Social Media

Image Slider

Bio Tour: Berkenalan dengan Pepohonan di Bandung

23 February 2017
Kududuk di bawah naungan Pohon Trembesi, sarapan saya dalam wadah kotak makanan itu nikmat sekali. Ada Celorot, Bacang, Klepon dan Cikak. Semuanya tandas berturut-turut tanpa ampun di mulut. Sudah lama rasanya sejak terakhir kali saya menyantap Celorot. 

"Dalam keseharian kita gak bisa jauh dari pepohonan. Coba dibuka lagi kotak makanannya."

Kupandang sisa-sisa perjuangan sarapan tadi. Tinggal daun-daun pembungkus makanannya saja. Ini saya aja yang kotak makannya sudah kosong atau peserta lain juga ya? 😹

"Celorot dibungkus daun kelapa yang masih muda. Bacang dibungkus daun hanjuang hijau. Klepon dan Cikak beralaskan daun pisang." 

Itu barusan yang ngomong namanya Arifin Pemandu Bio Tour. 

Oh saya belum cerita ya. Hari minggu (19/2/2017) saya dan Indra mengikuti sebuah walking tour bertema pepohonan di kota Bandung.

Tur jalan kaki ini bernama Bio Tour Bandung Botanical Garden. Arifin Surya Dwipa Irsyam nama pemandunya. Indischemooi penyelenggaranya.
Menjadi peserta Bio Tour biayanya Rp135.000. Durasi waktu turnya 3-4 jam. Jarak tempuh berjalan kaki sekitar 5 km. Peserta mendapat fasilitas berupa makanan satu kotak, minum, tote bag, pin, daun salam, dan pengetahuan dari seorang pemandu yang menyenangkan. 

Bio Tour memulai aktivitasnya di Balaikota yang ceria dan panas. Hari minggu pagi penuh sekali manusia di sana. 

Waktu Arifin mulai bercerita, orang-orang yang selintas lewat seperti penasaran. Beberapa pengunjung Balaikota bergabung dan menyimak sebentar, beberapa lainnya melirik dan berjalan lalu saja.

"Kita mulai dari Trembesi," kata Arifin mulai bercerita. 

Trembesi adalah pohon terbesar di kompleks Balaikota Bandung ini. Ikonik. Ironisnya bahkan yang terlihat besar dan jelas begini saya tidak tahu apa namanya. Pada mulanya saya pikir itu Pohon Beringin.

"Trembesi disebut juga Ki Hujan. Kalau hujan turun, daun Trembesi akan mengatup sehingga air hujan langsung meluncur ke akar. Pohon ini aslinya berasal dari daerah gurun. Trembesi punya kemampuan menyerap air dalam jumlah banyak. Saking banyaknya, Trembesi meneteskan air melalui daun seolah sedang hujan," cerita Arifin.

Beribu kali saya datang ke Balaikota, baru tahu kalau Trembesi begitu karakternya. Nama 'trembesi' mirip kata 'merembes' (meresap) sih.

"Coba lihat pohonnya," Arifin menunjuk ke arah atas. Kami semua mendongak menatap batang dan daun Trembesi yang tinggi-tinggi sekali. 

"Untuk menopang pohon sebesar ini kan pasti dibutuhkan akar yang juga besar. Oleh karenanya Trembesi jenis pohon peneduh yang harus ditanam di lahan yang luas supaya akarnya leluasa tumbuh dan menopang batang pohonnya. Pohon ini gak cocok kalau ditanam di pinggir jalan," Arifin menjelaskan. Berapi-api dengan suara yang lantang dan cemerlang.

Kami manggut-manggut tanda memahami. Arifin bergegas menuju pohon yang lain, kami mengikutinya. Mirip anak ayam, nempel ke mana pun induknya pergi.

Kali ini kami mengelilingi pohon Kayu Manis. Memang ada pohon Kayu Manis di Bandung, tepatnya di Balaikota? ADA BANGET! Saya baru mengetahuinya. 

Arifin memetik satu daun Kayu Manis. Sebelum memetik ia mengucapkan minta maaf dulu karena daunnya dipetik. Entah mohon maafnya kepada pohonnya atau kepada kami. 

Ia meremas daunnya sambil berkata "salah satu ciri Pohon Kayu Manis ada di daunnya. Kalau kita remas akan terasa tekstur daunnya yang mirip perkamen naskah tua". Ia melanjutkan "coba cium wangi daunnya," Arifin menyodorkan daun yang agak remuk itu pada kami. 

Bergiliran kami mencium wangi daunnya. Hmmm iya wangi kayu manis. Gak nyangka di Balaikota ada pohon jenis rempah begini. Saya ikut meremas daun Kayu Manis. Arifin benar, efek suara dan sensasinya seperti sedang meremas perkamen naskah tua. Saya belum pernah pegang perkamen naskah tua sih, tapi ya kira-kira daunnya seperti kertas tapi tekskturnya lebih kokoh. 

