLvqhd5zx6HaQshmfDyxMDG2CD-Gw/s3184/museum%20peranakan2.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="museum rumah peranakan parakan" border="0" data-original-height="3184" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg44wH-18W-0-JAy53HmruLXl4_yjHDUQS-Uh3fTAzcMcD2z_SnSvnyhdclC7frKnTZREnxf-4Hoyas8glH3vzkJ3P0bfzDVf9zNPOzTho6XwbW0DP4IItFdYzP0A5h-FZTVzEhnPEE_zEYVNln4TzOAJdaNE9bJkLvqhd5zx6HaQshmfDyxMDG2CD-Gw/w328-h400/museum%20peranakan2.jpg" width="328" /></a></div><br />Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-71975724209340645702023-03-22T16:30:00.033+07:002023-06-01T08:53:16.590+07:00Omah Tangsi, Penginapan di Parakan <p>Rumah-rumah tua di Parakan ada namanya. Omah Tangsi rumah pertama yang saya lihat di Parakan. Lokasinya di Jl. Brigjen Katamso no. 11. Warga Parakan menyebutnya Jalan Ngadirejo. Rumah antik ini pernah jadi asrama polisi. Dari sanalah kata Tangsi berasal. </p><p><br /></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnzvorbEE-9CIfa-RevTq7Jojc4Zv47ho5KUByev1B34qcCPNmmUQg9wNETrlLTFcD5XDWfXER9Sml7yvsddybYg7J4D8YRcU-HAP65u03hcKYAeyvzLFJx99jEXmOBvucoKSKeNYutYP9ooxj1lejrpK35ZBtormGL1pSJtfnxLBRdwa3YS78wN-Oaw/s4624/tangsi4.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="omah tangsi parakan" border="0" data-original-height="2720" data-original-width="4624" height="235" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnzvorbEE-9CIfa-RevTq7Jojc4Zv47ho5KUByev1B34qcCPNmmUQg9wNETrlLTFcD5XDWfXER9Sml7yvsddybYg7J4D8YRcU-HAP65u03hcKYAeyvzLFJx99jEXmOBvucoKSKeNYutYP9ooxj1lejrpK35ZBtormGL1pSJtfnxLBRdwa3YS78wN-Oaw/w400-h235/tangsi4.jpg" width="400" /></a> <br /></p><p></p><p><br />Tercium hawa pegunungan saat turun dari mobil yang saya tumpangi pada minggu 12/03/2023. Kami tiba di Omah Tangsi. </p><p><br /></p><p>Gunung merapi baru mengeluarkan abu vulkaniknya hari kemarin. Abunya masih berjatuhan ke Parakan. Seperti salju tapi membahayakan paru-paru. Karenanya cuaca di sini panas menyengat dan saya harus bermasker. Temperatur pukul 12 siang 28 derajat celcius. <br /><br />Halaman depan Omah Tangsi berupa taman. Cukup luas ukuran tamannya. Terdapat ornamen tionghoa patung-patung kilin di taman dan mulut teras. <br /><br />Dalam buku Parakan The Living Heritage karya Chris Darmawan, rumah ini disebutkan berlanggam American Queen Anne Style. Ciri-cirinya pola bangunan tidak simetris, sisi kiri dan kanan bangunan tidak sama. </p><p><br /></p><p>Dalam buku tertulis “selalu terdapat sepasang atau satu menara dekat pintu masuk, di depan pintu masuk terdapat teras kecil, seringkali beratap terpisah. Atap bersudut, tidak pernah rata. Bahan bangunan dan warna bata dominan. Langgam ini tidak sedikit ditiru di kota-kota di Jawa pada perempat pertama abad ke-20.” <br /><br />Betul-betul rumah yang cantik. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWCuv4rRIeM5n1rb7NvNbUmiKTYppErhHu05BpqTFuG2nmDqZtlcetHFaH6_tKFjOp6ev0x7PFaW3fbBfdO32564F1U34JnnCO1svw98tXMrgalRV-0MefZK5p4PVh6BlT6Rc0zkeRAJ1-YQVVtOtLK4a_RRVGaaZPK5C4QpwmgL-eB5Pvy0s4clwaRw/s4624/tangsi5.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="omah tangsi parakan" border="0" data-original-height="3265" data-original-width="4624" height="283" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWCuv4rRIeM5n1rb7NvNbUmiKTYppErhHu05BpqTFuG2nmDqZtlcetHFaH6_tKFjOp6ev0x7PFaW3fbBfdO32564F1U34JnnCO1svw98tXMrgalRV-0MefZK5p4PVh6BlT6Rc0zkeRAJ1-YQVVtOtLK4a_RRVGaaZPK5C4QpwmgL-eB5Pvy0s4clwaRw/w400-h283/tangsi5.jpg" width="400" /></a><br /></p><p></p><p></p><p></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilKRvuysIX-Jh9GS4MJUdTyaQ_XO_xx8NtnEAU9UMf7ZWWmV_CFbRpoa7Vfb15hCwLbFkBnMrey2nCTn-UbIcNY92EKcyjb2gHjIQjjNgybWCADym39f3yikZwXzhgarVeqbWPPX3r90rRhzkr9N3aPrgrXar8WAYQxVjst_LMoQOzleu_ayA3Z5YULw/s4410/tangsi2.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="omah tangsi parakan" border="0" data-original-height="3173" data-original-width="4410" height="288" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilKRvuysIX-Jh9GS4MJUdTyaQ_XO_xx8NtnEAU9UMf7ZWWmV_CFbRpoa7Vfb15hCwLbFkBnMrey2nCTn-UbIcNY92EKcyjb2gHjIQjjNgybWCADym39f3yikZwXzhgarVeqbWPPX3r90rRhzkr9N3aPrgrXar8WAYQxVjst_LMoQOzleu_ayA3Z5YULw/w400-h288/tangsi2.jpg" width="400" /></a></p><p style="text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSR9yQZFGZeFh3VvjSnulW538PE2tlOpOqU5cTAiuHWKeEShX0d3rzXL5IHcXDvHjADyuczU4ZjjMCOX0cML8_SVZy-E5KD85XuhN5R0G3oNaylL3dRsOBKqSVwohzDK8n6gA3hlH1w8WitAIjJQcsPCmckbZmSr3K9uh1JXhbaVloQI1SELhiGUgsOQ/s4624/tangsi10.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="omah tangsi parakan" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSR9yQZFGZeFh3VvjSnulW538PE2tlOpOqU5cTAiuHWKeEShX0d3rzXL5IHcXDvHjADyuczU4ZjjMCOX0cML8_SVZy-E5KD85XuhN5R0G3oNaylL3dRsOBKqSVwohzDK8n6gA3hlH1w8WitAIjJQcsPCmckbZmSr3K9uh1JXhbaVloQI1SELhiGUgsOQ/w400-h300/tangsi10.jpg" width="400" /></a></p><p> </p><p>Bangunan ini sekarang berfungsi sebagai penginapan. Di kamar-kamarnya kulihat ada ranjang tiga berjejer dengan selimut warna biru. Ada AC di kamarnya. Dengan jendela besar-besar di situ kupikir si AC baru terpakai saat malam hari saja. <br /><br />Tidak saya ketahui rumah dibangun tahun berapa. Pemilik rumah pertama adalah Pek Tong An. Mula-mulanya ia datang ke Parakan berbekal ilmu surat-menyurat dan kaligrafi. Lantas di kota pegunungan ini ia membangun bisnis tembakau. Bisnis tersebut diteruskan anaknya, Bah Kimpul (Han Tjiauw) dan Bah Kukuh (Han Tjiang).<br /><br />Dalam buku Parakan The Living Heritage diceritakan selama bermukim di Parakan Pek Tong An membuka praktek pengobatan gratis , berderma, dan membuka dapur umum bagi orang miskin. <br /><br />Keluarga Pek pindah ke Jakarta sejak terjadinya Agresi Militer Belanda. Rumah kosong dan digunakan oleh TNI. Kemudian tahun 1960an lembaga kepolisian yang menggunakan rumah tersebut. </p><p><br /></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgQJ0OfZVyoiSypSLDP6H3LLY8BDQbrgFoaNaoRhg9FFW4u9Qwe_W3x9HDY7fBLaDNobBPnpcWHxnI-4DzvsfOJSsB0COeU5OpHo5qUWods-JZZqm_pGYUQZ4u0Wqsmczf5MCYOQDMX78jotvfn1INpLpoCmRkITQ1P_C8UFiBdf67fI1Ok4f6QKfsvw/s2604/tangsi8.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="omah tangsi parakan" border="0" data-original-height="2125" data-original-width="2604" height="326" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgQJ0OfZVyoiSypSLDP6H3LLY8BDQbrgFoaNaoRhg9FFW4u9Qwe_W3x9HDY7fBLaDNobBPnpcWHxnI-4DzvsfOJSsB0COeU5OpHo5qUWods-JZZqm_pGYUQZ4u0Wqsmczf5MCYOQDMX78jotvfn1INpLpoCmRkITQ1P_C8UFiBdf67fI1Ok4f6QKfsvw/w400-h326/tangsi8.jpg" width="400" /></a></p><p style="text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsYrgakn0mRWBpwtd12o86akhplKiOs1b_Ef-wrEiXiZaoM0b6HYIu0L6tUSSDlUv3Ck9z0_biWasj5QG0v7MwXVjH_g470HdbkQ6xNgLGmqcHxwn_lD_PKIFXj2lhKGj3uh7PNAsTUSdkjQ50qWGy7x8hLyPS-EFgzL-u3ZG7VdrtMMqx3HqyZjDsGQ/s2604/tangsi9.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="omah tangsi parakan" border="0" data-original-height="2190" data-original-width="2604" height="336" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsYrgakn0mRWBpwtd12o86akhplKiOs1b_Ef-wrEiXiZaoM0b6HYIu0L6tUSSDlUv3Ck9z0_biWasj5QG0v7MwXVjH_g470HdbkQ6xNgLGmqcHxwn_lD_PKIFXj2lhKGj3uh7PNAsTUSdkjQ50qWGy7x8hLyPS-EFgzL-u3ZG7VdrtMMqx3HqyZjDsGQ/w400-h336/tangsi9.jpg" width="400" /></a></p><p> </p><p>Pendek cerita rumah kembali berpindah tangan kepada pihak keluarga. Di tahun 2018 dia sempat menjadi kafe. Pandemi datang, kafe tutup. <br /><br />Oktober 2022 Omah Tangsi berubah fungsi jadi penginapan. Saya tidak tahu ongkos menginapnya berapa dan bagaimana. Namun kamu bisa mengontak PIPPA (Pusat Informasi Wisata Parakan) di instagram, @pippa.id namanya. Klik <a href="https://www.instagram.com/pippa.id/?hl=en" rel="nofollow" target="_blank"><b></b></a><b><a href="https://www.instagram.com/pippa.id/?hl=en" rel="nofollow" target="_blank">di sini</a></b> untuk mengakses linknya. <br /><br />Saya sendiri penasaran, ada berapa banyak penginapan di Parakan dan untuk apa orang-orang datang menginap di kota ini? Apa keperluannya mereka di kota kecil seperti Parakan, apakah keperluan perkebunan tembakau? <br /><br />Tulisan tentang Parakan lainnya di blog Bandungdiary bisa dibaca <b><a href="https://www.bandungdiary.id/search/label/Parakan" target="_blank">di sini</a></b>. <br /></p><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1PzyflgseDjxNwONL2CZifuEnhUn0mQPAkcA9gTAOcJ5bGsKI9Ulv2HhnmFS6W6b82FfLJ6bi8K3oTzmVwtev98ITOuFeAKsGn8BBZkZcIeIJ-epQSQ6PmZlHIftmKqmwzkTcPVqyNKerEPyM9SZmAyZnH_KvZzLGxrLic39ZddoP9HA7iHoHXa9b9A/s2604/tangsi7.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="omah tangsi parakan" border="0" data-original-height="2431" data-original-width="2604" height="374" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1PzyflgseDjxNwONL2CZifuEnhUn0mQPAkcA9gTAOcJ5bGsKI9Ulv2HhnmFS6W6b82FfLJ6bi8K3oTzmVwtev98ITOuFeAKsGn8BBZkZcIeIJ-epQSQ6PmZlHIftmKqmwzkTcPVqyNKerEPyM9SZmAyZnH_KvZzLGxrLic39ZddoP9HA7iHoHXa9b9A/w400-h374/tangsi7.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">saya di salah satu jendela Omah Tangsi, difoto oleh Teh Gadis. Nuhun, Teh!</span><br /></td></tr></tbody></table><br />Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-59969222118587775592023-03-18T07:19:00.007+07:002023-03-27T06:49:28.534+07:00Berkunjung ke Dapur Bolu Cukil Cap Tomat di Parakan<p>Bolu cukil kering bentuknya imut seperti tomat cheryy. Terbuatnya dari gula, telur, dan terigu. Tambahan rasanya vanila atau gula aren. Bolu Cukil Cap Tomat asalnya dari kota Parakan, Jawa Tengah, 373 km dari Bandung dan saya beruntung sekali bisa melongok dapurnya si bolu cukil the OG. <br /></p><p></p><p><br /> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKncrausOAMkkwSAsXeXCAi7YBnZmI9G_JLJvFdEzTyb53HFer9BkKDp7eubODCiMNwMUoSDf15MrmGcGCDaZMgyog_9AX6N0qhSWOCQp-FmGMXn1ALxqNHnWvq_GEXyYVw2UvmanDIB_T0AdPcBM_CxQgEjyLXMD_vsDn0dImAQITiDcEnNu0_fow6g/s4624/cukil%205.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="bolu cukil cap tomat parakan" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKncrausOAMkkwSAsXeXCAi7YBnZmI9G_JLJvFdEzTyb53HFer9BkKDp7eubODCiMNwMUoSDf15MrmGcGCDaZMgyog_9AX6N0qhSWOCQp-FmGMXn1ALxqNHnWvq_GEXyYVw2UvmanDIB_T0AdPcBM_CxQgEjyLXMD_vsDn0dImAQITiDcEnNu0_fow6g/w400-h300/cukil%205.jpg" width="400" /></a></div><br /><p></p><p>Iya saya <a href="https://www.bandungdiary.id/2023/03/jalan-jalan-ke-parakan-bersama-alon-mlampah.html?m=1" target="_blank"><b>berkunjung ke Parakan</b></a> mengikuti turnya Alon Mlampah. Di kota tersebut saya diboyong ke sebuah rumah antik di Jalan Demangan 16. Rumah di sini ada nama-namanya. Yang kudatangi namanya Omah Tjandie atau Omah Gotong Royong. <br /><br />Masuk ke rumahnya saya akan melewati sebuah pintu gerbang beratap genting. Lalu dari pintu tersebut menuju rumah ada halaman luas berumput hijau dan ada beberapa pohon. Sebuah jalan setapak cantik mengarah ke teras rumah. Masyallah cantik sekali rumahnya. <br /><br />Usia rumahnya 173 tahun. Cat rumah dominan putih. Ada dua pilar besar bulat ala Yunani di terasnya yang super luas itu. Beberapa lukisan terpajang di sana, di terasnya. Bila duduk di kursi-kursi teras kita akan menghadap Gunung Sumbing. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwEEhSjlKD_-wGZULeM2D72zJ_bg2s50KC9K91nVi0e79WdjIpBhL-wf6kdFNzM5zQAfidINCGHf8InA8iyllfOOcZxZSj8uWhrqnwEpv38xr8tnCAc53bcKmVyA7CrW3l9E1_YTi2Gi-e8M5tnbxDsmO81_ei9jUdL66mVM0YneZwrOg9GFcxYqh_kw/s2784/cukil%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="bolu cukil cap tomat parakan" border="0" data-original-height="2784" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwEEhSjlKD_-wGZULeM2D72zJ_bg2s50KC9K91nVi0e79WdjIpBhL-wf6kdFNzM5zQAfidINCGHf8InA8iyllfOOcZxZSj8uWhrqnwEpv38xr8tnCAc53bcKmVyA7CrW3l9E1_YTi2Gi-e8M5tnbxDsmO81_ei9jUdL66mVM0YneZwrOg9GFcxYqh_kw/w374-h400/cukil%202.jpg" width="374" /></a><br /></p><p><br />Sayangnya di seberang Omah Tjandie ada rumah tingkat dua yang menghalangi pandangan. Kubayangkan betapa nikmatnya nongkrong di teras Omah Tjandie, entah pagi atau sore, memandangi Gunung Sumbing. Gunungnya dekat sekali! <br /><br />Dapur bolu cukil berada di bagian belakang rumah. Sebelum menuju dapurnya kami bertemu Dani, pemilik rumah tersebut. Dani adalah generasi keenam Omah Tjandie. <br /><br />Rumah ini juga dikenal dengan nama Rumah Kungfu atau Rumah Pendekar. Maklum saja dahulunya di sini tinggal seorang ahli kungfu Lauw Djeng Tie. Ia mendirikan perguruan bernama Garuda Mas. Di sinilah ia mengajarkan ilmu bela diri, tenaga dalam, dan merintis usaha pengobatan obat gosok dan parem. Racikannya berhenti di tahun 2015. <br /><br />Garuda Mas sudah tutup. Dani sendiri menguasai kungfu tapi ia tidak melanjutkan perguruan tersebut. Produk pengobatan yang ada di sini hanya 8 ml minyak gosok untuk mengobati memar dan pegal linu. Saya membelinya satu botol, harganya Rp15.000 saja. <br /><br />Beberapa peninggalan guru kungfu Lauw Djeng Tie dapat kulihat. Ada tombak, golok, dan benda-benda alat bela diri dan senjata lainnya. Mereka terpajang di rumah bagian depan sebagai dekorasi. Kurasa rumah ini jadi museum kecilnya Garuda Mas. <br /><br />Di dapurnya ada enam orang sibuk mengurus bolu cukil. Empat orang di depan kompor dan oven, dua lainnya di bagian pengemasan. Satu dari mereka adalah laki-laki. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYocgnc-rnJkOZ5b5TUmda8OL74KkkWC0yPeEn4GwtQ9l8OVebx8XUKBEn1b-jmb3hn_f_VqnFwpfJlMQJv7HKMG_ypZqGlV3argdgUIQ39mtIcQie8fEXrx5ad0tV4Alu_Y4H92rKOtsLuijvZmEqrSN2VaOpphosYdlEgOcRaUjaJrEk0ahq1m-bNQ/s2644/cukil%204.