"Kayu Manis adalah jenis pohon peneduh. Selain jadi bumbu dapur, pohon ini berkhasiat sebagai obat mual dan obat perut kembung." Kami manggut-manggut sambil berbisik "oohhhh" pertanda baru tahu. Daun Kayu Manis masih digilir peserta untuk diendus-endusi aromanya.

Cowok yang menenteng-nenteng buku berjudul 1001 Garden Plants in Singapore ini beranjak, mengajak kami ke tempat parkir motor, melihat pohonnya lainnya.

Ki Sabun nama pohon berikutnya. Kiara Payung nama aliasnya. Mengandung senyawa Saponin yang jadi bahan membuat sabun, pohon ini menyebabkan jalan licin bila hujan. Karenanya gak cocok ditanam di pinggir jalan dan tempat parkir. 

Bahkan pohon peneduh di tempat parkir saja sebaiknya harus dipikirkan karakter pohonnya ya. Gokil saya baru tahu siah! Arifin harus diangkat jadi kepala divisi pertamanan kota Bandung deh! 

Di bawah Pohon Jamblang yang langka (yes! Ada Pohon Jamblang di Balaikota dong!),  Arifin cerita kalau buah Jamblang (Anggur Jawa) dahulu banyak dijual di pasar tradisional. "Rasa buahnya lebih enak dari stroberi dan apel. Paling cocok dimakan di siang hari yang terang" katanya lagi.

Indra -suamiku- mengiyakan cerita Arifin, "waktu SD masih suka makan buah jamblang. Ke mana ya buah ini sekarang?" tanyanya padaku. Sepertinya di zamannya saya dulu, udah gak ada kebiasaan makanin buah jamblang deh. 

Arifin mengingatkan bahwa langkanya buah jamblang jadi penegas kalau pola makanan orang kota berubah. Saya belum pernah makan buah ini. Lantas kenapa buahnya jadi langka kalau rasanya enak?

Begitulah. Makin siang, makin banyak pepohonan yang dibahas. Saya buat daftarnya, ini pohon ada semua di Balaikota, Gaessss! Here goes: 

Pohon Ganitri yang bijinya diolah dan jadi biji tasbih.

Pohon Damar yang berfungsi sebagai pemecah angin, getahnya untuk menambal gigi.

Hanjuang yang jadi pohon pagar pembatas dua dunia: mati (pemakaman) dan hidup.

Trengguli, pohon jamu untuk diet melangsingkan badan.

Pohon Kemiri ada minyak di biji pohonnya, digunakan sebagai bahan bakar lampu penerang.

Pohon Puspa yang khas priangan dan jenis pohon peneduh yang cocok untuk reboisasi.

Pohon Huni memiliki daun yang edible alias dapat dimakan mentah-mentah (lalap).

Pohon Pucuk Merah yang ditanam di pot dan menurut Arifin cara penanamannya salah banget.

Ki Merak alias Patrakomala yang mengandung senyawa sianida.

Pohon Kenari yang jenisnya tanaman peneduh dan akarnya besar-besar, gak cocok ada di tepi jalan.

Saya tulis singkat-singkat aja, kenyataannya saat Bio Tour si pemandu bercerita banyaaaakkkkk sekali. Nyerocos dengan koma dan titik yang teratur. 

Sesekali Arifin menyebut nama latin tanamannya, fasih banget. Kamu tahu sedang bersama orang yang mencintai bidangnya saat ia -tanpa kikuk dan tidak planga plongo- sanggup melafalkan nama lokal sebuah tanaman, sekaligus nama ilmiahnya dan ceritanya panjang lebar seolah-olah dia mau bagikan semua dunia perbotanian yang ia cintai pada kami semua. 

Menjauh dari Balaikota, tanaman di dalam selokan pun Arifin bahas. Dari tanaman yang tumbuh di parit seperti Kareumbi dan Babadotan, sampai tanaman hias yang kebanyakan bunganya beracun misalnya Patrakomala dan Oliander.

Lalu tibalah waktunya pepohonan favorit saya dibahasnya: Angsana dan Tanjung.

Pohon Angsana ada banyak di wilayah Dago: Jalan Raden Patah, Jalan Pager Gunung, dan Jalan Kyai Gede Utama. Perhatikan bila bunganya yang kuning itu berguguran. Aduh cantiknya. 

Lalu bunga tanjung dijadikan hiasan pada keranda jenazah. Sebab bunganya menguarkan wangi nan harum. Di rumah ibuku ada satu Pohon Tanjung. Bila malam wanginya sedap nian. 

Kata Arifin nih, Pohon Tanjung adalah pohon peneduh yang ideal ditanam di pinggir jalan. Sebab akarnya tidak terlalu besar, daunnya menyerap karbondiosida, dan buahnya mungil. 

Aduh bayangin yah jalan kaki di tepi jalan, malam hari gitu, terus ada wangi-wangi dari Pohon Tanjung. Sekarang gak takut lagi ada kuntilanak kali yah karena sudah tahu asal muasal wanginya darimana 😹

Saya termasuk beruntung bisa tinggal di lingkungan yang masih banyak pohonnya. Cuma sayang sekali saya gak tahu nama pohonnya apa aja, fungsinya apa, khasiatnya apa, beracun enggak. Kecuali pohon buah yang saya konsumsi.