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="bolu cukil cap tomat parakan" border="0" data-original-height="2644" data-original-width="2604" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYocgnc-rnJkOZ5b5TUmda8OL74KkkWC0yPeEn4GwtQ9l8OVebx8XUKBEn1b-jmb3hn_f_VqnFwpfJlMQJv7HKMG_ypZqGlV3argdgUIQ39mtIcQie8fEXrx5ad0tV4Alu_Y4H92rKOtsLuijvZmEqrSN2VaOpphosYdlEgOcRaUjaJrEk0ahq1m-bNQ/w315-h320/cukil%204.jpg" width="315" /></a></p><p><br />Saya meminta izin rekam video. Mereka memperbolehkannya. Saya juga permisi mencicipi satu potong bolu cukil kering, mereka memberiku izin. <br /><br />Rasanya manis. Varian rasa gula aren tidak lebih manis dari vanila. Sedap semua kuenya. Namun bagiku ini bukan kue baru, maksudku di Bandung maupun kota lainnya ada kue-kue yang rasanya seperti ini. Namun saya sedang berada di Parakan dan kupikir istimewa sekali bisa membeli langsung di dapurnya begini. Semacam bolu cukil The OG alias mbahnya, yang orisinil, yang legendaris. <br /><br />Saat bolu matang ia dicukil dari wajan pemanggangnya. Karenanya bernama Bolu Cukil. Dan menurutku menyematkan nama Cap Tomat sangatlah menggemaskan. <br /><br />Bolunya ada dua, varian basah yang tahan satu minggu dan kering yang ketahanannya hingga enam bulan. Rasanya manis dan cocok disantap sebagai camilan. Teman minumnya kopi pahit atau teh hangat yang tawar. Beuh nikmatnya! <br /><br />Tersedia dalam kemasan 250 gram. Harga perbungkusnya kira-kira dua puluh ribuan. </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUvhY1n7rw-MInaB9AzubnKYJzhCGqqK63soGsuznSMOmSutJYZntP6PK2A93LGBUp5QH8D6cqr54BNVfqNi-OkyXxjDEtpM9R4zXzwax35n961Nhn-6svLsJ4ZVGAVR0HsFZ-Bcr50In_dsGqEQIcVJ92XxW9-lNOM40PjP_9jm6V7kO9gM_C8AZ4ew/s4624/cukil%203.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="bolu cukil cap tomat parakan" border="0" data-original-height="4624" data-original-width="2604" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUvhY1n7rw-MInaB9AzubnKYJzhCGqqK63soGsuznSMOmSutJYZntP6PK2A93LGBUp5QH8D6cqr54BNVfqNi-OkyXxjDEtpM9R4zXzwax35n961Nhn-6svLsJ4ZVGAVR0HsFZ-Bcr50In_dsGqEQIcVJ92XxW9-lNOM40PjP_9jm6V7kO9gM_C8AZ4ew/w360-h640/cukil%203.jpg" width="360" /></a><br /></p><p><br />Distribusi bolu cukil sampai ke kota Semarang, Magelang, dan Jogjakarta. Mereka tidak melayani pembelian online, saat kutanyakan mereka menjawab demikian. Namun bila kamu ingin membelinya mungkin bisa mengontak instagram PIPPA (Pusat Informasi Pariwisata Parakan). <br /><br />Bagiku melongok dapur Bolu Cukil Cap Tomat adalah highlight pejalanan tur ini. Ny. Go Kiem Tong pendiri dan perintis bolu cukil wafat tahun 2015. Anak-anaknya yang meneruskan usaha tersebut. <br /><br />Mereka bekerja hampir tiap hari pukul 07.30 hingga 4 sore. Mengetahui isi rumahnya masih produktif adalah hal yang membuatku lega dan senang. Biasanya rumah kuno isinya muram dan sepi, tapi Omah Tjandie milik keluarga Hoo Djien ini agak ramai dan ada kegiatan usaha yang berjalan terus-menerus. Hamdalah.</p><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgS7wFBEViY3AFBTWOJKZF-sEv-es4zKDllW9rUppK8WG3YhgY-103KyRcRB3gTqpZF7OscVHkcTl-waQN7I3XvFHlY4rfzH1cMS-QXRH4wRO0jo5XvPYJIBCbD_gdoLm6T8cCrrAH9LxTaiGqgZe-f8nytnYDgxB7PE6LOv9CHJIRYQ_27G21V1bdmeQ/s2895/cukil.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="bolu cukil cap tomat parakan" border="0" data-original-height="2895" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgS7wFBEViY3AFBTWOJKZF-sEv-es4zKDllW9rUppK8WG3YhgY-103KyRcRB3gTqpZF7OscVHkcTl-waQN7I3XvFHlY4rfzH1cMS-QXRH4wRO0jo5XvPYJIBCbD_gdoLm6T8cCrrAH9LxTaiGqgZe-f8nytnYDgxB7PE6LOv9CHJIRYQ_27G21V1bdmeQ/w360-h400/cukil.jpg" title="jendela toko kue Orion yang menjual bolu cukil cap tomat parakan" width="360" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr></tbody></table><div style="text-align: center;">jendela toko kue Orion yang menjual bolu cukil cap tomat</div>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-74240375448462574572023-03-15T20:00:00.013+07:002023-06-08T17:33:54.233+07:00I Left My Heart in Parakan<p>November 2022 saya ikutan tur <b><a href="https://www.bandungdiary.id/2022/11/taru-martani-cerutu-dari-jogja.html" target="_blank">berkunjung ke pabrik cerutu Taru Martani di Jogjakarta</a></b>. Penyelenggaranya Alon Mlampah yang dimotori Munadi dan Tikya. Di sana mereka memberitahuku rencana trip berikutnya ke Parakan. “Hah Parakan?” tanyaku retoris. Nah saat itulah saya aktifkan notifikasi instagram Alon Mlampah. Parakan sebabnya! </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4RxyH6mm9Hi06Tj_KOpXBJdNIOZKMjq_u7FItxgnmaTfUiQwbH6QwPbEK2NOTfHrZdmot_92EqrMkCao8pH9lvaIBVrEPjyp5Sg8J9b5j9Q45xfmsA_vDP0L2ZaSAqdg8hU5N9VXLQvRMci5Kbkc4wK8HXM-K204eBpNlnpZeZaX1jLNQM6fzEmF5og/s4624/parakan%205.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="rumah tangsi parakan" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4RxyH6mm9Hi06Tj_KOpXBJdNIOZKMjq_u7FItxgnmaTfUiQwbH6QwPbEK2NOTfHrZdmot_92EqrMkCao8pH9lvaIBVrEPjyp5Sg8J9b5j9Q45xfmsA_vDP0L2ZaSAqdg8hU5N9VXLQvRMci5Kbkc4wK8HXM-K204eBpNlnpZeZaX1jLNQM6fzEmF5og/w400-h300/parakan%205.jpg" width="400" /></a><br /></p><p><br />Kota kecil yang berada di lereng Gunung Sumbing dan Sindoro ini sudah saya tandai sejak membaca t<b><a href="https://jejakbocahilang.wordpress.com/?s=parakan" rel="nofollow" target="_blank">ulisannya Halim Santoso</a></b> dan <b><a href="https://silviagalikano.com/tag/pecinan-parakan/" rel="nofollow" target="_blank">artikelnya jurnalis Silvia Galikano</a></b>. Gak ambisius merasa harus ke sana, tapi keinginan dalam hatiku sih ada terus. Syukurlah berjodoh di bulan Maret 2023. </p><p><br /></p><p>Alon Mlampah membuat program BerKunjung ke Parakan. Biasanya tur-tur mereka selalu full booked, syukurlah saya masih kebagian. </p><p><br /></p><p>Selama pandemi saya pikir hidup berhenti dan semua keinginan gak akan terkabul. Namun saya masih hidup, pandemi usai, dan semua kemungkinan itu bisa kembali terwujud. <br /><br />Sesampainya saya di Parakan memanglah terlihat bangunan tuanya cantik dari tepi jalan. Namun pemandangan klasik yang kulihat di balik pintu mungil dan di balik tembok-tembok tinggi lebih mengagumkan dan membuatku terpukau. Pintu masuknya kecil, di dalam pintunya astaga rumahnya bukan hanya besar, tapi yang elbih menarik bagiku adalah rumah-rumah itu antik kuno klasik! <br /></p><p><br /></p><p>Di sini saya melongok rumah-rumah yang dibangun dari uang tembakau, uang opium, uang vanili, uang gambir! <br /><br />Beruntungnya saya bergabung dalam perjalanan bersama <span style="color: red;"><b><a href="https://www.instagram.com/alon.mlampah/?hl=en" target="_blank">Alon Mlampah</a></b></span> ini. Bila berjalan sendiri pasti akan kesulitan terhadap akses masuk bangunan-bangunan tua yang tertutup itu. </p><p> </p><p></p><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYGE0nsIsWNz2v-8db1Ipqy68tQSThTofLwvEPy5m4keeAktvcEFzr0_GhwxFzbkJfgLOxt4ehAOTFUzyneRKis8fxX3SNfJCCeYXozluR2cF0irKhrT5s6NZxCjBnPOD6NcBfWLYn0Qc97G6eTcS3w1FKBg9EE4_bJ5gKcT_YxtaMowU7OUjmuDccgA/s4624/parakan%206.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="rumah-rumah tua di parakan" border="0" data-original-height="3220" data-original-width="4624" height="279" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYGE0nsIsWNz2v-8db1Ipqy68tQSThTofLwvEPy5m4keeAktvcEFzr0_GhwxFzbkJfgLOxt4ehAOTFUzyneRKis8fxX3SNfJCCeYXozluR2cF0irKhrT5s6NZxCjBnPOD6NcBfWLYn0Qc97G6eTcS3w1FKBg9EE4_bJ5gKcT_YxtaMowU7OUjmuDccgA/w400-h279/parakan%206.jpg" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgY6UHlVDVOLIbV3jDCTbN0_uIfHckgeNGdy9FoFS_Pzrqho2UaiYsgOIJsu19xMFp61n8bsIXbjAf_qrQTGuSRoemKHUukyCjkbjRa2ORBR9cG9UwL7RxqM3db9IiweviRui_y-b7l3hUj6VGyvbA58Z_iihAP0DsPFJH5HibDqV3bdcWopF97XA-xzw/s4624/parakan%209.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="rumah-rumah tua parakan" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgY6UHlVDVOLIbV3jDCTbN0_uIfHckgeNGdy9FoFS_Pzrqho2UaiYsgOIJsu19xMFp61n8bsIXbjAf_qrQTGuSRoemKHUukyCjkbjRa2ORBR9cG9UwL7RxqM3db9IiweviRui_y-b7l3hUj6VGyvbA58Z_iihAP0DsPFJH5HibDqV3bdcWopF97XA-xzw/w400-h300/parakan%209.jpg" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0LrLspEIlr_fxcb5MxF0sBAq8wcObY-S0hgkkl54jaMQOxb6kYywX48eV_CjTk_URbEsoiHnwdgXh5ythWrT1X2mBrzz4522AP79pkAnCva80jSp3MS2VF28k3Pg1m6TMWESlNkOQD4nF5pCh0FNigWq6LMRZq6mhtIxNYyfIfKHdh5WBRTHXhNpPWQ/s4624/parakan%208.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="rumah-rumah tua parakan" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0LrLspEIlr_fxcb5MxF0sBAq8wcObY-S0hgkkl54jaMQOxb6kYywX48eV_CjTk_URbEsoiHnwdgXh5ythWrT1X2mBrzz4522AP79pkAnCva80jSp3MS2VF28k3Pg1m6TMWESlNkOQD4nF5pCh0FNigWq6LMRZq6mhtIxNYyfIfKHdh5WBRTHXhNpPWQ/w400-h300/parakan%208.jpg" width="400" /></a></div><br /><p><br />Kulihat beberapa rumah tionghoa peranakan yang kuno dan klenteng, berkunjung ke bekas stasiun kereta api dan bekas bioskop tua. Lalu kami menengok pembuatan kue bolu cukil kering penganan khasnya Parakan. <br /><br />Saya bahkan membeli obat gosok buat mengobati memar dari Mas Dani yang menguasai bela diri kungfu dan menghuni rumah tua bernama Omah Tjandie. Ramuannya homemade dan harganya Rp15.000 saja! <br /><br />Berada dalam perjalanan ini saya sejujurnya kalap bukan main. Dalam waktu setengah hari, apa yang saya harus lakukan: moto? menyimak pemandunya? bengong memandang semua sudut antiknya? atau bagaimana? <br /><br />Mengingat jarak Parakan dari Bandung yang tidak dekat, saya seperti orang bodoh yang takut kehilangan banyak momen waktu berada di sana. Takutnya itu pengalaman pertama dan terakhir saya ke Parakan. Betapa bodohnya. Padahal saya sedang berada di sana dan seharusnya menikmati saja waktu yang sedang kujalani. Ketololanku ini memanglah! Nanti kan bisa balik lagi kapan-kapan iya gak? <br /></p><p> </p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnolVp_fD18sKTYqhtRCIObe8hI5wp0wcLL8ZWdgJLbMF0xuyxAqTJQOAth8oWlL5AhDLXeIo3eoUmebD2G0DPr7xfyvOBG1wFCHwveHfhUS-K7iEG8-EDgfR95UUg-soS0tN76nvTlqQjEJWopzcj651QFbMFltetmzr9IoxpghR3YkI-X0S_lA5uJg/s4624/parakan%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="bekas stasiun kreta api parakan" border="0" data-original-height="3328" data-original-width="4624" height="288" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnolVp_fD18sKTYqhtRCIObe8hI5wp0wcLL8ZWdgJLbMF0xuyxAqTJQOAth8oWlL5AhDLXeIo3eoUmebD2G0DPr7xfyvOBG1wFCHwveHfhUS-K7iEG8-EDgfR95UUg-soS0tN76nvTlqQjEJWopzcj651QFbMFltetmzr9IoxpghR3YkI-X0S_lA5uJg/w400-h288/parakan%202.jpg" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjat5IygDUY67F1RufHJws9xsuL8fm7wZogX4RRsNkGXc33xGe_mRD2xajjJldfXa0s5iViYbHR7CubjYH_Lnj5oDmKgy8EfjBu_Yt8peOn2qxIvl8VCOXRG1PWhhD6tyoJ3FgLwFI5JTeNaeDmeNJd2J0Izin4fSDojV94r06CHVCAf1qDTqoYssjqzw/s4624/parakan%204.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="bekas biskop parakan" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjat5IygDUY67F1RufHJws9xsuL8fm7wZogX4RRsNkGXc33xGe_mRD2xajjJldfXa0s5iViYbHR7CubjYH_Lnj5oDmKgy8EfjBu_Yt8peOn2qxIvl8VCOXRG1PWhhD6tyoJ3FgLwFI5JTeNaeDmeNJd2J0Izin4fSDojV94r06CHVCAf1qDTqoYssjqzw/w400-h300/parakan%204.jpg" width="400" /></a></div><br /><p><br />Ingin kulakukan semuanya sekaligus, seperti memotret sambil menyimak cerita Mas Bayu pemandu trip dari <span style="color: red;"><b><a href="https://www.instagram.com/pippa.id/" target="_blank">PIPPA (Pusat Informasi Pariwisata Parakan)</a></b></span>. Sayangnya itu gak mungkin. Akhirnya saya lebih banyak motret daripada menyimaknya. Sering kali saya ketinggalan di belakang rombongan karena ingin moto tanpa seliweran teman-teman masuk ke frame. <br /><br />Sayang sekali tapi ya sudah, akan ada waktu lainnya saya kembali ke kota yang resmi berstatus kota pusaka di tahun 2015 ini. Belum sempat saya cobain dawetnya Parakan yang dijual siang mentrang tapi semangkoknya hangat itu. Aneh kan dawet tapi hangat. </p><p> </p><p>Sekarang saya bersyukur aja dulu atas keistimewaan waktu dan rezeki yang membuatku bisa berada di Parakan hari minggu 12 Maret 2023. <br /><br />I left my heart in Parakan sebagai manifestasi agar keinginan saya kembali ke sana dapat terwujud. Aminkan tolong! <br /><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6OI9H0rF2GfoTofX0UJVlVDhgsXgD9JUy3jby8hmxWcYHMS4pFfOhk1_IcP4WLa8Vif6M_EWzTk27H7IS33-vjDGTy4C5dNe1AqaMy48lwlh7NcPwQp4imhq2YAkDXTh21kKoGXPYDIlp0gxz_ntrGulqXzX6NfwPiCBWpaTTmrVVemaG1on_6QYUQQ/s4434/parakan%20.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="rumah-rumah tua di parakan" border="0" data-original-height="3462" data-original-width="4434" height="313" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6OI9H0rF2GfoTofX0UJVlVDhgsXgD9JUy3jby8hmxWcYHMS4pFfOhk1_IcP4WLa8Vif6M_EWzTk27H7IS33-vjDGTy4C5dNe1AqaMy48lwlh7NcPwQp4imhq2YAkDXTh21kKoGXPYDIlp0gxz_ntrGulqXzX6NfwPiCBWpaTTmrVVemaG1on_6QYUQQ/w400-h313/parakan%20.jpg" width="400" /></a></div><p><br /></p>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-50616365102574572742023-03-13T17:00:00.044+07:002023-09-02T05:12:28.617+07:00Modern Life Is Rubbish<p>Sejak memelihara akun <a href="https://www.tiktok.com/@bandungdiary?lang=en" target="_blank">@bandungdiary di TikTok </a>saya sering merekam video. Pertengahan tahun 2022 awal bikin konten masih kuraba-raba mesti gimana. Apakah saya harus menampilkan wajah, apa pake narasi suara, mood backsound lagunya mau kayak gimana. Bingung banget. </p><p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCdlOhaqJawNASGWDYpWA4TeQaWDhvmwADgJ7wMkwsS8RIkeuRbUfvzuo1HRwkb6JkrJ-CSqvEQDwM84JRySKSLufNu9EU8teaAsHkZB8BX_J1OPs23-uzbMF8lzzIz6euv40BSMBCM7LubxWXQKMaMxtCpcWjgGftDIvLdGUc1YMJ9poWDb2yd5wR_w/s496/tiktok%203.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="tiktok bandungdiary" border="0" data-original-height="493" data-original-width="496" height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCdlOhaqJawNASGWDYpWA4TeQaWDhvmwADgJ7wMkwsS8RIkeuRbUfvzuo1HRwkb6JkrJ-CSqvEQDwM84JRySKSLufNu9EU8teaAsHkZB8BX_J1OPs23-uzbMF8lzzIz6euv40BSMBCM7LubxWXQKMaMxtCpcWjgGftDIvLdGUc1YMJ9poWDb2yd5wR_w/w400-h398/tiktok%203.png" width="400" /></a></div><p><br />Beberapa konten saya ambil dari blog sendiri, jadi kontennya lama karena itu-itu aja. Hanya medianya baru (video). Mana hasil video masih sering buram dan goyang karena tangan belum bisa memegang hape dengan anteng. Toolsnya pun hape android dua jutaan (tahu kan maksudnya). Hehe. Sampai hari ini pun masih goyang-goyang videonya yasudahlah gimana lagi percaya diri aja dulu. Wk! <br /><br />Yah dengan serba kekurangan dan penuh kebingungan saya bikin konten terus. Di awal tahun 2023 saya udah ketemu formula kontennya. Saya bahkan tahu mau kasih identitas gimana buat video-video @bandungdiary di TikTok. Sampai ke standar ngasih judul dan backsound musik aja saya menetapkannya sendiri. Seperti, kayaknya gini aja, kayaknya gitu aja. Begitulah hehe. Ada misleuknya sih tapi yaaah begitulah. <br /><br />Kalo gak dikerjakan secara terus-menerus kayaknya saya gak bakal ketemu dengan formula tersebut. Syukurlah saya gak berhenti melakukan ini semua meski ada bingungnya. Saya sendiri gak tahu monetasinya gimana hahaha. Yah urusan itu gak apa saya pikir belakangan. Sejauh ini sih kegiatan kayak gini masih hiburan buat saya sendiri. <br /><br />Cuma ada repotnya sih. Sekarang saya harus ngumpulin konten dalam bentuk video. Sebelumnya kan hanya foto size stories dan size buat blog. Kerjaan bertambah. <br /><br />Betul sekali membuat konten gak sesederhana dulu. Sekarang saya sampai bikin yang namanya: <br /></p><ul style="text-align: left;"><li>pra produksi</li><li>produksi</li><li>pasca produksi</li></ul><p><br /><b>Pra produksi</b>: mencari bahan konten, menyortirnya dari segi ukuran, bentuk, tema, memisahkan foto dan video ke album foto sesuai tema. Sortirnya buat ke blog, IG feed, IG stories, dan TikTok. Udah kayak photo library. <br /><br />Lalu saya bikin teksnya. Teks buat blog, IG stories, caption, dan video TikTok. Bagian tersulit adalah menulis untuk blog. Karena saya harus kumpulkan data dulu, tidak seperti menulis caption saya tuh merasa menulis untuk blog seenggaknya harus komprehensif. Gak ada yang atur-atur saya begini sih padahal hahaha. Ya sudahlah. <br /><br />Udah rapi nih semua file, saya kirim filenya ke email sendiri. Nanti bila leluasa waktu, saya buka laptop dan dowload filenya lalu posting ke blog. Kalo buat IG dan TikTok sih tinggal bikin album aja di galeri hape. Teksnya di notes hape. <br /><br />Lalu masuk ke tahap <b>produksi,</b> saya tinggal posting-posting aja. Teksnya copy-paste aja. <br /><br /><b>Pasca produksinya</b> adalah ngebagiin link dan share lintas media sosial. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWCBLrqR6whAmpHMMlSZ1pgrsJOptwiGEhGXunrjnoHYaBEC10IH8N5al49c1eEWtto2mRLnRROHNf-ntG2ZReEx1OCqnUGakSVFr6BmsJhgo_6tyR9PJ0WDz_YTgck_U7UXBTHZxh0bnum2OAsREQMJyxtRRNrnXZtwAsgRgn_PX2tYdSY-A6bKHxTg/s496/tiktok%202.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="tiktok bandungdiary" border="0" data-original-height="488" data-original-width="496" height="394" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWCBLrqR6whAmpHMMlSZ1pgrsJOptwiGEhGXunrjnoHYaBEC10IH8N5al49c1eEWtto2mRLnRROHNf-ntG2ZReEx1OCqnUGakSVFr6BmsJhgo_6tyR9PJ0WDz_YTgck_U7UXBTHZxh0bnum2OAsREQMJyxtRRNrnXZtwAsgRgn_PX2tYdSY-A6bKHxTg/w400-h394/tiktok%202.png" width="400" /></a><br /></p><p><br />Betapa ini pekerjaan sendiri yang seharusnya berbayar hahaha. Sejauh ini sih saya gak merasa kerepotan mengerjakannya karena gak sekaligus saya kerjain juga. Semuanya serba dicicil. Saat duduk dalam bangku bis, waktu nunggu angkot ngetem, waktu nunggu kerjaan anak-anak Fish Express beres. <br /><br />Kekurangannya adalah waktu membaca buku saya gak ada. Habis aja udah. Menyedihkan juga. Baik! saya kayaknya harus atur waktu lagi biar bisa baca buku seperti sebelum saya kenal TikTok. Wkwkwk kayak yang bisa aja! <br /><br />Ya dibisa-bisain aja semoga bisa. </p><p> </p><p></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMj7uyeE5F20tvgS-Kv8Tgmdol7AmAKxX9rZEfTA_nW3aWQ8JMWNlpoBxrG7Z8C-OoNTbZoDl5B4KqhSffgT1mP727yAnhBOpI8d6XjtCRrPXM9bKHj_KJ2B7AZXovZz8Sr3NfKqRXGlFUZf-xUFfIRwTipAAF5tEnNeBtiGm1y4-fRgKZ608dBvcE4A/s496/TikTok.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="TikTok Bandungdiary" border="0" data-original-height="484" data-original-width="496" height="390" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMj7uyeE5F20tvgS-Kv8Tgmdol7AmAKxX9rZEfTA_nW3aWQ8JMWNlpoBxrG7Z8C-OoNTbZoDl5B4KqhSffgT1mP727yAnhBOpI8d6XjtCRrPXM9bKHj_KJ2B7AZXovZz8Sr3NfKqRXGlFUZf-xUFfIRwTipAAF5tEnNeBtiGm1y4-fRgKZ608dBvcE4A/w400-h390/TikTok.png" width="400" /></a><br /></p><p><br />Paling terasa olehku sekarang adalah ini pekerjaan gak bisa digabung-gabung. Seharusnya ada tugas sendiri tuh yang namanya fotografer, videografer, copywriter, dan mereka yang tugasnya posting ke media sosial. Bila dikerjakan oleh satu orang maka itu adalah saya karena basisnya hobi. Namun bila ini pekerjaan berbayar alangkah kejinya kalo satu orang mengerjakan berbagai macam tugas ini sekaligus. Lintas jobdesc namanya. <br /><br />Cuma emang saru sih, semuanya seperti sama karena media postingnya sama yaitu media sosial, jadi banyak yang berpikir kalo videografer bisa jadi copywriternya. Padahal enggak efektif karena urusannya sama eksposure konten yang UUD kan (ujung-ujungnya duit). IMO sih. </p><p><br /></p><p><i>*judul diambil dari nama albumnya Blur yang kedua, rilis tahun 1993</i><br /></p>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-22263552245198327092023-03-11T06:45:00.010+07:002023-06-09T21:37:00.680+07:00Rumah Baso yang Thoughtful dan Yamin Manisnya yang Enak! <p>Hari itu kerjaan saya agak santai dan kupikir kayaknya bisa nih makan siang di luar. Kubuka koleksi saved post di instagram dan ketemu Rumah Baso. Letaknya di Taman Cibeunying. Ah ini nih! Ayo!</p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIJWW-O-uVYdbUKaI7qAkutPrMfkyfTsXTi_hA6E84vR5ajK6_gzRxH_jnpJkZ7Sbaqj94LJwJS2xPQLk-Z1W2lWZmcocd4Hsr9Muernn0HzLskx_Ft7Idm-gcXB12cZcfGQTY9foC-Ud5MW9c4jHZK-DkGr-0DypFbghzIhinfGFjwzfIoeGgb-SvTw/s3023/rumah%20baso%203.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="rumah baso taman cibeunying" border="0" data-original-height="3023" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIJWW-O-uVYdbUKaI7qAkutPrMfkyfTsXTi_hA6E84vR5ajK6_gzRxH_jnpJkZ7Sbaqj94LJwJS2xPQLk-Z1W2lWZmcocd4Hsr9Muernn0HzLskx_Ft7Idm-gcXB12cZcfGQTY9foC-Ud5MW9c4jHZK-DkGr-0DypFbghzIhinfGFjwzfIoeGgb-SvTw/w345-h400/rumah%20baso%203.jpg" width="345" /></a><br /></p><p><br />Meluncur saya ke sana sendirian. Kubil sekolah. Indra kerja. Sementara saya bersikap seolah-olah seperti pengangguran dan hendak menghabiskan uang yang seharusnya kami tabung untuk pensiun nanti. <br /><br />Becanda. Hehe. <br /><br />Rumah Baso gak sulit dicari. Stories instagramnya lincah jadi saya bisa ketahui bentukan mereka gimana. Kucari kios yang warna merah. Ah itu dia. Gampil! <br /><br />Waktu makan di sana, akang-akang Rumah Basonya menyambutku ramah. Secara sopan ia bertanya padaku nama akun instagramku apa. Ia minta izin memotretku, posting fotonya di stories. Gak lama kulihat notifikasi di IG. <br /><br />Selesai makan basonya dan sambil transaksi pembayaran, kami ngobrol sebentar dan saya menceritakannya tentang Fish Express. <br /><br />Saya merasa harus jelasin ke orang-orang yang belum tahu <a href="https://www.instagram.com/fishexpress_id" target="_blank"><b>tentang Fish Express</b> </a>tapi mengetahui saya di Bandungdiary. Saya ceritakan tentang bisnis perikanan dan ia mendengarku, belakangan saya baru menyadari ia menyimak ceritaku dengan serius. <br /><br />Saat kubilang produk Fish Express dibeli oleh ibu-ibu yang anaknya sedang fase MPASI (makanan pendamping asi), akang Rumah Basonya berkata antusias “oh cocok nih nanti saya kasitau adik saya, anaknya sedang mpasi juga!”. <br /><br />Keesokan harinya akang Rumah Baso mengontakku di DM Instagram. Katanya ia memberitahu adiknya tentang produk filet ikan punyaku dan ternyata adiknya adalah pelanggan Fish Express. <br /><br />Wah senang sekali saya. Gak sangka obrolan kecil itu ditindaklanjuti oleh akang Rumah Baso. Kutanya lagi siapakah nama adiknya. Kucari namanya di database dan kutemukan adiknya pernah membeli ikan di bulan November 2022. <br /><br />Selang beberapa hari kemudian, adiknya mengontak kami dan memesan ikan. Wah bukan main. Saya terkesan sekali. Bukan karena ada pembelian di Fish Express, tapi karena akang Rumah Basonya merhatiin saya bicara dan berusaha menindaklanjutinya. Saya sendiri gak ngarep dia akan memberitahu adiknya tapi gak sangka ia melakukannya. Bener-bener mengharukan. <br /><br />Dia bisa memilih gak melakukannya tapi dia melakukannya. <br /><br />Saya gak akan lupa pengalaman ini. Makasih banget ya akang Rumah Baso yang thoughtful. <br /><br />Waktu makan siang di sana saya memesan yamin manis. Ada semangkok kecil berisi baso dua butir, dan satu pisin berisi pangsit. Kupikir gak dapat pangsit jadi saya sudah pesan pangsit juga. Lumayan dapat pangsit dua!</p><p> </p><p></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiMmix1xTsAEPYWrB4MiK5sYIRbFcERSlgT62JJvKSonp0NnfmvACxIYYRXedJp1PA7UIi5OzCb7TYg62YlBG88cxWBR0HQM1rloB92ajcEcab1lpa2hAQtc6rjsul9vA2DEySGrAS1h9Nj4lW6rKKlPARKdBt7KH8axQL6Kad2vuqyT3O66bgYl4q4Q/s3767/rumah%20baso.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="rumah baso taman cibeunying" border="0" data-original-height="3767" data-original-width="2604" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiMmix1xTsAEPYWrB4MiK5sYIRbFcERSlgT62JJvKSonp0NnfmvACxIYYRXedJp1PA7UIi5OzCb7TYg62YlBG88cxWBR0HQM1rloB92ajcEcab1lpa2hAQtc6rjsul9vA2DEySGrAS1h9Nj4lW6rKKlPARKdBt7KH8axQL6Kad2vuqyT3O66bgYl4q4Q/w442-h640/rumah%20baso.jpg" width="442" /></a><br /></p><p><br />Yamin, baso, dan kuah di sini terlihat dan terasa bersih semua. Makanan sehat yang kinclong dan baik. Mienya bertekstur halus dan sizenya kecil. Yaminnya bertabur cincangan suwir daging ayam. Saya suka taburan daging ayam begini. Namun yaminnya kurang manis, kayaknya saya harus tambah kecap sendiri tapi tidak. Lapar soalnya keburu kumakan semua. <br /><br />Basonya segar dan kenyal. Tidak sulit dikunyah. Menurut saya rasa terbaik ada di pangsitnya. Gurih dan renyahnya bagus banget. Secara keseluruhan satu porsi yamin manis itu mendarat masuk perut dengan bahagia dan tentram. Karena rasanya demikian: menentramkan. <br /><br />Makasih ya, Rumah Baso yang baik! <br /></p><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_ubh43LTbaYYWlcQZkZ5DTPWMHDxrau4CRuMZn2yPeebkUvkrsCmMaPZIwInYpKAQNrNGZjBQdVYzLBCpfI0ZYb-n92ss6yinNpcto1Ij75AS5WVU-is2ihTRVj3pCIGNxPmuVOe9IUCCQi-iFNVLoH4zurTwPaAcA_twH4JoxcstH6VZR50BeZspCg/s3161/rumah%20baso%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="rumah baso taman cibeunying" border="0" data-original-height="3161" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_ubh43LTbaYYWlcQZkZ5DTPWMHDxrau4CRuMZn2yPeebkUvkrsCmMaPZIwInYpKAQNrNGZjBQdVYzLBCpfI0ZYb-n92ss6yinNpcto1Ij75AS5WVU-is2ihTRVj3pCIGNxPmuVOe9IUCCQi-iFNVLoH4zurTwPaAcA_twH4JoxcstH6VZR50BeZspCg/w330-h400/rumah%20baso%202.jpg" width="330" /></a></div><br /><br />Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-31466552594655513502023-03-09T17:00:00.009+07:002023-03-10T06:29:25.364+07:00Dek Atap Baja di Toko Besi Bandung Baja Sakti Utama<span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><h4 class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Dek Atap Baja & Dek Atap Logam</span></span></span></h4><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Rumah Menjadi Impian Semua Masyarakat , tidak
hanya di Bandung tapi juga seluruh indonesia dan dunia, untuk menunjang
pembuatan rumah nayak hal harus dilakukan , termasuk diantaranya mengenai atap
rumah.</span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Mengutip dari <span class="MsoHyperlink"><a href="https://cvbajasaktiutama.com/shop/">Baja Sakti Utama</a></span> , sebagai
supplier dan distributor serta toko besi bandung yang sudah berdiri sejak 1986
ini, maka ada beberapa tips terkait dengan atap baja.</span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN"> </span></span></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica;"><span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6jloGSEV6QDQ6MHbxxN00AysFhjv8Gx6x8EZmY0erJLHDt3wkRXpWSYuWUbg2lj-BkIRU0VEZ4FPzGEDtlMx5P8pGXorvPChKAoBbw8x4HxkLx6NKypR2Ko4MRwnq_oM73jHq3YNVK_zYTID5_eyJSZDYaRswzNby0R-WrWid-HGLiDFGu8EIactESQ/s1024/Toko%20Besi%20Bandung%20termurah.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Dek Atap Baja" border="0" data-original-height="410" data-original-width="1024" height="256" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6jloGSEV6QDQ6MHbxxN00AysFhjv8Gx6x8EZmY0erJLHDt3wkRXpWSYuWUbg2lj-BkIRU0VEZ4FPzGEDtlMx5P8pGXorvPChKAoBbw8x4HxkLx6NKypR2Ko4MRwnq_oM73jHq3YNVK_zYTID5_eyJSZDYaRswzNby0R-WrWid-HGLiDFGu8EIactESQ/w640-h256/Toko%20Besi%20Bandung%20termurah.jpg" width="640" /></a></span></span></div><span style="font-family: helvetica;"><span><br />
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Apa yang dimaksud dengan dek atap? Dek atap baja
tersedia dalam berbagai jenis termasuk rusuk sempit, rusuk menengah, rusuk
lebar, dan rusuk dalam, dan digunakan untuk menopang insulasi atau beton ringan