Karena Bio Tour sekarang saya jadi tahu. Emang sih gampang tinggal baca di buku atau browsing di Google. Tapi kalau pratik langsung turun ke jalan kayak Bio Tour lebih seru karena ada interaksi dengan pohonnya secara langsung. 

Selama turnya saya tuh: 
mencium bunga Pohon Tanjung
ngebauin daun Kayu Manis
menghirup aroma getah Pohon Kenari
gesek-gesek daun Pohon Sikat Botol di tangan, wanginya kayak kayu putih
melihat pohon yang bisa jadi 'obat HIV'
mengernyit karena bau jamu dari Buah Trengguli
makan Bunga Begonia
makan Buah Bihbul yang teksturnya kayak mentega, enak amat saya suka! 
mengagumi bunga Oliander dan Patrakomala yang cantik-cantik tapi beracun
Dan rumput pipih boleh diinjak! 

Seru yah lima indra kepake semua. Mata, telinga, hidung, lidah, tangan. Pantesan selama tur ini hati rasanya senang. Begitu pun turnya meninggalkan kesan yang membekas baik. 

Oiya, sekarang kutahu, kalau lapar dan gak punya uang tinggal pergi ke Balaikota dan Taman Lalu Lintas, berburu buah di sana. Hehe. Tinggal cari tahu mana yang beracun, mana yang aman untuk perut manusia.

Bahkan saya sekarang tahu kalau tumbuhan raksasa kayak Pohon Trembesi itu ternyata bersaudara dengan tanaman kacang hias merambat. Jauh amat ya, yang satu menjulang ke angkasa, satunya lagi membumi di tanah.  

Menurut panitianya, Bio Tour akan dilakukan secara rutin. Kapan waktunya, langsung tanya ke penyelenggaranya aja. Cek akun di Instagram @indischemooi. Jangankan saya yang mewajibkan diri mengikuti tur pepohonan ini, walikota Bandung juga harus. Orang-orang di Dinas Pertamanan juga wajib nih melek pepohonan di Bandung.

Bagian paling menohok dari tur ini adalah muncul kesadaran kalau usaha walikota Bandung dan Pemkot dalam mempercantik kota belum selaras dengan keberadaan makhluk lainnya. Kitanya senang, estetik sih emang. Namun salah sebab kita gak kenal karakteristik tanamannya. 

Arifin menunjuk pohon Pucuk Merah yang ditanam dalam pot di Balaikota. Tanaman bernama Kastuba. 

"Cara menanam kayak gini salah. Pucuk Merah butuh lahan luas untuk tumbuh," kami mengamati pohonnya yang mulai layu dan mengering. Pantas atuh mati ya. Akarnya gak leluasa bergerak ketahan pot. Pohonnya gimana mau tumbuh.

Arifin juga menyinggung bunga-bunga warna merah yang digantung di tiang-tiang lampu jalan. Ternyata salah menempatkan bunga Pohon Kastuba kayak gitu. Kodratnya pohon Kastuba tumbuh 1,5 m - 4 m dan gak boleh kena sinar matahari langsung. 

Kastuba di Jalan Riau dan Purnawarman rada mending sih karena digantung di bawah pepohonan besar. Pot Kastuba yang di jalan Dago salah naro karena ngegantungnya di tengah jalan dan kena sinar matahari langsung. 

"Jadi cocoknya tanaman yang digantung di pinggir jalan kayak gitu apa dong, Pin?" tanya saya.

"Bunga Senecio Macroglossus, tapi gak tahu nama dagangnya," kata Arifin yang sekolahnya jurusan Biologi di Unpad dan magister di IPB ini. 

Hmm coba deh nanti saya google kayak gimana itu Senecio Macroglossus. 

Begitulah Bio Tour. Radius yang kami kitari gak nyampe 5 km aja, tapi pepohonannya beragam banget. Saya paling suka bagian mencium-mencium wangi bunga dan daun, rasanya damai banget. Hehehe. Kayaknya Bio Tour ini mesti diulang-ulang deh acaranya. Biar makin banyak yang ikutan.

Mudah-mudahan pepohonan di Bandung lestari. Pohon yang renta diganti yang muda. Pohon yang muda tumbuh aman gak ditebang-tebang dan gak jadi korban pembangunan.

Dan semoga kita kenal sama tanaman dan pepohonan di sekitar kita yah! 


Bacang, Cikak, Klepon, Celorot
Di bawah Pohon Puspa
Pohon Kayu Manis
Bunga Puspa yang wangi dan rumput Gajah Kecil 
yang aman banget diinjek-injek tapi seringnya dilarang diinjek 


The Giant Pohon Karet Munding
Karet Munding masih bayi
Membahas Pohon Kenari 
Buah Pohon Kenari kalau dibelah kayak gini penampakannya
Baby Kareumbi
Pohon gak boleh dililit kain kayak gitu,
mengganggu metabolisme pohon, kata Arifin
Dua Pohon Tanjung di Jalan Aceh, jenis pohon peneduh yang ideal karena:
buahnya kecil, akarnya gak gede-gede amat, menyerap karbondiosida







Teks : Ulu
Foto : Ulu, difoto dengan Lenovo A6000

Skywalk Cihampelas : Parkir di Mana? Enaknya Hari Apa ke Sana? Tangganya di Sebelah Mana? Boleh Bawa Sepeda Gak? Hotel Terdekat Apa?