dan membran kedap air pada atap.</span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Dek atap baja kami digunakan sebagai fondasi
untuk sistem atap baja datar, bernada, dan melengkung karena rasio kekuatan
terhadap beratnya yang tinggi dari rasio baja. Produk metal roof deck bekerja
sendiri dalam mentransfer beban horizontal dan vertikal ke dalam rangka
bangunan. Dek atap baja ini dapat dibiarkan terbuka untuk desain langit-langit
terbuka atau dibuat dengan tambahan perforasi akustik. Selain itu, dek atap
baja dikenal sebagai permukaan kerja yang kokoh untuk pemasangan insulasi,
tahan cuaca, dan bahan atap.</span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Seiring dengan dukungan pelanggan yang unggul,
Toko Besi Bandung Baja Sakti Utama dengan bangga memasok empat jenis dek atap
baja yang paling umum digunakan untuk arsitek, fabrikator baja, kontraktor
atap, kontraktor umum, dan pembangun di Bandung. Dengan bantuan dari Toko Besi
Bandung Baja Sakti Utama, Anda akan mendapatkan bahan dek metal yang dikirim
dengan cepat, sehingga proyek Anda dapat menghemat waktu dan meminimalkan
pengeluaran anggaran. Pelajari lebih lanjut tentang jenis dek atap baja yang
kami sediakan, kemampuan dek baja kami, dan banyak lagi, di bawah ini. Hubungi
kami hari ini untuk mendapatkan penawaran harga dek atap baja yang cepat dan
mudah.</span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN"> </span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><h4 class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Dek Atap Baja Tipe A (Rusuk Sempit)</span></span></span></h4><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Toko Besi Bandung Baja Sakti Utama menyediakan
dek atap baja Tipe A, dek atap Narrow Rib. Dek atap tipe A adalah dek atap baja
struktural sedalam 1 ½" yang mendukung berbagai jenis bahan atap. Tipe
khusus ini paling baik digunakan bersama dengan insulasi kaku yang lebih tipis.</span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Dek Atap Baja Tipe A jarang digunakan untuk
proyek konstruksi baru. Sebaliknya, dek atap baja Tipe A sering digunakan dalam
proyek perbaikan dan atap ulang. Dibandingkan dengan tipe lain dari dek atap
baja, Tipe A memiliki rasio kekuatan terhadap berat yang paling rendah.</span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Tipe ini memiliki pitch 6" dan tersedia
dalam ukuran 22, 20, atau 18. Meskipun dek atap baja dapat diproduksi dengan
ketebalan material antara 16 dan 22, pengukuran khusus akan membuat dek jauh
lebih sulit untuk didapatkan. Jenis dek atap baja ini tersedia dalam lapisan
cat prima atau galvanis.</span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN"> </span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><h4 class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Tipe B Metal Roof Deck 80 KSI (Wide Rib)</span></span></span></h4><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Dek atap tipe B, juga dikenal sebagai Wide Rib
Roof Deck, adalah salah satu dek atap metal yang paling umum digunakan untuk
proyek konstruksi baru, terutama karena dek atap baja sedalam 1,5" yang
paling efisien. Tipe B memiliki rasio kekuatan-terhadap-berat tertinggi dan
dapat membawa beban yang lebih tinggi dan bentang yang lebih panjang daripada
dek atap Tipe A dan Tipe F.</span></span></span><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN"> </span></span></span><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Toko Besi Bandung Baja Sakti Utama<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menyediakan lembaran dek atap baja Tipe B dan
dapat memotongnya sesuai dengan panjang yang diinginkan. Dek atap baja tipe B
tersedia dalam berbagai ukuran termasuk 16, 18, 20, dan 22, dan tersedia dalam
lapisan cat atau galvanis.</span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN"> </span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica;"><span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsRgWuSXVPI_d3nDOqhpsEaG9nkeWuwwpv2iS5QHYVaxztzTYGtt9Zrg8iLASpUQN4SJVPBqzs5Jp4-fQE4e74svouW1lck2n2l9KD5xEEO8hs8ENy6AM_Pf0N7YdILSO_YDgg2vWsgJ_lasC0-yjRGPeSFJouXdD1jd-K4rvNQsINq6xGx5__bE_ilA/s810/Toko%20Besi%20Bandung%20pengiriman.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="toko besi bandung" border="0" data-original-height="810" data-original-width="608" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsRgWuSXVPI_d3nDOqhpsEaG9nkeWuwwpv2iS5QHYVaxztzTYGtt9Zrg8iLASpUQN4SJVPBqzs5Jp4-fQE4e74svouW1lck2n2l9KD5xEEO8hs8ENy6AM_Pf0N7YdILSO_YDgg2vWsgJ_lasC0-yjRGPeSFJouXdD1jd-K4rvNQsINq6xGx5__bE_ilA/w480-h640/Toko%20Besi%20Bandung%20pengiriman.jpg" width="480" /></a></span></span></div><span style="font-family: helvetica;"><span><br /> </span><span>
</span></span><h4 class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Dek Atap Baja Tipe F 80 KSI (Tulang Rusuk
Menengah)</span></span></span></h4><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Dikenal sebagai Intermediate Rib Roof Deck,
dek atap baja Tipe F sering kali dibutuhkan untuk proyek perbaikan dan atap
ulang. Sebagai perbandingan, dek atap Tipe F kurang efisien dibandingkan dengan
dek atap Wide Rib Tipe B dan memiliki kapasitas beban yang lebih rendah
dibandingkan dengan dek atap Tipe B.</span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Anda akan menemukan dek atap baja Tipe F yang
tersedia dalam ukuran 18, 20, atau 22, dan tersedia dalam warna abu-abu yang
dicat di atas baja polos, serta lapisan galvanis, yang ideal untuk
proyek-proyek pemerintah dan lingkungan yang korosif.</span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN"> </span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><h4 class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Dek Atap Logam Tipe N (Rusuk Dalam)</span></span></span></h4><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Dek atap Tipe N (Deep Wide Rib) adalah dek
atap baja sedalam 3" yang cocok untuk aplikasi yang menginginkan jarak
antar komponen penyangga sejauh mungkin. Sering digunakan di gimnasium dan area
luas lainnya, dek atap baja Tipe N sangat cocok untuk meminimalkan jumlah
member struktural bentang panjang. Toko Besi Bandung Baja Sakti Utama memasok
dek atap baja rusuk dalam berkualitas tinggi dengan ukuran 16, 18, 20, dan 22.
Jika Anda tidak yakin dek atap baja mana yang sesuai dengan kebutuhan Anda,
salah satu anggota tim kami yang berpengalaman akan dengan senang hati membantu
Anda.</span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN"> </span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><h4 class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Mengapa Memilih Toko Besi Bandung Baja Sakti
Utama<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>untuk Dek Atap Baja</span></span></span></h4><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Toko Besi Bandung Baja Sakti Utama memiliki
pengalaman yang luas dalam industri dek atap baja, menyediakan layanan yang
tidak ada duanya dan <span class="MsoHyperlink"><a href="https://www.bandungadvertiser.com/bisnis-jasa-di-bandung/">produk
berkualitas tinggi</a></span>. Sebagai penyedia dek atap baja terkemuka, kami
bangga menyediakan desain yang hemat biaya dan pengetahuan industri yang tak
tertandingi - yang semuanya telah membantu kami membangun reputasi yang luar
biasa selama bertahun-tahun.</span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Yang membedakan kami dari distributor lain
adalah staf kami yang berpengalaman dan berdedikasi, serta pengiriman di hari
yang sama. Dengan layanan penghiasan baja pada hari yang sama, Anda dapat
memenuhi tenggat waktu dan menghindari penundaan pekerjaan yang merugikan.
Faktanya, 90% pesanan kami diambil atau dikirim pada hari yang sama! Dengankami
Anda akan menikmati mendapatkan produk yang Anda butuhkan saat Anda sangat
membutuhkannya.</span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Untuk membantu Anda dengan semua aspek proyek
Anda, kami memiliki inventaris yang luas untuk aksesori dek atap baja seperti
pour stop, pelat punggungan dan lembah, pengisi dek atap, dan penutup ujung.
Hubungi kami hari ini dan biarkan tim kami membantu Anda menemukan aksesori dek
atap baja yang Anda butuhkan untuk menyelesaikan proyek apa pun.</span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN"> </span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica;"><span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQm7g8aR28lqiTja8CQ9iKdUhXhH_rclYNhz0r8WUkDVa9llyoRh2Xn7GakbEvCUp2lW9MPc-nHY9XCiUxgAcBDCdHHiBzBrXUCA9pQPBgrGIUl6Z2KDaZIyOt83nW8NawW29jDM0nyWVvk-fhSVAd_5PSnuK4wnlJ-__-Dn-so1-2juEP_JPhSFQsjA/s856/Toko%20Besi%20Bandung%20juara.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="toko besi bandung" border="0" data-original-height="856" data-original-width="748" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQm7g8aR28lqiTja8CQ9iKdUhXhH_rclYNhz0r8WUkDVa9llyoRh2Xn7GakbEvCUp2lW9MPc-nHY9XCiUxgAcBDCdHHiBzBrXUCA9pQPBgrGIUl6Z2KDaZIyOt83nW8NawW29jDM0nyWVvk-fhSVAd_5PSnuK4wnlJ-__-Dn-so1-2juEP_JPhSFQsjA/w350-h400/Toko%20Besi%20Bandung%20juara.jpg" width="350" /></a></span></span></div><span style="font-family: helvetica;"><span><br /> </span><span>
</span></span><h4 class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Menemukan Dek Atap Baja di Dekat Saya</span></span></span></h4><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Toko Besi Bandung Baja Sakti Utama<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>memiliki 30 lokasi dek baja di hari yang sama
untuk melayani Anda dengan lebih baik! Dengan lokasi pasokan di seluruh Amerika
Serikat, Anda pasti akan menemukan gudang di dekat proyek Anda berikutnya. kami
telah memperluas jejak kami untuk membantu semua pelanggan kami mendapatkan dek
atap baja yang dikirim pada hari yang sama ke lokasi kerja Anda. Lihat lokasi
kami untuk mengetahui apakah kami memiliki gudang di dekat Anda - kemungkinan
besar kami punya!</span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN"> </span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><h4 class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Dek Atap Baja Mana yang Tepat untuk Proyek
Saya?</span></span></span></h4><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Mencoba mencocokkan dek atap baja yang sudah
ada? Dengan alat pengenal dek baja Anda dapat menemukan dek atap baja yang
tepat untuk proyek apa pun! Cukup sesuaikan panduan ini dengan dek atap baja
yang sudah ada untuk melihat produk mana yang tepat untuk proyek Anda. Jika suatu
saat Anda membutuhkan bantuan untuk mengidentifikasi dak atap baja mana yang
tepat untuk proyek Anda, tim kami akan dengan senang hati membantu. Kami
memiliki pengalaman yang luas dalam memandu pelanggan kami melalui proyek
penghiasan apa pun, dan dapat membuat rekomendasi dek atap yang disesuaikan
secara khusus dengan kebutuhan Anda.</span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN"> </span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica;"><span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgljTHwftFiDD1RCMhOdy0b_y66iHhK2mBWkz0sv_WgjW1ycvwqQ1_BBAyQ0YUdUPp8hL7ZFdSACJyLFAAfvndvaMAOsnT3BqzpXK4WU0h7ReKyto59sQ39_cjAffywJHRqbs1KKCMb4y1JrDy2sbrAE3tj9T862_tmv1LuXhGF8n2Mo6K30BW6dIxd9Q/s628/Toko%20Besi%20Bandung%20logo.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="toko besi bandung" border="0" data-original-height="628" data-original-width="483" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgljTHwftFiDD1RCMhOdy0b_y66iHhK2mBWkz0sv_WgjW1ycvwqQ1_BBAyQ0YUdUPp8hL7ZFdSACJyLFAAfvndvaMAOsnT3BqzpXK4WU0h7ReKyto59sQ39_cjAffywJHRqbs1KKCMb4y1JrDy2sbrAE3tj9T862_tmv1LuXhGF8n2Mo6K30BW6dIxd9Q/w308-h400/Toko%20Besi%20Bandung%20logo.jpg" width="308" /></a></span></span></div><span style="font-family: helvetica;"><span><br /> </span><span>
</span></span><h4 class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Hubungi Baja Sakti Utama untuk Memesan Dek
Atap Baja yang Dikirim dengan Cepat</span></span></span></h4><span style="font-family: helvetica;"><span>
</span></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;"><span><span lang="IN">Jika Anda membutuhkan dek atap baja yang
dikirim dengan cepat, hubungi para ahli kami memastikan bahwa Anda mendapatkan
bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan Anda dalam waktu 24 jam. Kami menawarkan
pengiriman yang cepat dan dapat diandalkan pada hari yang sama dan layanan
pelanggan yang luar biasa. Hubungi kami hari ini dengan mengobrol online, atau
hubungi kami untuk penawaran harga segera. Lihat lokasi kami <span class="MsoHyperlink"><a href="https://www.google.com/maps/place/Baja+Sakti+Utama+-+Distributor+Besi+Baja+%7C+Toko+Besi+Bandung+(Cipta+Utama)/@-6.9158958,107.5866393,15z/data=!4m2!3m1!1s0x0:0x1da14503a80e6818?sa=X&ved=2ahUKEwjo1oSf-c39AhV8RmwGHXmZDDcQ_BJ6BAhwEAg">di
google maps.</a></span></span></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><span>
<style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-536859905 -1073732485 9 0 511 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:8.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri",sans-serif;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-font-kerning:1.0pt;
mso-ligatures:standardcontextual;
mso-ansi-language:IN;}
a:link, span.MsoHyperlink
{mso-style-priority:99;
color:#0563C1;
mso-themecolor:hyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
color:#954F72;
mso-themecolor:followedhyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:11.0pt;
mso-ansi-font-size:11.0pt;