14 February 2017
Teras Cihampelas lagi ramai-ramainya. Ya mirip Farmhouse lah hebohnya. Dan saya belum pernah ke Farmhouse ahahahaha. Cuma ngerasain macetnya aja :D

Kalau Teras Cihampelas saya udah pernah ke sana, juga merasakan macet karenanya aheuheuheuheu. 

FYI kalau saya sebut Teras Cihampelas, yang saya maksud adalah Skywalk Cihampelas yak. Saya pernah bahas dikit tentang Skywalk ini di tulisan sebelumnya. Baca di Skywalk Cihampelas di Bandung, Beeuh Heboh Pisan!




Di tulisan ini saya bahas beberapa keterangan lain seputar Skywalk Cihampelas berdasarkan pertanyaan yang masuk ke Instagram, Facebook, Twitter, dan komen di tulisan tentang Skywalk. Barangkali kamu pengen tahu juga, apa aja yang ditanyain dan apa ada pertanyaan kamu juga di sini. So mari saya mulai.

Baca juga : Tips Ajak Anak Traveling Adalah Bersabar! Hahaha :D

HARI APA KE SKYWALK CIHAMPELAS

Berhubung Skywalk ini baru jadi dan belum sebulan dibuka untuk umum, jadinya rameeee banget banyak pengunjung. Tapi sebenernya ramenya di akhir minggu aja. Hari kerja mah masih relatif lebih lowong lah. Terutama di bawah jam 12 siang. 

Mau jalan-jalan di Skywalk lebih leluasa, ya datanglah di hari kerja, senin - jumat. 

Kalau hari Sabtu dan Minggu gimana? Ya seru-seru aja sih. Cobain deh datangnya hari Sabtu jam 7 pagi, kayaknya masih oke lah keramaiannya relatif kosong. 


PARKIR DI MANA

Kalau rumahnya gak jauh-jauh amat mah mending gunakan transportasi umum ke sini. Tapi kalau emang pada pake motor dan mobil pribadi ke sini, parkirnya di:

Motor: Jl. Sastra, halaman parkir Arumanis (atau Harumanis ya, lupa nama tempatnya) dan CiWalk

Mobil : CiWalk

Motor bisa di mana aja sih selama ada tempat parkir motor. Kalau mobil emang agak repot. Apalagi kalau weekend. Kalau saya biasanya naik angkot, kalo mesti bawa kendaraan sendiri parkirnya di CiWalk atau Jalan Sastra aja. 

NAIK TANGGA KE SKYWALK CIHAMPELAS, TANGGANYA DI MANA?

Ada 3 titik tangga naik turunnya. 
1. Di deket kampus STBA (RS. Advent)
2. Di depan Hotel Serela Cihampelas, seberangnya CiWalk
3. Di depan Hotel Promenade - Bank BJB

Kalau mau menyusuri jalur Skywalk secara lengkap, mulainya bisa dari tangga di dekat kampus STBA ini. Jalurnya nanti bakal menurun. Kalau naik tangganya dari Hotel Promenade, males naik tangga per terasnya. Ini saya aja sih :D Kan lebih enak turun daripada naik. 

Paling strategis sih naiknya dari tangga di depan Hotel Serela Cihampelas. Deket ke mana-mana, deket CiWalk, deket tempat parkir motor.

LIFT NAIK KE SKYWALK CIHAMPELAS DI MANA?

Cuma 1 lift, ada di depan Hotel Aston Tropicana & Hotel Fave Cihampelas. Kalau gak salah liftnya belum dipake. 

Lift ini kayaknya sih dipake buat yang udah sepuh (tua) dan temen-temen yang difable. Jadi kalau masih pada sehat kakinya, pada naik tangga aja gak usah naik ke Skywalk pake lift. IMO sih. 

BOLEH BAWA SEPEDA KE SKYWALK CIHAMPELAS?

Saya pernah lihat ada yang gotong sepedanya dan jalan-jalan bersepeda di Skywalk. Boleh dong berarti. 

JAJAN DI SKYWALK CIHAMPELAS

Bisa banget. Ada banyak kios di sana. Dari suvenir sampe makanan. PKL di sekitar CiWalk pada pindah ke Skywalk. Kalau kamu ada uang berlebih, jajan yak ke PKL-PKL ini. 




Menurut saya mah Pemkot udah mencoba ngasih solusi atas ribetnya kondisi sepotong Jalan Cihampelas ini dengan adanya Skywalk. Tugas kita sekarang sebagai warga dan turis buat ikutan menjadi bagian dari solusi dengan menggerakan perputaran uang di Skywalk. Kalau pada jajan kan PKL-PKL di Skywalk pasti seneng dan betah. 

Jangan lupa kalau jajan makanan ada sampahnya, buanglah di tempat sampah. Setahu saya mah ada banyak tempat sampah di sana. 