mso-bidi-font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri",sans-serif;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-font-kerning:1.0pt;
mso-ligatures:standardcontextual;
mso-ansi-language:IN;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:8.0pt;
line-height:107%;}size:595.3pt 841.9pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}</style></span></span>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-24001635104033410222023-02-22T00:00:00.010+07:002023-03-03T18:05:51.040+07:00Semua Penumpang Bilang Makasih Ke Pak Sopir Teman Bus! <p>Bayangin kamu naik bis dari pintu depan. Tujuanmu sudah dekat, kamu akan berjalan menghampiri pintu belakang. Saat di halte tujuan, si pintu terbuka otomatis. Tidak ada kondektur, sopirnya buka pintu dengan memencet tombol tanpa ia meninggalkan bangku kemudi.</p><p><br /></p><p>Ada sekitar 16 kursi di antara kamu dan sopir bis. Dengan demikian kamu harus teriak saat mengucapkan makasih. </p><p><br /></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_oA6JQcj-dgyIRaABwoEIH2rtQjS58Xp_Ya1ngWu_VEtrOvlHd0Z4bStssSomFd2LL6uvHelrjor-bnFTclZcL9tUWYzK4wooU_sWacdcIwmFS5uARcbRqZN8mUbGlCEF0jbmcZR0DIJXid0pcwM1NtFLxP3GsXeoDDupAJxp9fpX3MwO_NA07tU2CQ/s2604/bis%20nuhun.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Teman Bus Baleendah" border="0" data-original-height="2396" data-original-width="2604" height="368" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_oA6JQcj-dgyIRaABwoEIH2rtQjS58Xp_Ya1ngWu_VEtrOvlHd0Z4bStssSomFd2LL6uvHelrjor-bnFTclZcL9tUWYzK4wooU_sWacdcIwmFS5uARcbRqZN8mUbGlCEF0jbmcZR0DIJXid0pcwM1NtFLxP3GsXeoDDupAJxp9fpX3MwO_NA07tU2CQ/w400-h368/bis%20nuhun.jpg" width="400" /></a><br /></p><p><br /></p><p>Di dalam bisnya Teman Bus ini kuperhatikan penumpangnya secara teratur mengucapkan makasih saat turun dari bis. Ya udah pasti pada teriaklah supaya terdengar Pak Sopir. </p><p><br /></p><p>Awalnya saya pikir itu kebiasaan satu-dua orang saja. Lama-lama kuperhatikan semua penumpang yang turun dari bis Teman Bus pasti mengucapkan terima kasih pada sopir. </p><p><br /></p><p>Karena keluar bisnya melalui pintu belakang, para penumpang harus setengah teriak “Makasih, Pak!”. Kupikir, wah aneh juga ya mau pada repot-repot bilang makasih. </p><p><br /></p><p>Kamu juga merasa ada yang aneh gak? Sebentar, kita tinggalin dulu diskusi ilmu kesopanan tentang mengucapkan makasih. Ini hal yang menurut saya berbeda.<br /></p><p><br /></p><p>Memang pernah kamu mau repot-repot bilang makasih saat turun dari bis via pintu belakang? Saya enggak. Kecuali saya penumpang terakhirnya dalam angkutan bis. Kecuali di bisnya Teman Bus. </p><p><br />Saat turun dari angkot saya gak mengucapkan makasih kecuali si sopir menyetir dengan baik dan terasa menenangkan buat saya. Namun kebanyakan waktu sih enggak, jadi saat turun dari angkot saya beri ongkos dan berlalu aja. </p><p><br />Naik elp? apalagi, jarang banget bilang makasih.<br /><br />Beda cerita bila saya menumpang becak, ojek dan taksi online. Saya mengucapkan makasih selalu. Kenapa ya bisa berbeda perlakuan saya terhadap sopir-sopir transportasi umum itu? Hahahaha malah bingung sendiri.</p><p><br />Entah siapa yang mulai, semua penumpang yang turun dari @teman_bus yang saya naiki pasti sebelum turun dari bis selalu bilang kepada Pak Sopir berbunyi:<br />Makasih, Pak!<br />Nuhun, Pak!<br />Nuhuuuuuun! <br /><br />Saya sendiri melakukan hal yang sama, semata-mata karena orang lain juga begitu. Orang lain pada ngucapin ya udah atuh saya ikutan juga. <br /><br />Ada sopir bis yang menjawab pendek 'yoooow'<br />Ada juga sopir yang jawab 'sami-sami!' <br />Paling seneng kuperhatiin ada sopir yang menjawab agak panjang, seperti 'muhun sami-sami, hati-hati turunnya' </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK2FZppnTUhPPqijSsN1U6af6Lebj78wYI26eR_NDhx-qfG_fkytO1u9GQoXhs34Zz1-3ize5Wvtg4CkcushP7FA7t165_DduT_gacF-bUwtgTHEcBd3_3qOiL5UDHRz7bTOUqRMbnzh-GxyethAnNsIYokDNHuzeqLhT28EBgakljF4w4G0A-7Go64Q/s3747/bis%20nuhun%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="teman bus bandung" border="0" data-original-height="3747" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK2FZppnTUhPPqijSsN1U6af6Lebj78wYI26eR_NDhx-qfG_fkytO1u9GQoXhs34Zz1-3ize5Wvtg4CkcushP7FA7t165_DduT_gacF-bUwtgTHEcBd3_3qOiL5UDHRz7bTOUqRMbnzh-GxyethAnNsIYokDNHuzeqLhT28EBgakljF4w4G0A-7Go64Q/w278-h400/bis%20nuhun%202.jpg" width="278" /></a><br /></p><p><br />Beberapa bulan saat Teman Bus beroperasi pertama kali, ongkosnya gratis. Apakah karena itu warga secara ikhlas pada bilang makasih? karena gratis? <br /><br />Lantas sekarang bisnya sudah berbayar Rp4.900. Kebiasaan mengucap makasih pada pak sopir Teman Bus masih berlangsung. Begitupun saya. <br /><br />Saya harus masukin fenomena budaya ini dalam #bandungforbeginners. Iya tahu tentang ilmu sopan santun, tapi menurut saya ini hal yang agak berbeda. </p><p><br /></p><p>Lega juga sih lihat pemandangan anak-anak, remaja sekolahan, mahasiswi, dewasa tua, sampai ibu-ibu dan manula semuanya bilang makasih. Lega karena uh wow dunia gak seinvidualistis dan gak se-ignorance yang kita kira, tepatnya saya kira.<br /></p>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-52108769417768254082023-02-19T00:00:00.007+07:002023-02-27T17:24:08.186+07:00Apa Itu Sampeu Wedang dan Bagaimana Cara Mengeja 'Peupeuleukeuk"<p>Buku ini menghibur sekali. Saya seneng banget bacanya dan udah kuulang-ulang dua kali baca. Kubeli Toko Lawang Buku. Ngala Jangkrik adalah kumpulan cerpen, cerita anak-anak, berbahasa sunda. Ditulis oleh Holisoh M.E. Terbit tahun 2015 dan berisi 77 halaman. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUORM5etSFF5-ttpycgNrrtQ0C1TKKyryWv_x90UhXK9zYDJ4oMDfIf__t9Xn_bdy_mJdTRvkjM0OSCsuuq1qY4ObjQZp3JFS_3KtYFHf7JmXwzE9og7XzvPgtqeK1vDfwr-sUdSMaqH-fer3qEsZ9KqPOyVY_Peuc-2ddA52hmSOWnxTZxIkTdWpBmw/s4624/buku%20ngala%20jangkrik.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="resensi buku Ngala Jangkrik" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUORM5etSFF5-ttpycgNrrtQ0C1TKKyryWv_x90UhXK9zYDJ4oMDfIf__t9Xn_bdy_mJdTRvkjM0OSCsuuq1qY4ObjQZp3JFS_3KtYFHf7JmXwzE9og7XzvPgtqeK1vDfwr-sUdSMaqH-fer3qEsZ9KqPOyVY_Peuc-2ddA52hmSOWnxTZxIkTdWpBmw/w400-h300/buku%20ngala%20jangkrik.jpg" width="400" /></a><br /></p><p><br />Ada cerita tentang Anis yang berjualan gorengan di sekolah dan profit dagangnya dipake buat bayar SPP. Anis juga pinter sehingga oleh gurunya dipilih membacakan pidato pembuka di acara sekolahan. <br /><br />Ada juga cerita Si Ujang yang mikat manuk dgn teman-temannya. Terus mereka kokojayan di walungan. Besoknya pada ngarit jukut dan bablas sampe magrib keasikan ngala jangkrik. <br /><br />Ujang pulang ke rumah dan dimarahi ibunya lantaran embe-embenya berisik kelaparan. Terus jangkrik dan kandangnya dibuang dong sama ibunya. Meni watir Ujang! Saya tertawa sekaligus kasihan banget sama si Ujang. <br /><br />Asli sih terhibur betul bacanya. Terasa ada sensasi healing selama dan sesudah baca buku ini, pasti karena ceritanya juga karena bahasanya. <br /><br />Bahasa sunda itu lucu. Kosakatanya berulang-ulang dan menggelikan saat dibaca, didengar, apalagi diucapkan. Disclaimer: saya gak sedang menertawakan bahasa sunda dalam konteks menghina, tapi saya sedang memuji. Bagian tersulit adalah saat mengeja vokal EU. <br /><br />Contohnya nih:<br />digulah-galeh<br />eureuleu teurab<br />cuh-cih<br />olo-olo<br />jul-jol<br />eundeuk-eundeukan<br />ngayekyek<br />balaham-belahem<br />peupeuleukeuk<br />guk-gek<br />dan masih banyak lagi kosakata lucu-lucu di buku ini. </p><p> </p><p>Mengucap vokal EU dalam bahasa sunda bukanlah hal yang sulit, kalau kamu orang sunda. Haha. Sekarang saya banyak orang nonsunda mengucap 'riweh' yang dalam bahasa orisinilnya berbunyi 'riweuh'. </p><p> </p><p>Bayangkan satu vokal EU dalam satu kata aja kita sering salah mengucap, apalagi yang jamak seperti dalam kata 'peupeuleukeuk'. Keriting bibirnya hahah. <br /></p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlyRrdQeToAroVSG7XbLmNdoXO09JGXUvUTPv0rQn2YKoExUh9BsrY6z_skcSpL2hrCETkKcP3V3HX2oqYwURAo_DXwZ4v9GwKkx1qNe8gMtrrJw65bv2M8-Ge9LMcWIoMShpxBh_9fwy46sUiF5MFKA7ia8A3wvG6Ch92JQjFiqgvTX7_u90R3U376w/s3164/buku%20ngala%20jangkrik%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="buku ngala jangkrik" border="0" data-original-height="3164" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlyRrdQeToAroVSG7XbLmNdoXO09JGXUvUTPv0rQn2YKoExUh9BsrY6z_skcSpL2hrCETkKcP3V3HX2oqYwURAo_DXwZ4v9GwKkx1qNe8gMtrrJw65bv2M8-Ge9LMcWIoMShpxBh_9fwy46sUiF5MFKA7ia8A3wvG6Ch92JQjFiqgvTX7_u90R3U376w/w329-h400/buku%20ngala%20jangkrik%202.jpg" width="329" /></a><br /></p><p><br />Kalo ada hal menarik dari cerita keluarganya Anis dan Ujang, maka itu adalah sampeu. Alias singkong. <br /><br />Nasi, singkong, dan umbi-umbian adalah makanan sehari-hari keluarga Anis. Begitu juga teman-temannya. Dalam buku ini ada banyak makanan camilan ala orang sunda. Paling menarik kutemukan dalam episode Ngala Jangkrik, di mana ibunya Ujang membekalinya sampeu wedang. <br /><br />Ada juga seupan sampeu yang dimakan dengan gula kawung di cerita Mikat. Baru tau saya ada sampeu begitu. <br /><br />Kalo seupan sampeu dan gula kawung bisalah saya bikin sendiri. Tinggal kukus singkong. Gula kawung tinggal beli. Tapi sampeu wedang gimana ya? Gimana cara bikinnya atau di mana bisa beli di Bandung? <br /><br />Ngala Jangkrik betul-betul buku cerita berbahasa sunda yang menyenangkan dibaca! Saya sangat menyukainya! <br /></p>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-84415364048942582102023-02-18T00:00:00.050+07:002023-07-08T21:31:58.064+07:00Lima Ribu Langkah Kaki Dari Cibadak ke Cihapit<p>Cibadak ke Cihapit jarak tempuhnya lima ribu langkah. Itu terjadi bila berjalan kakinya dikombinasi dengan menumpang becak, naik bis, dan pesan taksi online. Itulah yang kami berdua lakukan, saya dan adikku. Kami sarapan bareng dan memutuskan jalan kaki dari Gang Selera di Cibadak sampai Konklusi di Cihapit.</p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidn59slHjBgUbd9hKM2CEsJEI9MjlnjCVRJNsyvGs5bR725WXr_vVncOh56BWGveM4HaoVgsskpwOwTXart2iSjAN502hhRI3IaNWj6E6Bni9LPf9YwpRaBooxlmmTlfrEy8NDCBE1qJmNgYR2p8G1QXTvC2uoMFSSTL9iCWNaFB8QqdrfeHG09X_FNA/s4624/cibadak%20cihapit%205.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Jalan Sudirman Bandung" border="0" data-original-height="3344" data-original-width="4624" height="289" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidn59slHjBgUbd9hKM2CEsJEI9MjlnjCVRJNsyvGs5bR725WXr_vVncOh56BWGveM4HaoVgsskpwOwTXart2iSjAN502hhRI3IaNWj6E6Bni9LPf9YwpRaBooxlmmTlfrEy8NDCBE1qJmNgYR2p8G1QXTvC2uoMFSSTL9iCWNaFB8QqdrfeHG09X_FNA/w400-h289/cibadak%20cihapit%205.jpg" width="400" /></a><br /></p><p><br />Sewaktu sampai di sekitar mall BEC kami menyerah dan minta bantuan grabcar. Padahal ke Cihapit tinggal beberapa kilometer saja. Begitulah kondisi kaki-kaki warga perkotaan kayak kami yang memble sememble fasilitas pedestriannya hahaha salahin terus pemerintah. Okeoke enggak maap. <br /><br />Kami berjalan kaki, memotret, dan merekam video. Di Jalan Sudirman kami duduk santai dan jajan molen gak sengaja. Jalan Sudirman di dekat Asia Afrika trotoarnya lumayan nyaman buat duduk-duduk. Lagi-lagi ini infrastruktur peninggalan walikota Ridwan Kamil. Sekacau-kacaunya dia hari ini, waktu jadi walikota ada juga gunanya. <br /></p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjGZYRLgn8WtZpSX5O8BH-V5SMOibCSS6hSI0uhqW5UVI-odX0jmtZMM6uzhQK7f7cUTzv0VZLvbvsiOCmXy8v2HjJP7UpG0baxpMUCK6SDG4nQ7I4OD4zrFS5GTD6mmUrhiJlaPvq7ewT8N4ohTDDPrDZFLIF0QzmwF-eXBSIO1HXq0KGePCgEYM0GQ/s2991/cibadak%20cihapit.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2991" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjGZYRLgn8WtZpSX5O8BH-V5SMOibCSS6hSI0uhqW5UVI-odX0jmtZMM6uzhQK7f7cUTzv0VZLvbvsiOCmXy8v2HjJP7UpG0baxpMUCK6SDG4nQ7I4OD4zrFS5GTD6mmUrhiJlaPvq7ewT8N4ohTDDPrDZFLIF0QzmwF-eXBSIO1HXq0KGePCgEYM0GQ/w349-h400/cibadak%20cihapit.jpg" width="349" /></a><br /></p><p><br />Ceritanya acara berjalan kaki ini tuh dalam rangka merayakan waktu luang
si adik yang baru resign. Sebagai pekerja keras dia bekerja di dua
kantor. Padahal pemasukan dari satu kantor aja udah gede buat itungan
warga Bandung. <br /><br />Biasanya ngajak dia sarapan bareng susahnya bukan
main. Orangnya sibuk banget ngurusin deadline. Ke mana-mana nenteng
laptop. Begitu juga waktu kami jalan sampai Cihapit. Laptopnya dibawa
teroooos! Kerjanya 24/7. Work life balance itu fana karena hanya jargon
di media sosial. Dalam dunia nyata kita terseok-seok dilindas pekerjaan
yang gak ada ujungnya sejak bangun tidur hingga mau tidur. Kamu juga
ataukah kami saja yang mengalaminya? </p><p><br /></p><p>Sekarang kantornya satu. "Gimana rasanya, nis?" kutanya. <br /><br />Enak, katanya. Bisa jogging, bisa sarapan di luar. "Tapi uang berkurang banyak sih," jawabnya dengan wajah agak suram. Kusodorin risoles Gang Selera ke mulutnya, wajahnya segar lagi. Ia melanjutkan “udah daftar bootcamp, ntar malem mulai kelasnya.” Kulelebkan sesendok Nasi Mandhi ala Gang Selera kepadanya, mukanya senyum kembali. Hidup emang gak ada ujungnya kalo uang melulu yang dicari, tapi kita semua membutuhkannya, butuh uang. <br /><br />Sarapan di Gang Selera dan makan siang di Konklusi, keduanya pilihan tepat buat kami. Kupikir makanan enak memanglah salah satu pereda stres. Sesudah makan kita siap kembali meneruskan perjuangan-perjuangan yang sama. Betul begitu kan? </p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc97xx1D736IIM8k7rG1x9HWLad_eFSu_-QBUfgYc8SMkDQKugX4glPfjwQqSc6Mjfl99SU9fQCHJejUnCk8825uVWtLkVjDG_440EoIM7FVmmVt5G6Q1283ZNarPXmAtXdwiECZiB8tVA9QCz4PJMe8TAbdZWxYFpRniFXTUgFX73nPAjCVe3BcEwjQ/s4624/cibadak%20cihapit%204.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="konklusi di pasar cihapit" border="0" data-original-height="3246" data-original-width="4624" height="281" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc97xx1D736IIM8k7rG1x9HWLad_eFSu_-QBUfgYc8SMkDQKugX4glPfjwQqSc6Mjfl99SU9fQCHJejUnCk8825uVWtLkVjDG_440EoIM7FVmmVt5G6Q1283ZNarPXmAtXdwiECZiB8tVA9QCz4PJMe8TAbdZWxYFpRniFXTUgFX73nPAjCVe3BcEwjQ/w400-h281/cibadak%20cihapit%204.jpg" width="400" /></a></div><br />Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-80264211047392213042023-02-14T00:00:00.007+07:002023-12-31T18:51:37.776+07:00Lawang Buku yang Bangkit Kembali di Jalan Garut No. 2 - Bandung<p>Kebanyakan toko buku alternatif di Bandung berdagang online. Termasuk Lawang Buku. Tahun 2016 toko fisiknya di Baltos, Tamansari, tutup. Namun ia bangkit. Desember 2022 Deni Rachman membuka toko fisiknya kembali. Lawang Buku kini ada tokonya di Jalan Garut no. 2 Bandung. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNcXkkXzmrZnFlvXe94e34Nf23EKnGU0_NdbMWCYtKru2dtWRQ8oy6PfrKKiyzF5-KCzJVzh_BHDfEcMJ927-tiUs8xpiSMLlbAXpHuTLzjbUz8l4rbBqegSf_voDGNoM1TLvI1KRdZP-cQ9bU8w-FeO22gwlVISMbvRcFJ7kOEJfhaZnDRCZhrs5zTg/s4624/lawang%205.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Lawang Buku Jalan Garut" border="0" data-original-height="2948" data-original-width="4624" height="255" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNcXkkXzmrZnFlvXe94e34Nf23EKnGU0_NdbMWCYtKru2dtWRQ8oy6PfrKKiyzF5-KCzJVzh_BHDfEcMJ927-tiUs8xpiSMLlbAXpHuTLzjbUz8l4rbBqegSf_voDGNoM1TLvI1KRdZP-cQ9bU8w-FeO22gwlVISMbvRcFJ7kOEJfhaZnDRCZhrs5zTg/w400-h255/lawang%205.jpg" width="400" /></a><br /></p><p><br />Lawang Buku pemain lama perbukuan di Bandung. Saya mengenal Deni, pendiri dan pemilik tokonya, di tahun 2007 di Tobucil, dalam klab buku bernama Klab Pram. Dalam hidup ini kita pernah beberapa kali bertemu dengan orang-orang yang konsisten dan persisten. Bagiku Deni itulah orangnya. <br /><br />Di Lawang Buku kita bisa menemui berbagai buku dengan genre budaya, filsafat, sosial, bahasa dan sastra. Belum lagi politik dan sejarah. Ada buku-buku baru terbit, banyak juga buku koleksi lama. Termasuk yang langka-langka seperti kulihat di sana ada alkitab berbahasa sunda terbitan tahun 1890. Gokil! <br /><br />Toko onlinenya sendiri masih berjalan. Tapi pengalaman berkunjung ke toko fisik seperti ini tentu ada bedanya bila kita hanya skrol katalog. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_DK_4c3ZAdk2XmAApfS9HbplqNt-kIPAZfCe_bNtfe2CKTRGGUEpgNeAPTYIn4xClHklrQySjDMhYOyEiP6Rfg1w_IEDxPa-SZxdXZuIcEvSW-haKeQTq72hNSdUNAvp5bmqXxxMVHGmW4sjVUCFr_kCnC2WbMuej1Ju-ufRTgFIPtNUoOCuiChjJrQ/s3355/lawang%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="lawang Buku di Bandung" border="0" data-original-height="3355" data-original-width="2569" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_DK_4c3ZAdk2XmAApfS9HbplqNt-kIPAZfCe_bNtfe2CKTRGGUEpgNeAPTYIn4xClHklrQySjDMhYOyEiP6Rfg1w_IEDxPa-SZxdXZuIcEvSW-haKeQTq72hNSdUNAvp5bmqXxxMVHGmW4sjVUCFr_kCnC2WbMuej1Ju-ufRTgFIPtNUoOCuiChjJrQ/w306-h400/lawang%202.jpg" width="306" /></a><br /></p><p><br />Lawang Buku membuat kategorisasi buku bernama Oleh-Oleh Boekoe Bandoeng. Menurutku inilah yang menarik. Deni membuat campaign buku sebagai suvenir, semacam oleh-oleh dari Bandung. Branding yang cakep! <br /><br />Bandung adalah kota yang narsis. Ia gemar menulis tentang dirinya sendiri. Dengan bobot sejarahnya di masa lalu kupikir gak aneh juga kalau data literaturnya berceceran, sehingga buku-buku sejarah tentang Bandung bermunculan terus. <br /><br />Saya baca ini di postingan Kedai Jantenya Perpustakaan Ajip Rodisi: pada tahun 2010 Rachmat Taufik Hidayat dalam tulisan berjudul Bandung Dalam Buku: Sebuah survey Bibliografis, menyebut ada 105 buku mengenai Bandung yang ditulis pada rentang 1917-2009. Sekarang udah tahun 2023 angkanya pasti berubah ya gak. <br /><br />Unik juga nih Lawang Buku dengan branding Oleh-Oleh Boekoe Bandoeng-nya. Saya sendiri sudah membeli beberapa buku di Lawang termasuk segala macam perbukuan Bandungnya. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBUwfBwfcmb3iCueU_X8ZjW5MUdoSMmfsdee0ljcSHKM65QcaarXmBG0Nhxrd42qIv3lFdD_FTQNXgYNXWPhhE-gSTfbGmR0WJmnenZ9a5-1sTcP-21_Prvd0yPfjli2_UCXwDU46A3X7QLomnkCmh4eHQ54_DLXO-_h_8Vbgz40h2QHNuNRxXoYyQTQ/s3498/lawang%203.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Lawang Buku Jalan Garut Bandung" border="0" data-original-height="3498" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBUwfBwfcmb3iCueU_X8ZjW5MUdoSMmfsdee0ljcSHKM65QcaarXmBG0Nhxrd42qIv3lFdD_FTQNXgYNXWPhhE-gSTfbGmR0WJmnenZ9a5-1sTcP-21_Prvd0yPfjli2_UCXwDU46A3X7QLomnkCmh4eHQ54_DLXO-_h_8Vbgz40h2QHNuNRxXoYyQTQ/w298-h400/lawang%203.jpg" width="298" /></a><br /></p><p><br />Kata Deni toko fisiknya Lawang Buku bisa bangkit kembali berkat kolaborasi dengan Pustaka Jaya. Pustaka Jaya merupakan penerbit legendaris di Bandung yang merilis buku-buku bahasa dan sastra. Dan bila tidak salah Pustaka Jaya juga berada dalam yayasan yang sama yang mengurusi Perpustakaan Ajip Rosidi. Nah si perpustakaan tersebut berada di lokasi yang sama dengan Lawang Buku, beda bangunan aja. <br /><br />Deni berharap dengan keberadaan toko fisik begini dia bisa ketemu banyak orang yang ia sulit temui kalo hanya berdagang online saja. Dari pertemuan itu siapa tahu ada kolaborasi lagi ke depannya, kata Deni. Bener juga, upaya memperpanjang tali silaturahmi namanya juga, dalam rangka memperpanjang sayap rezeki. Teman baik juga rezeki! <br /><br />Saya ikut senang akan munculnya kembali toko fisik Lawang Buku. Orang-orang seperti Deni dan Lawang Bukunya: yang bertahan, yang mandiri, dan yang bangkit kembali, kepada merekalah dukungan saya kirim. <br /><br />Lawang Buku<br />Jalan Garut no. 2 Bandung<br />Senin-jumat, pukul 09.00 - 16.00<br /></p><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmzkQmrMDJJhbLvM-3eGvwlHajI6RUceWOIyC5h-1h8PGUFy-LRVzFZL8Sozn9M5rSJZhMdqsuPSrWd5YPfplJcpDIoeYbV9hwoHPo407jUTeDy19usD8hwaa6aC410oEv1sCjdPxLbKYcgRhrTh1BI2_9feWVz4qvy6r-2kLOidMRnhkUPvwhCJkD0w/s2604/lawang%20.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Lawang Buku Bandung" border="0" data-original-height="2504" data-original-width="2604" height="385" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmzkQmrMDJJhbLvM-3eGvwlHajI6RUceWOIyC5h-1h8PGUFy-LRVzFZL8Sozn9M5rSJZhMdqsuPSrWd5YPfplJcpDIoeYbV9hwoHPo407jUTeDy19usD8hwaa6aC410oEv1sCjdPxLbKYcgRhrTh1BI2_9feWVz4qvy6r-2kLOidMRnhkUPvwhCJkD0w/w400-h385/lawang%20.jpg" width="400" /></a></div><br />Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-22125316677716379462023-01-23T00:00:00.006+07:002023-02-05T14:18:10.134+07:00Buku-Buku Sejarah Bandung: Romantisme Belaka atau Kritik Terhadap Penindasan? <p>Perkebunan priangan memasok banyak uang ke kantong pemerintahan Belanda di masa kolonial. Bagi pribumi sebaliknya, kehadiran perkebunan komersial tersebut memberi penderitaan. Sistem tanam paksa menjadikan tanaman kopi sebagai kutukan. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnxourU3NosVC8rl17Bk7E1wP0jc9ieCmOOy5YLEoLCu3XEhqe8z4HGo1_pF0XPJaF3-VB9irDKZTREnWcvLgP3Yyq-PjaHX4S8DaxdMU-P00pPN4k4KP-rbIJt25RiBsNA4nVvd8B6GdQKKIerl4mmWsgJUqphpYIqHcM41YqolbOffqNkFS5To6Kgw/s1188/jante%204.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Diskusi buku di kedai jante bandung" border="0" data-original-height="1188" data-original-width="1080" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnxourU3NosVC8rl17Bk7E1wP0jc9ieCmOOy5YLEoLCu3XEhqe8z4HGo1_pF0XPJaF3-VB9irDKZTREnWcvLgP3Yyq-PjaHX4S8DaxdMU-P00pPN4k4KP-rbIJt25RiBsNA4nVvd8B6GdQKKIerl4mmWsgJUqphpYIqHcM41YqolbOffqNkFS5To6Kgw/w364-h400/jante%204.jpg" width="364" /></a><br /></p><p><br />Namun dari hasil perkebunan Bandung berkembang. Tadinya hutan belantara menjadi kota besar. Jalur transportasi dan komunikasi dibuat dan roda perekonomian berputar cepat, hingga Bandung hampir menjadi ibukota Hindia Belanda. <br /><br />Perjalanan sejarah Bandung di masa kejayaan perkebunan priangan itu dapat kita baca dalam buku Pesona Sejarah Bandung yang ditulis Ryzki Wiryawan. Buku ini merupakan buku berbabak. <br /><br />Saya membaca kedua bukunya dan menurutku ini buku yang jenius. Limpahan datanya lengkap dan kronologis rentetan peristiwa sejarahnya ditulis teratur dan ringan. Cocok dibaca sebagai acuan bagi pelajar, mahasiswa-mahasiswi, pemandu perjalanan, peneliti, pecinta sejarah, maupun warga kayak saya pada umumnya. <br /><br />Babak pertama bukunya terbit tahun 2020 dibuka dengan judul Bandung Hingga Awal Abad 20. Babak kedua rilis tahun 2022 bertajuk Perkebunan di Priangan. Ryzki mengatakan buku Pesona Sejarah Bandung akan terbit sebanyak enam jilid dan tiap jilidnya mempelihatkan babak sejarah Bandung yang berbeda-beda. <br /><br />Dalam diskusi buku #KajianJumaahan di Kedai Jante pada jumat malam 20/01/2023, Teh Nurul Sisilia secara jeli membahas topik kopi dan teh. Sehingga obrolan buku Pesona Sejarah Bandung mengerucut pada nasib perkebunan di masa kini dan budaya minum air teh dan kopi. </p><p> </p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="diskusi buku kedai jante bandung" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimZDkqr5X4HH9ofV6ekjGcBU_RY5Wz_dftvEDxPk_bh7jV5YOyT3wxqEJ6m583OjqCtgfwyYlbYSSrjXQ9SbcklcJk-6Yiey3UhVrhIiIGi9ITrTWNQStViZykhb51YbtwkaxRwqL-YlwyugJMcxtBKLQrLdnxEd5hBwLbtSpOjbCaspU0_KxdfP4nDQ/w400-h300/jante%202.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" title="suasana di Kedai Jante, Jl Garut 2" width="400" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">suasana di Kedai Jante, Jl Garut 2 </span></td></tr></tbody></table><p><br />Dalam buku Pesona Sejarah Bandung disebutkan kopi adalah kutukan dan teh merupakan anugerah, sebaliknya hari ini di tahun 2023 tanaman kopi adalah anugerah dan daun teh itu kutukan. <br /><br />Salah satu pengunjung diskusi, Sopian , mengatakan harga kopi perkilogram mencapai angka Rp16.000. Sementara teh harga perkilogramnya hanya Rp2.200, belum lagi dipotong upah petik buruh teh sebanyak Rp600/kg. “Perkebunan yang ada di buku ini sekarang banyak yang tinggal kenangan,” katanya lagi. Perkebunan teh hari ini memang jumlahnya sedikit dibandingkan di tahun-tahun lampau. <br /><br />Lantas bagaimana caranya agar kondisi perkebunan teh kembali bangkit dan mengulang kembali era kejayaannya? Ryzki menjawab “perkebunan dikelola pihak swasta, bukan pemerintah.”</p><p> </p><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMG0-WcDKxrLD6cI7vV3AhUZ0zzcxYncAmVaODYOcwiezNva6JGNkS5pTbQxpfLNiejw-ZmjkNrb83pu-bSPXHSw2Z7yeWrFW3sT-pp4LM0rqGaAWpXr_9p_W8teXIQHMfQL4HL4iPXrClN4rpbyRUdZyGVPcbVW0DswsnCAkG5Nt71275_NzCvFnFBw/s4624/jante.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Ryzki Wiryawan Pesona Sejarah Bandung" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMG0-WcDKxrLD6cI7vV3AhUZ0zzcxYncAmVaODYOcwiezNva6JGNkS5pTbQxpfLNiejw-ZmjkNrb83pu-bSPXHSw2Z7yeWrFW3sT-pp4LM0rqGaAWpXr_9p_W8teXIQHMfQL4HL4iPXrClN4rpbyRUdZyGVPcbVW0DswsnCAkG5Nt71275_NzCvFnFBw/w400-h300/jante.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Ryzki Wiryawan penulis buku Pesona Sejarah Bandung</span><br /></td></tr></tbody></table><p style="text-align: center;"><br /></p><p>Rifat, wartawan Detik.com dan penulis Atep Kurnia yang hadir ikut bercerita bahwa di masa kecilnya minum teh adalah kebiasaan di kampungnya sehari-hari. Kang Atep bilang bekal air minumnya saat dulu menggembala embe adalah air teh. Sementara Rifat mengatakan “kalo di tempat saya, air putih biasanya dijadiin air doa,” ujar Rifat. <br /><br />Air doa yang dimaksud adalah air yang dibacakan ayat suci Alquran dan berbagai doa oleh orang pintar atau ulama, ditujukan untuk mengobati penyakit. Saya dan keluarga masih mempercayai praktik minum air doa ini. <br /><br />Dalam praktik sehari-hari di Bandung, saya sering melihat air putih dijadikan air untuk kesembuhan. Air kopi disajikan sebagai menu pleasure di kafe-kafe, uniknya kopi juga disuguhi sebagai bagian dari ritual sesajen. Dan air teh sebagai air minum sehari-hari warga pada umumnya.</p><p> </p><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2zmlg9oJgM9nVtXcMO9LNkMBapWcFeGNcdvzPbUWkxmaxBhCDvYse2h9LVAQhtZxeg_7qYhm3ODmNypbpM2QJIpqjVLnq4lheLZWvUfAMcP7ajTCkj1q9E4j8XajGz4OJg1YxAf5a3u9awtkMLw8gGHrCh8OPvtvfAxJC15A601GOxvgNzIlKby1hsw/s4624/jante%203.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="diskusi buku kedai jante bandung" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2zmlg9oJgM9nVtXcMO9LNkMBapWcFeGNcdvzPbUWkxmaxBhCDvYse2h9LVAQhtZxeg_7qYhm3ODmNypbpM2QJIpqjVLnq4lheLZWvUfAMcP7ajTCkj1q9E4j8XajGz4OJg1YxAf5a3u9awtkMLw8gGHrCh8OPvtvfAxJC15A601GOxvgNzIlKby1hsw/w400-h300/jante%203.