KALAU HUJAN GIMANA?

Ya kehujanan :D Rasanya gak ada tempat berteduh di sana. Kecuali pada bawa payung/raincoat sih. 

APA MENARIKNYA SKYWALK CIHAMPELAS INI SIH?

Serius pertanyaannya? :D 

Menarik sih. Abisnya mana lagi tempat umum di Bandung yang lucu begini. Lucu maksudnya mah tempatnya di atas melayang di atas jalan umum. Mana teduh lagi banyak pohon. Udah gitu gratisan pula wkwkwkwk. 

Skywalk bisa jadi tujuan rekreasi sih. Ya palingan jalan-jalan, jajan, duduk santai. Kalau lagi sepi bisa kali bawa buku dan baca di sini, tinggal cari pojokan yang rada tenang gitu suasananya. 

Anak saya sih seneng banget di Skywalk. Abis dari Skywalk terus masuk ke CiWalk dan kami main di Game Center :D Hahaha. Yah buat menyalurkan energi anak-anak, Skywalk ini cocok juga. Saya juga seneng ada tempat kayak gini di Bandung.

Emang gak seatraktif De Ranch, Dusun Bambu, Farmhouse dam sejenisnya. Tapi ada ruang publik yang kayak gini gimana gak seneng warganya atuh :D Saya sih seneng hehehe.

HOTEL SEKITAR SKYWALK CIHAMPELAS APA AJA?

Banyak! Pada dasarnya sih Cihampelas ini favorit turis kan, jadi berceceran lah hotel di sini. Tapi kalau mau cari hotel-hotel yang langsung bersinggungan dengan Skywalk Cihampelas, maka jawabannya?

1. Hotel Serela Cihampelas
2. Hotel Grand Batara
3. Hotel Puma
4. Hotel Fave Cihampelas
5. Hotel Aston Tropicana
6. Hotel Promenade

Hotel lainnya ada :
1. Hotel Sensa
2. Hotel De Batara
3. Grand Tjokro
4. Hotel Cihampelas 1, 2. dan 3
5. The Regia
6. Hotel Vio Cihampelas
7. Hotel Amaris Cihampelas
8. Dan masih ada beberapa lainnya. 

Ratenya beragam dari yang murah banget sampai kelas bintang 4 kayak Hotel Sensa. FYI, saya bisa bantu book hotel-hotel tersebut karena saya agen Agoda. Tinggal kontak saja kalau mau book hotelnya :D baca lebih lengkap tentang booking hotel ini di tulisan Booking Hotel di Bandung

Apalagi ya...euuuhh... 

Wifi di Skywalk? gak tau ada gak.
Colokan listrik di Skywalk? belum tau juga gak merhatiin.
Kalau bangku dan meja mah ada.
Gak ada playground buat anak-anak, gak ada ayunan, gak ada perosotan, dsb. 




Segitu dulu kali ya. Hehehe. Kalau pertanyaan kamu gak ada di sini, tinggal komen aja. Selamat jalan-jalan di SkyWalk Cihampelas ☺

Playlist #11 : Left Of The Middle

11 February 2017
Masih inget gak kaset yang pertama kamu beli? Pertanyaan ini khusus yang kamu yang lahir di tahun 80an ke atas. Saya mah kelahiran 85 sih. Apeeuu ga penting. Hahaha ☺ 

Kaset saya yang pertama adalah albumnya Natalie Imbruglia. Left Of The Middle judul albumnya. Cewek gokil dari Australia ini popularitasnya ketilep Alanis Morissete sih. Walau begitu saya mencintai keduanya. Album pertamanya Natalie ini menurut saya mah yang terbaik. Musiknya, apalagi liriknya. Kelas 1 SMP saya beli kasetnya dan saya bangga hahahaha. 

Dulu saya anak MTV banget ☺ MTV sekarang masih ada gak sih? 

Terus pas lagi nonton vlognya Jennifer Bachdim (i looovvvveeeee #TeamBachdim) tiba-tiba nongol perasaan: eh pengen denger lagunya Imbruglia lagi euy. Ternyata di Youtube ada dong heuheuheu. Dan begitu lah seminggu ini saya nyalain album Left Of The Middle terus. 

So playlist saya gak jauh-jauh dari lagu-lagunya Natalie. Digabung dengan lagu lainnya, begini playlistnya.




Nomor 10, harusnya Young Lex feat. Gamaliel ya. Tapi...anu...eeuuuu... ya gitu lah heuheu ☺

ps: Ralat no 2, harusnya Left Of The Middle. Heuheuheu.

Main ke Mupenas UPI, Museum Pendidikan Nasional

09 February 2017
Museum di Bandung bertambah jumlahnya dengan kehadiran Museum Pendidikan Nasional. Lokasinya ada di kompleks Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Cocok sih, museumnya tentang pendidikan, adanya di kampus pendidikan juga. 




Bagian ironisnya tentang museum ini ada pada saya sih. Saya kan lulusan kampus ini. Gedung jurusan saya ya gedung yang sekarang jadi museumnya. Gedung sebelumnya bernama Pentagon, karena bentuknya emang segi lima, kayak Pentagonnya Amerika ☺. Si Pentagon abal-abal ini dirubuhkan. Huks...semua kenangan saya selama kuliah lenyap sudah bentuk fisiknya. Lokasi di mana Pentagon ini dirubuhkan menjadi cikalnya Museum Pendidikan Nasional. 

Dan kenapa saya jadi curhat heuheuheuheu. 

Lama tertunda, mampirlah kami ke Mupenas di hari jumat penghujung Desember 2016. Kesan pertama: so-so lah. Not so good. Not so bad. Yang pasti mah tata letak koleksi barangnya membuat gak nyaman difoto. Juga benda yang ada teks-teksnya tuh menyulitkan dibaca karena silau akibat pantulan kaca. Gimana bisa? Ntar saya jelasin. 

Mupenas terdiri dari beberapa lantai. Benda koleksi yang dipajang tiap lantai disusun berdasarkan urutan sejarah. Lantai pertama tentang manusia pra-sejarah dan sejarah tulis-menulis. Di lantai yang saya lupa berapanya, terpampang sejarah pendidikan dari zaman kerajaan, kolonial Belanda, Jepang, sampai era kemerdekaan. 

Informasinya seputar pendidikan semua. Termasuk sejarah tentang Universitas Pendidikan Indonesia itu sendiri yang dahulu bernama IKIP. Menteri-menteri pendidikan sampai dengan display tingkat Sekolah Dasar - Sekolah Menengah Atas. Aslinya saya berasa di zaman orde baru waktu lihat display anak sekolahan ini hehehehe. 

Juga ada sedikit kisah tentang Soekarno yang pernah jadi guru di Bandung. Ada miniatur bangku dan meja sekolahan zaman dulu yang mengingatkan saya masa-masa saya sekolah di madrasah karena sama banget meja bangkunya. 

Ada juga patung-patung setengah badan tokoh pendidikan nasional. Menarik untuk difoto. Terlebih lagi sangat berisi untuk jadi bahan bacaan. 

Secara konten mah sangat menarik museum ini teh. Cuma sayangnya interiornya enggak banget. Tapi yang paling bikin aneh adalah gedungnya yang berdinding kaca-kaca jendela dan banyak ruang kosong di dinding. Teu puguh, kalau Indra bilang.

Dinding kaca-kaca itu memantulkan sinar matahari. Emang sih ruangannya jadi terang gak perlu nyalain lampu banyak-banyak. Tapi gak enak banget jadi silau pas baca-baca. Pas moto pun riweuh karena mau foto objeknya, tapi bayangan saya dan kaca-kaca itu ikut kepoto wkwkwkwk ☺

Museum kan seharusnya membuat kita fokus pada objeknya. Di museum ini mah enggak. Riweuh pisan arsitekturnya. Siapa arsiteknya ya? ☺

Ya sudahlah heuheuheu. Terlepas dari desain ruangnya yang menurut saya mengganggu kenyamanan membaca dan memotret, Mupenas ini boleh atuh dikunjungi. Kalo malas naik tangga, ada liftnya. Tapi seriusan kalau sehat walafiat mah naik tangga atuh. Ntar di lantai paling atas baru turun pake lift. 

Museum Pendidikan Nasional 
Jl. M Yamin - Universitas Pendidikan Indonesia di Jl. Setiabudi 229 Bandung

Jam buka Senin - Kamis: 09.00 - 15.00
Khusus Jumat : 09.00 - 15.30
Sabtu dan minggu : reservasi dulu, ada jumlah minimalnya. 
Website : Mupenas UPI

Sorry for the horrible pictures di bawah ini ya. Saya foto pake kamera hp. 
















Foto : Ulu, difoto dengan kamera smartphone Lenovo A6000
Teks : Ulu

Petunjuk Arah Menumpang Angkot ke Lembang

07 February 2017
Saya buat tulisan khusus cara ke Lembang nih. Abis banyak yang nanya. Maksud tulisan ini mah, kalau ada yang nanya tinggal saya kasih linknya. Terus orangnya baca sendiri ☺

Here goes!


Dari Stasiun Kereta Api Bandung: 

  1. Keluar di pintu utama (pintu utara yang menghadap ke Jalan Kebon Kawung). 
  2. Cari angkot warna krem jurusan St. Hall - Lembang.
  3. Jangan langsung naik angkotnya, tanya dulu ke sopirnya: angkot langsung ke Lembang gak? Soalnya jalur tersebut dipake juga angkot yang sama untuk ke Pasar Baru dulu, bukan langsung ke Lembang.
  4. Angkot ini bakal bawa kamu langsung ke Lembang. 
  5. Ongkos Rp10.000.
  6. Di Lembang nanti turunnya di mana? Tergantung tujuan kamu di mana? 
  • Ke Gunung Tangkubanparahu, turun di dekat Pom Bensin Lembang setelah Alun-alun. 
  • Ke De Ranch, turun di Jalan Maribaya. Bilang ke Pak Sopir Angkot, pengen ke De Ranch, minta diturunin di Jalan Maribaya. 
  • Ke The Lodge Maribaya, idem kayak ke De Ranch
  • Ke Floating Market, bilang ke Sopir Angkot turunin di Floating Market. Nanti kamu diturunin di depan jalan masuk menuju Floating Market.