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">(ki-ka) Ryzki, Hilal peserta diskusi, dan Nurul Sisila</span><br /></td></tr></tbody></table><p> <br />Penutup obrolan diskusinya pun menarik, buku-buku sejarah seperti ini apakah hanya mengandung romantisme belaka ataukah memberi pembacanya insight akan penindasan imperialisme? Menurut saya sih keduanya. Ada buku-buku bertema nostalgia seperti buku yang disusun oleh Katam Sudarsono, misalnya. Namun ada juga buku yang menunjukkan ketimpangan sosial dan politik seperti dalam bukunya Ryzki ini. <br /><br />T Bachtiar, penulis dan geolog yang memberi kata pengantar dalam buku Pesona Sejarah Bandung, Perkebunan di Priangan, menulis begini: kehadiran buku ini sesungguhnya merupakan kritik yang amat keras dengan cara yang amat lembut. </p>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-5001605383571044782023-01-15T00:00:00.019+07:002023-01-22T07:49:45.818+07:00Di Javaco Beli Kopi Arabika dan Memotretnya dari Jalan Kebon Jati<p>Kesal juga kalo foto jepretan kita digunakan orang lain tanpa seizin kita. Namun hal-hal kayak gini sudah lumrah terjadi. Zaman digital namanya juga. Gak apa-apa sih gak permisi kepada pemilik fotonya, tapi cantumkan nama pemilik dan linknya wajib deh kayaknya. Iya gak? <br /><br />Untuk itulah saya datang ke <a href="https://www.ayobandung.com/unik/pr-79631954/javaco-harta-karun-kopi-dari-bandung" target="_blank">Toko Kopi Javaco di Kebon Jati</a>. Sengaja saya datang ke sana untuk buat tutorial motret kopi Javaco di depan tokonya. Foto milik saya yang anglenya di seberang toko itulah yang terbanyak direpost dan diambil akun-akun travel. Gak banyak sampai puluhan kali kok, hanya 6x kayakya ada. Hahaha enam kali aja udah ganjen bikin tulisan di blog begini kenapa ya? </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkC5IyNJ-0Sa35pto-4B7K2Zj2EtsgUCjBo8Fz3BSjStwCxL0ihJS5jvxg9RqQYvQUWDrTLtJeowXs2R6cxFKGcpmnlgRbYYL_Lw9B3ZcggojQvNmTtkyOp-SAmSeiiGBdXfy3U4O4GKOrz0ema_MOUkbrvQU235jz9jBtl0D4PJr548NTeS32oSXSsA/s4624/javaco.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="kopi javaco bandung" border="0" data-original-height="3426" data-original-width="4624" height="296" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkC5IyNJ-0Sa35pto-4B7K2Zj2EtsgUCjBo8Fz3BSjStwCxL0ihJS5jvxg9RqQYvQUWDrTLtJeowXs2R6cxFKGcpmnlgRbYYL_Lw9B3ZcggojQvNmTtkyOp-SAmSeiiGBdXfy3U4O4GKOrz0ema_MOUkbrvQU235jz9jBtl0D4PJr548NTeS32oSXSsA/w400-h296/javaco.jpg" width="400" /></a></p><p><br />Saya posting tutorial motret Javaco di Kebon Jati tiada lain dalam rangka menyindir mereka yang posting foto Javaco milik saya tanpa permisi. Namun entahlah apakah sindirannya diterima pelaku. Hehe. <br /><br />Pada malas atau gimana sih? Motretnya gampang banget padahal nih. Saya mulai ya tutorialnya. <br /><br />1. Datangi Toko Kopi Javaco di Jalan Kebon Jati 69 Bandung. Jangan malas terus modal save picture atau capture foto orang. Ayo keluar rumah, keluar kantor, dan datang ke tokonya. Buka pukul 9 pagi. Tutupnya jam 2 siang. Tidak ada plang nama toko. Hari minggu tutup. <br /><br />2. Beli kopinya. Jangan minta gratisan, apalagi ditukar dengan exposure instagram dan tiktok. Gak. Jangan. Selalulah beli di tempat-tempat seperti ini.<br /><br />Ada Arabica, Robusta, dan Melange. <a href="https://shopee.co.id/Kopi-Javaco-Bandung-Arabica-Melange-Tiptop-250-gr-i.25432846.5842324529" target="_blank">Kopi Javaco yang Melange</a> kalo gak salah campuran antara robusta dan arabica (cmiiw). Semua kopi di sini level gilingnya medium alias giling kasar. Jadi menyeduh kopinya harus dengan air ngagolak pisan (air panas mendidih). <br /><br />Kita bisa beli 1 ons paling sedikit. <br />1 ons arabica Rp17.000</p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmXvg9EhH2KznUEQjH1vnQt7-xKCQ71-b5PQmDbrbvxWQvzcYb9lS1X4xrUeXylq1KBhJrL3Txvs9Ng5z-iitnwenwDFqxW9tUEyvZvgnWnh17EZB9tk7Nffj0-hG67aDYu2aauuai4WYUAh_0uux3H_c1RrAlh2lbY71x_Jz5u3CXcZBALJntOxD0Cg/s3312/javaco%203.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="kopi javaco bandung" border="0" data-original-height="3312" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmXvg9EhH2KznUEQjH1vnQt7-xKCQ71-b5PQmDbrbvxWQvzcYb9lS1X4xrUeXylq1KBhJrL3Txvs9Ng5z-iitnwenwDFqxW9tUEyvZvgnWnh17EZB9tk7Nffj0-hG67aDYu2aauuai4WYUAh_0uux3H_c1RrAlh2lbY71x_Jz5u3CXcZBALJntOxD0Cg/w315-h400/javaco%203.jpg" width="315" /></a><br /></p><p><br />3. Untuk memotret kopi di Javaco di depan tokonya belilah kemasan 250 gram atau 500 gram agar volume kemasannya cocok dengan tangan kita dan ukuran bangunan toko. Kan ceritanya mau motret di seberang tokonya nih. Kemasan kopinya kita pegang dan latar fotonya adalah bangunan toko Javaco. <br /><br />Saya pernah beli 1 ons, 250 gram, dan 500 gram. Tercocok kemasannya bila ingin memotret si kopi berlatar bangunan tokonya dari seberang jalan adalah 500 gram. <br /><br />4. Waspada saat memotret. Mengingat lokasi kita berada di pinggir jalan raya yang ramai. Khawatirnya kita terserempet kendaraan, menghalangi pengguna jalan, dan kena jambret. <br /><br />Ajak teman saja dan minta ia menemani. Kita sibuk berfoto dan dia menjaga kita. Beuh dijaga-jaga segala baik pisan kalo ada teman begini yah hehe. <br /><br />5. Selalu ada kendaraan parkir tepat di seberang Javaco. Sementara menurutku angle terbaik motret kopi Javaco dengan latar bangunan tokonya yang antik adalah tegak lurus dengan bangunannya. <br /><br />Jadi antara nunggu jalanan kosong banget (berkat lampu merah di perempatan kebonjati-gardujati-pasir kaliki) atau motret dari samping. <br /><br />Semoga beruntung dapat titik tepat di seberang dan di hadapan toko Javaco ya. </p><p style="text-align: center;"><br /></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhxFgvAjNuMOfeLzkEaCW1uxV75ONc-o-4PehpRmemt6SFarShpoixIrMviAYczad20Vx3d46YedP3u6kxuNJ-WXEj64x3V1yTsV_UqJT_n_5Y8WwHqO1VliO4PU73xBR_9_mvlKlyTCXG6X9nna3gqoVkmK0aUQ-VhYaXxkOCmPvxME3UX5hjSjlmTQ/s4624/javaco%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="kopi javaco bandung" border="0" data-original-height="3374" data-original-width="4624" height="291" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhxFgvAjNuMOfeLzkEaCW1uxV75ONc-o-4PehpRmemt6SFarShpoixIrMviAYczad20Vx3d46YedP3u6kxuNJ-WXEj64x3V1yTsV_UqJT_n_5Y8WwHqO1VliO4PU73xBR_9_mvlKlyTCXG6X9nna3gqoVkmK0aUQ-VhYaXxkOCmPvxME3UX5hjSjlmTQ/w400-h291/javaco%202.jpg" width="400" /></a><br /></p><p> </p><p>6. Udah fotonya? oke cek dulu barangkali kurang banyak pilihan foto. Kalau sudah okelah bisa cabut. Hehe. <br /><br />Gitu aja. Gampil ya! Tulisan lama Kopi Javaco yang pernah saya tulis tahun 2016 bisa dibaca <b><a href="https://www.bandungdiary.id/2016/08/beli-kopi-javaco-bandung.html" target="_blank">di sini </a></b>yah. <br /><br />Bye, Javaco! <br /><br />Bye juga kamu yang suka posting-posting foto milik orang lain dan gak cantumin photo creditnya. <br /></p>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-12347771895527685752023-01-13T00:00:00.014+07:002023-01-13T14:25:39.723+07:00Street Food dan Kipas Anginnya<p>Sejak Bandungdiary punya<b><a href="https://www.bandungdiary.id/2022/08/main-tiktok.html" target="_blank"> akun di TikTok</a></b> dan bikin postingan video di sana, saya rekam banyak sekali video kipas angin di berbagai tempat yang saya datangi. </p><p><br />Awalnya tujuanku merekam benda itu buat footage aja sih, tapi lama-kelamaan saya menjadikannya kewajiban. Sebab hampir di semua tempat yang saya datangi, yang tidak ber-AC, ada kipas anginnya. Terutama tempat makan ala-ala makanan jalanan gitu. </p><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMedYGzQcx2VLnp0tYIwoYXjnlsyy8dp_unN39lGeb-N7VM1eiphrk2tMM7RAN8e6lTwCfq-ISb_1VNKzeixxgaMT725LZWVRXJectqhlimDzfWrNVs3sfbQCRCPeAl5XOSZrvJq45s4p97Dg1AKsCxVgqlleWbvflXtwSqvM573top_U_ZOoNUNjGqw/s2944/kipas%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2944" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMedYGzQcx2VLnp0tYIwoYXjnlsyy8dp_unN39lGeb-N7VM1eiphrk2tMM7RAN8e6lTwCfq-ISb_1VNKzeixxgaMT725LZWVRXJectqhlimDzfWrNVs3sfbQCRCPeAl5XOSZrvJq45s4p97Dg1AKsCxVgqlleWbvflXtwSqvM573top_U_ZOoNUNjGqw/w354-h400/kipas%202.jpg" width="354" /></a></div><br /><p><br />Saya perhatikan merek kipas angin terbanyak adalah Cosmos. Diikuti Sanex. Kuitung pake feeling aja. Makin mewah tempatnya makin mahal kipas anginnya, semacam Krisbow gitulah mereknya. </p><p><br />Saya masih ingat video kipas angin pertama yang saya rekam berlokasi di Batagor Isan Jl. Moh Toha. Saat itu saya butuh transisi video yang bendanya berputar karena saya merekam video sedang mengaduk minuman. Supaya nyambung saya tandem dengan video kipas angin. Cocok kan yah, video ngaduk minuman dan kipas angin yang sedang berputar. Wkwk. </p><p><br />Nyambung-nyambungin yang saya bayangkan belum tentu sama kesatuannya dengan yang orang lain lihat. Yha memang, tidak mengapa. </p><p><br />Sejak momen di Batagor Isan itulah saya berkata pada diri sendiri saya akan merekam kipas angin yang banyak. </p><p><br />Saya menulis di instagram bahwa semoga tahun 2023 ini ada banyak video kipas angin yang bisa kurekam. Tentu saja maknanya lebih dari sekadar rekam-rekam aja. Sebab untuk melakukan itu semua saya harus dalam kondisi sehat. Masih hidup, tubuh fit, dan ada uang. </p><p> </p><p style="text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQr82DoG2vDn5zi7pRtnBrWB3lzA4GSRQaDZ6WdCkaJ-qFMaZiiqtLwHj95LlAqiGoqvTlqsOKhVYeYgW-2jbkZ2N5fQmDqhtlehAcDyH4KQ_Z6_W9Jn9wAioQs5Bu8m1RqJ-M5TFF5B6iedDhzutKQRm2FHxdvmng_QbxfPgb1O93AllQgC3aFgza-Q/s2822/kipas.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2822" data-original-width="2600" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQr82DoG2vDn5zi7pRtnBrWB3lzA4GSRQaDZ6WdCkaJ-qFMaZiiqtLwHj95LlAqiGoqvTlqsOKhVYeYgW-2jbkZ2N5fQmDqhtlehAcDyH4KQ_Z6_W9Jn9wAioQs5Bu8m1RqJ-M5TFF5B6iedDhzutKQRm2FHxdvmng_QbxfPgb1O93AllQgC3aFgza-Q/w369-h400/kipas.jpg" width="369" /></a></p><p><br />Semoga tahun 2023 saya bisa rekam kipas angin gak hanya di Bandung. Tapi juga lintas kota dan lintas negara. Seperti halnya tahun 2022, saya bertemu kipas angin di Jogjakarta dan Cilacap. </p><p><br />Temanku bilang ini namanya filosofi kipas angin. Hahaha mungkin juga tapi seperti kata Pramoedya: hidup sungguh sangat sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya. <br /><br /></p>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-91503382451020496192023-01-07T00:00:00.034+07:002023-01-11T11:39:05.384+07:00Beli Obat Sakit Lambung di Babah Kuya<p>Kalau sakit lambung kambuh, saya bergegas <a href="https://mojok.co/susul/rahasia-ramuan-kejayaan-dua-abad-toko-jamu-babah-kuya-bandung/" target="_blank">beli jamu di Babah Kuya</a>. Awalnya sih iseng aja coba jamu buat mengobati sakit maagh. Saya membelinya di Babah Kuya Hijau. Wah ternyata cocok sekali, kondisi lambung saya membaik sejak mengonsumsi jamunya. Udah deh saya jadi langganan mereka. </p><p> </p><p style="text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqFNyQ5WfUmVb7gjogzKL1I5I1Yp8dTCNg68zb8SsdZEJQVH2sakMVVFQ5ERyGrT1hKlTt8_YZNZm6qnphbqjFND62pv8Mh3XS1I0gIavL7Y6UO4VcK_mE1z0-iQiuNoFuwCfX4arPaCO7Oy2DAYuAHT6FfnC4Zv4KA5RlvxvOUUDuxXMdzpvQGtpB6w/s2604/babah%20kuya.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="toko babah kuya pasar baru bandung" border="0" data-original-height="2482" data-original-width="2604" height="381" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqFNyQ5WfUmVb7gjogzKL1I5I1Yp8dTCNg68zb8SsdZEJQVH2sakMVVFQ5ERyGrT1hKlTt8_YZNZm6qnphbqjFND62pv8Mh3XS1I0gIavL7Y6UO4VcK_mE1z0-iQiuNoFuwCfX4arPaCO7Oy2DAYuAHT6FfnC4Zv4KA5RlvxvOUUDuxXMdzpvQGtpB6w/w400-h381/babah%20kuya.jpg" width="400" /></a></p><p></p><p></p><p><br /><a href="https://www.kompas.tv/article/44087/berusia-dua-abad-toko-jamu-babah-kuya-tetap-diminati" target="_blank">Toko Babah Kuya</a> berlokasi di belakang Pasar Baru kota Bandung. Begitu masuk tokonya udah menguar wangi-wangian jamu. Wanginya kayak di rumah orang yang udah sepuh gitu sih. </p><p><br />Di Pasar Baru ini ada dua toko Babah Kuya dan mereka bersebelahan. Satu toko warnanya hijau dan berukuran besar. Mudah dilihat. Toko satunya lagi warna cat kuning dan berukuran lebih kecil. </p><p><br />Entahlah apa yang terjadi sehingga ada dua toko dan nampaknya kedua toko tersebut tidak akur. Tokonya sendiri udah tuaaa banget. Udah seumur dengan kota Bandung, kota ini kan resmi berdiri tahun 1810. Nah tahun-tahun segitulah Babah Kuya udah ada. </p><p><br />Namun mengetahui penyebab mengapa tokonya ada dua bukanlah urusan saya, sebab saya mau beli obat aja di Toko Babah Kuya. Saya pun membeli bergantian di kedua toko tersebut. Meskipun obat sakit lambung yang kubeli di Toko Babah Kuya kuning lebih murah tapi saya tetap menggilirnya.</p><p> </p><p style="text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitS3oNRveuQjLA95cNXYIuJgM0bsrpBq8rSnEadIGolOv3CqTdXHmzYEplS4iXmz0mlNY5BZasPldni7IxEYO15lYiPq4kp-BAGqGZK8JIhxdCfyyI8Ii61k7i9qkthTARYHKXdKDlNVR3puREA_PXZhkPJEc2E0RHxu3mkd26GVQ13zlxHvq26EyXIg/s4624/babah%20kuya%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="beli jamu di toko babah kuya" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitS3oNRveuQjLA95cNXYIuJgM0bsrpBq8rSnEadIGolOv3CqTdXHmzYEplS4iXmz0mlNY5BZasPldni7IxEYO15lYiPq4kp-BAGqGZK8JIhxdCfyyI8Ii61k7i9qkthTARYHKXdKDlNVR3puREA_PXZhkPJEc2E0RHxu3mkd26GVQ13zlxHvq26EyXIg/w400-h300/babah%20kuya%202.jpg" width="400" /></a></p><p><br />Satu ons obat lambung Rp25.000. Obatnya sudah berbentuk jamu. </p><p><br />Di Babah Kuya ada banyak simplisia. Simplisia ini bahan alami yang telah dikeringkan. Kalo diperhatiin simplisia di Babah Kuya yang terlihat adalah simplisia nabati: batang, akar, daun, kulit buah, bunga, biji. Gak tahu yang kalo simplisia hewani ada atau enggak. Hehe.</p><p><br />Kalo kamu atau keluargamu ada penyakit apa saja coba deh datangi toko Babah Kuya, tanyakan pada cici dan kokonya semacam konsultasi kecil-kecilan. Nanti mereka akan rekomendasikan obatnya. Namun menurut saya sih kalo penyakitnya akut dan parah, baiknya konsultasi ke dokter dulu yah. Khawatirnya kamu ada alergi bahan tertentu sih. </p><p><br />Jadi jangan tanyakan pada saya ada racikan obat apa saja di Babah Kuya. Silakan tanyakan langsung di tokonya yah. Kalo obat sakit lambung sih udah kujawab di atas yah. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiH_AnPdd320QPQKhydbt0xSozVobX0rfn5inWsyX3DP7P6mbEPmhAlzBuwgu7WJS1uPJ9XDMPfTljecn4J7PeOEGj1yyiItrcZrYaOtOeoshP3qd-GNlUJgckq-Q8h3yxpP2gZumd8_lfw3OoiixAVBTDaVa73OZWX-6jv4Rj7xy2OIiD1QVlV1ePVYg/s4624/babah%20kuya%204.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="beli jamu di toko babah kuya" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiH_AnPdd320QPQKhydbt0xSozVobX0rfn5inWsyX3DP7P6mbEPmhAlzBuwgu7WJS1uPJ9XDMPfTljecn4J7PeOEGj1yyiItrcZrYaOtOeoshP3qd-GNlUJgckq-Q8h3yxpP2gZumd8_lfw3OoiixAVBTDaVa73OZWX-6jv4Rj7xy2OIiD1QVlV1ePVYg/w400-h300/babah%20kuya%204.jpg" width="400" /></a> <br /></p><p><br />Kehalalan produknya tidak saya ketahui, buatku sih selama masih diracik dari simplisia nabati masih halal kali yah? </p><p><br />Toko Babah Kuya buka senin-sabtu. Pagi sampai sore. Entah jam berapa. Datang saja sekitar pukul 09.00, bila sore datang sebelum jam 4. Alamatnya google aja. Pembayarannya bisa transfer dan bisa tunai. </p><p><br />Babah Kuya melayani pembelian online. Sejak pandemi pun saya perhatikan mereka menyediakan nomor wa untuk pembeli jarak jauh. </p><p><br />Gitu aja. Warga Bandung silakan datangi langsung tokonya dan belanja obat herbal di Babah Kuya. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAAC8M9g26x5LqOPGegmt20xTjnc_VhG6xhM6HVIv2Ul0dw73aLsFREoFeXRfuSzC4_jHhav3G45rYeXnwT6MZls7XxF3hlpawsBHf5EVILuiyl9m7ztBYsiGaEnIwDL34QMGUbvcV5A-L3udVhPoCqLnL2U2pewShwqqlqkif5oZ87fbN0KoQ7pcCXQ/s4624/babah%20kuya%203.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="babah kuya pasar baru bandung" border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAAC8M9g26x5LqOPGegmt20xTjnc_VhG6xhM6HVIv2Ul0dw73aLsFREoFeXRfuSzC4_jHhav3G45rYeXnwT6MZls7XxF3hlpawsBHf5EVILuiyl9m7ztBYsiGaEnIwDL34QMGUbvcV5A-L3udVhPoCqLnL2U2pewShwqqlqkif5oZ87fbN0KoQ7pcCXQ/w400-h300/babah%20kuya%203.jpg" width="400" /></a></p>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5002010564389563291.post-65431532456836313332023-01-03T00:00:00.090+07:002023-03-18T19:30:33.046+07:00Gang-Gangan Menyaksikan Sisa Bongpai di Badran <p>Hari sabtu 19/11/2022 adalah hari terakhir saya berada di Jogja. Pagi-pagi check out dari penginapan dan saya meluncur ke Stasiun Tugu. Padahal kereta api datang pukul 11, saya sudah bergegas mau ke mana memangnya? Mau ketemu dengan Gang-Gangan! </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLmJYQT1b5bdDlpWxFh0xf4cC0Fg_XdrPzY43DmTkiDoLLOUNTkXYoodAAPMnh9oboyE47AORmLvIwyL5Bw3fBwtWzvTrojm54CO7yeVWBk8MnWyWlPVoNpCTpkLYq35B2kTZ6WiG_JKmcIUafU0KP-dwYFcoh-Mcazcr98DUaNif5RT0Foi2KZ8C25A/s2604/badran.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="gang-gangan bongpai di badran" border="0" data-original-height="2213" data-original-width="2604" height="340" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLmJYQT1b5bdDlpWxFh0xf4cC0Fg_XdrPzY43DmTkiDoLLOUNTkXYoodAAPMnh9oboyE47AORmLvIwyL5Bw3fBwtWzvTrojm54CO7yeVWBk8MnWyWlPVoNpCTpkLYq35B2kTZ6WiG_JKmcIUafU0KP-dwYFcoh-Mcazcr98DUaNif5RT0Foi2KZ8C25A/w400-h340/badran.jpg" width="400" /></a><br /></p><p><br />Janjian bertemu orang baru adalah kegiatan di luar zona nyaman saya yang terbiasa sendirian. Namun Shinta dari Gang-Gangan beberapa kali mengirimiku pesan di instagram. Mulai dari chat berbunyi “sungguh kita harus ketemu” sampai “mba, plis plis plis berkabar kalau ke jogja suatu saat nanti ya”. Sebuah sikap ekstrovert yang gak masuk dalam keseharian saya yang ambivert. <br /><br />Namun dengan Shinta berbeda. Memanglah gigih sekali orangnya, persisten dan melankolis. Saya merasa nyaman kepadanya meski ketemu juga belum. Jadi saya memberanikan diri mengontak Shinta duluan dan memberitahunya bahwa saya berada di Jogja. Kami bertemu dan ia mengenalkan saya pada teman-temannya. <br /><br />Baik sampai mana tadi? Gang-Gangan. <br /><br />Saya dan Shinta janjian di pintu parkir barat Stasiun Tugu. Ada Risna dan Anisa bergabung. Di hari sebelumnya saya telah bertemu Risna dalam tur di <b><span style="color: red;"><a href="https://www.bandungdiary.id/2022/11/taru-martani-cerutu-dari-jogja.html" target="_blank">pabrik cerutu Taru Martani bersama Alon Mlampah</a></span></b>. <br /><br />Shinta, Risna, dan Anisa membuat Gang-Gangan, sebuah kelompok pengarsip gang. Di Jogja mereka berjalan kaki menyusuri gang-gang dan merekamnya. Arsip itu mereka simpan di akun instagram <b><a href="https://www.instagram.com/gang.gang.an/?hl=en" target="_blank">@gang-gang.an. <br /></a></b><br />Pagi itu mereka mengajakku ke Badran, wilayah perkampungan dekat Stasiun Tugu yang popular sebagai kampung preman. Spesies preman asal Badran ditakuti seantero Jogja. “Tapi kampung ini sekarang dibuat ramah anak, mbak,” ujar Risna. <br /><br />Namun bukan Badran yang bertransisi sebagai kampung ramah anaknya yang pagi itu kulihat di sana. Melainkan Badran bekas lokasi kompleks pemakaman tionghoa di Jogja. <br /><br />Badran terdiri dari beberapa gang dan RW. Wilayahnya di pinggir sungai winongo. Rumah-rumah di mulut gang seperti biasa wujudnya agak besar. Makin dalam masuk gangnya rumahnya makin mengecil dan padat. Kutemui ada beberapa lapangan. Ada juga kompleks makam warga. </p><p> </p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU77QhaDIEawP8El53Gocr2xts1hmbvLO5V0hgQ6Xk8gHxfMFQ06lHiqKNm05zmzwnmYLkr16PMzvRnddWzK0Z-69CRC7mEjtKDo-vABJ41wKygpw0AlSrATIbUNteR_F5Q4SZDaCP_ukDer2ZfSewhfuLxo4ptBJvJueMh7sjj_I4qJToCDdg3oJr0Q/s1600/badran%204.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="gang-gangan bongpai di badran" border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1600" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU77QhaDIEawP8El53Gocr2xts1hmbvLO5V0hgQ6Xk8gHxfMFQ06lHiqKNm05zmzwnmYLkr16PMzvRnddWzK0Z-69CRC7mEjtKDo-vABJ41wKygpw0AlSrATIbUNteR_F5Q4SZDaCP_ukDer2ZfSewhfuLxo4ptBJvJueMh7sjj_I4qJToCDdg3oJr0Q/w400-h400/badran%204.png" width="400" /></a></div><p><br />Di era kolonial Badran adalah kompleks makam orang-orang tionghoa. Entah lokasi pemakamannya pindah ke mana, dalam proses pindah-pindah itulah jejak batu nisan di Badran berceceran. Jenazahnya dipindah, sementara itu batu nisannya tertinggal.<br /><br />Batu nisan makam tionghoa ini bernama Bongpai (cmiiw). Gang-Gangan ke Badran tujuan utamanya mengajakku melihat jejak bongpai. <br /><br />Mengejutkan sekali karena kulihat ada banyak bongpai di Badran! batu nisan ini tertancap di jalanan gang, di tembok-tembok gang, dan tertanam begitu saja di lapangan permukaan tanah. Secara kasual bongpai menjadi bagian dari keseharian warga. Mereka memperlakukannya sebagai batu biasa. <br /><br />Kenapa warga menggunakannya sebagai batu-batuan di tembok ya? tanyaku pada Risna. “Kualitas batunya bagus, Mbak,” jawab Risna yang tergabung dalam komunitas Indonesia Graveyard. Jika diperhatikan dan dipegang, bongpai ini memanglah kokoh dan tebal. Bila saya warga Badran memanglah sayang bila disingkirkan batunya, baiknya memang dimanfaatkan saja buat infrastruktur bangunan. <br /><br />Sepertinya itulah yang dilakukan warga Badran. Bagiku hal yang menarik adalah mereka seperti tidak terganggu dengan keberadaan batu-batu nisan itu. Terlihat tidak ada maksud untuk menyingkirkan sisa bongpai. Warga bahkan tidak membalik permukaan batu nisannya. Dengan demikian saya bisa melihat tulisan berbahasa cina yang terukir pada permukaan batu tersebut. <br /><br />Unik sekali di tengah kegiatan warga yang bukan etnis tionghoa dan rumah-rumah khas dalam gang ada batu nisan bertuliskan dalam bahasa cina. Pemandangan yang kontras dan solid sekaligus. </p><p style="text-align: center;"><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyBZ-uPWfuUnYAb3CYiEhIi1vXMuKtsQ2-gnPwmsM6BZkb5B_sb9TDzJRTqAu3qfZH9AD2mpicDaG2Kur1bykw3mILr1LXKgoyVOnMzmsOvnymAq5f6ryaTn5WbN6KVKerGWtJzl-LpoNqC4ixJseBSFTDrE6WYk36vdaUc04YKdXVjcA1fSW8R2Jt3w/s3610/badran%206.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="gang-gangan bongpai di badran" border="0" data-original-height="3610" data-original-width="2604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyBZ-uPWfuUnYAb3CYiEhIi1vXMuKtsQ2-gnPwmsM6BZkb5B_sb9TDzJRTqAu3qfZH9AD2mpicDaG2Kur1bykw3mILr1LXKgoyVOnMzmsOvnymAq5f6ryaTn5WbN6KVKerGWtJzl-LpoNqC4ixJseBSFTDrE6WYk36vdaUc04YKdXVjcA1fSW8R2Jt3w/w289-h400/badran%206.jpg" width="289" /></a></div><br /><p><br />Kuitung Bongpainya banyak banget! Jumlahnya lebih dari 15 bongpai Gila seru banget! idk ini kenapa seru tapi memanglah tiap menemukan bongpai saya terpukau terus. Kayak hah, kok bisa, hah beneran, hah kok bisa, wah bagus euy, wah asli sih keren, hah kok bisa! <br /><br />Saya pernah melakukan hal serupa di Bandung. Berjalan kaki menyusuri sebuah perkampungan tengah kota dalam rangka menyusuri batu nisan ala tionghoa ini. Ada satu <b><a href="https://www.bandungdiary.id/2019/09/mencari-makam-kapitan.html" target="_blank">bongpai di Babakan Ciamis</a></b>, dekat Balaikota. Dalam bongpai tersebut tulisannya dalam bahasa latin, bukan bahasa cina. <br /><br />Di lain waktu saat menyusuri <b><a href="https://www.bandungdiary.id/2016/10/kampung-dobi-di-bandung.html" target="_blank">sejarah Dobi di Kebon Kawung </a></b>saya dipandu Komunitas Aleut dan menyaksikan satu batu nisan yang menjadi alas penggilingan cuci baju oleh warga. Namun si batu nisan ini tergeletak horizontal di lokasi yang tidak bisa kami jangkau, jadi kami melihatnya dari jarak beberapa meter dari bongpai tersebut. Tidak terlihat apapun selain wujud batu aja. <br /><br />Jadi saat saya berada di Badran dan terpukau melihat sisa-sisa bongpai di sana kukira itu hal yang wajar, bukan lebay. Mengingat pengalaman saya di Bandung yang demikian tadi saya ceritakan, sementara di Badran semua bongpainya masih berukir tulisan dalam bahasa cina dan saya bisa memegang batunya. Bayangin, megang! Megang bongpai yang asalnya dari zaman belanda begitu coba gimana mungkin saya gak takjub. </p><p> </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgriSPNMEFAZKVpORK22SKkfcPDRNEHsm6HAnMWOr296sddtE3E5amOQJqfLSBbiPbEn3gmiwZcVY5ZcGGGjRTEXYGeY3HRbpU0tUw9CI84qfE_XO9Jvy6wjLfbcalvmh4DnDd5_LdLqjJW14H0qgWFocNdwmlraaIDQ_E7U8V5ARibmjBJfhX3P7EaHg/s1600/badran%205.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="gang-gangan bongpai di badran" border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1600" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgriSPNMEFAZKVpORK22SKkfcPDRNEHsm6HAnMWOr296sddtE3E5amOQJqfLSBbiPbEn3gmiwZcVY5ZcGGGjRTEXYGeY3HRbpU0tUw9CI84qfE_XO9Jvy6wjLfbcalvmh4DnDd5_LdLqjJW14H0qgWFocNdwmlraaIDQ_E7U8V5ARibmjBJfhX3P7EaHg/w400-h400/badran%205.png" width="400" /></a><br /></p><p><br />Shinta cerita dalam bongpai biasanya selain tertera nama orang yang wafat. Lalu ada daftar nama anggota keluarganya yang mengurus pemakaman.<br /><br />Bila memperhatikan batu nisan dan melihat wujud pemakaman ala tionghoa, kurasa pasti butuh banyak sekali uang untuk mengurus satu makam saja. Karena itulah nama keluarga yang mengurusnya wajib tercantum di bongpai. <br /><br />Kupikir manusia ini rumit juga, saat hidup butuh biaya, setelah wafat pun masih ada ongkosnya. Tidak hanya kaum tionghoa dan bongpainya, keluarga saya yang etnis sunda pun atau kamu pasti mengalami hal yang sama. Namun nampaknya ongkos makam orang-orang tionghoa pasti mahal, bila kulihat dari bongpainya. <br /><br />Tidak semua wilayah Badran dapat saya jelajahi. Maklumlah pukul 11 stasiun tugu menanti. Hehe. Kira-kira durasi saya berjalan 2,5 jam. <br /><br />Sebelum pukul 11 kereta api datang dan saya harus bergegas menuju stasiun. Kami berpamitan di parkiran Stasiun Tugu dan berjanji bertemu lagi. Akan tetapi sebelumnya kami berenam sempat santap Tahu Gimbal Pak Warno. Ditraktir Mba Autine. Makasih, Mba! <br /></p><p> </p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKkCsVARoe5sy7Ja0jQyQDjjwXbu7Au3_StqGCsavTVyXmanONNQI_T6uapY5yo1wFMFNopKchgJgkOVvPxAV-HJ-EneTngOb-EjSSu4egHmwHvTc6epm8Jhv8Njq6v9qUWXflfRcOFscjvUxQ4T2rKgvGpjSey-0sASG3WKAvFAp7h8WYHoBlM5CSow/s2925/badran%203.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="2917" data-original-width="2925" height="399" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKkCsVARoe5sy7Ja0jQyQDjjwXbu7Au3_StqGCsavTVyXmanONNQI_T6uapY5yo1wFMFNopKchgJgkOVvPxAV-HJ-EneTngOb-EjSSu4egHmwHvTc6epm8Jhv8Njq6v9qUWXflfRcOFscjvUxQ4T2rKgvGpjSey-0sASG3WKAvFAp7h8WYHoBlM5CSow/w400-h399/badran%203.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">difoto Risna<br /></td></tr></tbody></table><div><br /></div><div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNyvnv00YMI4nuEppcDiAzinfaF_Nl1ZsxccUGK1efXF_Wv7_ZxZqZYNdthwoPJ4DJTAvIYmRJbujhkSiNAg44S9_Fhuqb40UvLigTZBASRS2bbT2sV--mnNc2aZvSwTl38AHrfAT0Vwokq-tUwkDlbKGBn2IQ-icWwKHYRxbuxKcxw_3s2fVn6MaPpA/s1045/badran%202.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="923" data-original-width="1045" height="354" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNyvnv00YMI4nuEppcDiAzinfaF_Nl1ZsxccUGK1efXF_Wv7_ZxZqZYNdthwoPJ4DJTAvIYmRJbujhkSiNAg44S9_Fhuqb40UvLigTZBASRS2bbT2sV--mnNc2aZvSwTl38AHrfAT0Vwokq-tUwkDlbKGBn2IQ-icWwKHYRxbuxKcxw_3s2fVn6MaPpA/w400-h354/badran%202.jpg" width="400" /></a></div><p> </p><p>Terima kasih banyak Shinta, Anisa, dan Risna. <br /><br />Dalam tur di Badran ini saya bertatap muka dengan Autine dan Radea. Dua orang yang mendiami kawasan jawa timur dan saya mengenali mereka karena foto-foto bangunan tuanya di instagram. Sungguh saya senang sekali bisa gang-gangan dengan mereka semua. Hamdalah makasih ya, Shinta. Bukan hanya saya berjumpa dengannya tapi juga bisa bertemu dengan teman lama-tapi-baru lainnya. Saya beruntung sekali. <br /></p></div>Nurul Uluhttp://www.blogger.com/profile/05086665667830718167noreply@blogger.com0