Baca juga: Transportasi Umum dari Stasiun Kiaracondong ke Lembang

Dari Terminal Leuwipanjang:

  1. Sampai di Terminal Leuwipanjang, cari jalur Bis Kota (DAMRI) jurusan Leuwipanjang - Ledeng.
  2. Naik bisnya, duduk santai. Inget ya kalau ada ibu-ibu hamil dan manula, kasihin kursi yang kamu dudukin buat mereka. 
  3. Turun di Terminal Ledeng. Pindah angkot. Naik angkot warna krem jurusan ke Lembang. 
  4. Di Lembang turunnya di mana? Cek poin di atas itu ya udah saya jelasin ☺

Baca juga: Cari Uang untuk Traveling

Dari Bandara Husein Sastranegara:

  1. Keluar dulu dari bandara. Bisa jalan kaki (rada jauh), bisa juga naik Ojeg, bisa juga naik taksi. Mau menumpang transportasi taksi dan ojeg online? Nanti saya bahas di bawah ya. 
  2. Keluar bandara, ketemu Jalan Pajajaran
  3. Naik angkot yang ke arah Jalan Pasir Kaliki. Pasti semua angkot yang lewat Jalan Pajajaran ini menuju ke Pasir Kaliki sih.
  4. Turun di Pasir Kaliki (landmark: perempatan jalan, ada mall di sebelah kiri jalan).
  5. Pindah angkot naik angkot jurusan St. Hall - Lembang.
  6. Udah deh tinggal tunggu sampai di Lembang.

Jika kamu merasa naik angkot ini ruwet, sudahlah pesan saja taksi online hehehehehe ☺ 

Transportasi di Bandung : Do's and Don'ts (A Travel Guide)

06 February 2017
Tulisan ini saya buat berdasarkan jumlah pertanyaan di DM Instagram @bandungdiary. Terus terang kerasa juga capeknya juga jawab pertanyaan sama berulang-ulang : di Bandung transportasinya apa ya, Teh? Dari stasiun mau ke Lembang naik apa ya, Teh? Ongkos angkotnya berapa, Teh? Ada Grab gak? Ada Uber gak? Uber mau gak ngangkut saya ke Lembang?

EEEAAAAAAAAAAA!

Gimana rasanya jadi Raisa ya nyanyiin lagu yang sama terus-terusan tiap konser. Duta, Ariel, Taylor Swift, Adele... oh i feel you, guys *preeet 😂*




Baiklah mari simak tulisan saya yang ini. Tulisan ini berlaku kalau kamu menggunakan kendaraan umum ya. Di Bandung saya masih rajin menumpang transportasi umumnya. Jadi tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman sendiri.

ANGKOT

Kendaraan sejuta umat di Bandung nih sebelum (kredit) motor menguasai jalanan. Huehehehehe.

Angkot di Bandung ada banyak jurusannya. Warnanya juga macam-macam. Ada hijau, biru, merah jambu, kuning, dan merah. Beda jurusan, beda warnanya. Dan lagi di sini meski angkot ada nomor jurusannya, tapi kami gak kenal nomornya hahaha. Kami cuma tahu warnanya dan judul jurusan si angkot di bagian depan dan belakang kaca mobilnya. 

Misalnya Cicaheum - Ledeng, warnanya hitam hijau. 
Kalapa - Ledeng, hijau - biru.

Angkot-angkot di Bandung berangkat dari banyak terminal yang tersebar di titik-titik tertentu:
Terminal Ledeng di utara. 
Terminal Cicaheum di timur.
Terminal Kebon Kalapa di selatan.
Kalau di Barat saya gak tahu terminal apa. Terminal Cimahi kali ya. 

Di antara terminal itu ada terminal-terminal kecil. Di Tegalega, Setrasari, Dipati Ukur, Stasiun Hall/Bandung, dan lain-lain. 

Do's
  1. Perhatiin warna angkotnya. Orang Bandung nih kalau ditanya perangkotan, mereka bakal jawab warna si angkot dan ada di mana angkotnya. 
  2. Perhatiin judul jurusan angkotnya. Pasti ada di kaca depan bagian atas. 
  3. Siapkan uang receh untuk bayar angkot. Mutlak banget nih hukumnya karena jika uangnya kegedean, uang kembaliannya suka kurang deh. Kesel saya mah yang kayak gini teh. 
  4. Apakah di Bandung ada copet di dalam angkot? Ada. Oleh karenanya waspadalah! waspadalah!
Dont's
  1. Kalau mau nanya arah jalan mendingan ke sesama penumpang aja. Nanya petunjuk arah ke sopir angkot mah jadiin langkah terakhir aja kalau gak ada orang lain di dalam angkotnya. 
  2. Sopir mah mengikuti kelakuan penumpang. So kamu jangan naik angkot pas di pengkolan jalan atau pas lampu merah lagi ijo. Ya dipikirin lah kira-kira di mana posisi naik dan turun angkot yang ganggu-ganggu amat pengguna jalan lainnya. 


BIS KOTA

Bis kota nih angkutan favorit saya banget. Ukurannya gede (yaiyalah bis namanya juga). Dan karena gede dan tinggi, kalau duduk di dalam bisa bisa lihat pemandangan kota lebih tinggi dari biasanya.

Bis kota di Bandung biasa kami sebut DAMRI. Sering sih cuma nyebut 'beus' aja.

Ongkosnya flat dan udah jelas dari awal. Gak kayak naik angkot yang ongkosnya mengira-ngira. Menumpang bis sekarang nyaman karena gak ada lagi asap rokok. Rokok beneran dilarang di dalam bis! Horeeee.

Bis kota yang sekarang ini juga nyaman banget. Palingan kursinya aja yang jumlahnya dikit. Saya gak masalah sih berdiri di dalam bis seru-seru aja.

Posisi duduk favorit di bangku paling belakang karena...posisinya tinggi banget. Lebih tinggi dari kursi lain di dalam bis. Lihat pemandangan ke jalan lebih leluasa, bisa ngintip rumah-rumah yang ketutup pagar tinggi. Huehehehe.

Di dalam bis kadang ada kondektur, kadang gak ada. Kalau ada kondektur, ongkosnya nanti ditagih sama dia. Kalau gak ada, kamu kasih ongkos ke sopirnya pas mau turun.

Do's:
  1. Bersiap turun sebelum titik yang kita tuju. Kalau kamu udah tahu mau ke mana tapi gak tahu mesti turun di mana, tanya penumpang lain ya. Pasti dibantuin.  
  2. Gak mesti siapin uang receh sih, biasanya kondektur punya banyak uang kembalian. Tapi ya usahain lah bayar uang pas. 
Dont's:
  1. Jangan merokok di dalam bis.
  2. Pantang duduk di kursi prioritas kecuali semua kursi dalam bis sudah diduduki.
  3. Begitu masuk ke dalam bis dan nampaknya kursi udah pada penuh, masuk aja terus ke dalam, Jangan berdiri di dekat sopir lah karena menghalangi orang masuk dan keluar.
  4. Jika kedua kaki kamu sehat dan tubuh masih kuat, jangan pura-pura gak lihat ada manula dan ibu hamil yang naik bis. Begitu mereka masuk dan kamu tahu semua kursi udah penuh, segera bangkit dari kursi kamu dan persilakan mereka duduk. Kecuali kamu tertidur (jangan pura-pura merem lho awas lho 😎)


TAKSI

Taksi di Bandung ada banyak armadanya. Kalau saya sih selalu menggunakan Taksi Blue Bird dan Taksi GR.
  1. Selalu pilih taksi yang ada argonya. Taksi tanpa argo sering bohong, awalnya udah sepakat 50.000, misalnya. Nanti di tengah jalan dia minta nambah. Nyebelin lah.
  2. Di beberapa tempat, taksi nonargo merajai kawasannya bagai preman. Taksi dgn argo sering gak boleh masuk ke kawasan tertentu. Gak ngerti deh kok pihak berwenang diem aja ngelihat peraturan ala preman begini. Jadi kalau kamu pesen taksi dengan argo dan sopir taksinya minta kamu berjalan lebih jauh biar gak kelihatan sopir taksi nonargo, ya nurutlah. Kasian sopir dengan argonya. Heuheuheu...
  3. Siapin uang receh. Sopir taksi mah gak punya uang kembalian hehehe.
  4. Tanya sopirnya ya, tahu jalan enggak. Kalau enggak, kamu cek arah jalan pake google map juga biar gak nyasar.

ARMADA BERBASIS APLIKASI

Kendaraan umum berbasis aplikasi udah lengkap di Bandung. Sama kayak Jakarta lah. Ada Uber, Grab, dan Gojek. Gak cuma armada motornya, mobilnya juga ada. Terus dari semua itu murahan yang mana? Rekomendasinya yang mana?
  1. Kalau jarak jauh dan pengen naik mobil, saya selalu pilih Grab. Karena kalau hujan dan macet, tarifnya sama aja. Armadanya juga banyak. 
  2. Biasanya tarif Grab dan Gojek lebih murah dari Uber. Kalau ojek online, saya sering banget pake Grab. Taksi juga sama aja, Grab favorit!
  3. Selebihnya sih sama aja. Toh kebanyakan sopir Grab ya sopir Uber dan Gojek juga 😀
Terus timbul pertanyaan: mereka mau angkut ke Lembang gak? MAUUUUUU! Dengan catatan bukan akhir minggu. Kalau Sabtu dan Minggu mah agak susah saking macetnya, mereka juga males ngangkutnya. Ya ada sih yang mau mah, coba aja dulu order taksi/ojeg onlinenya.

Terus dari semua itu: angkot/bis kota, taksi, taksi online/ojeg online, murahan mana? Tergantung kamu berangkat dari mana, tujuan ke mana? Kalau jarak jauh, murahan naik angkot. Tapi jauh dekat terkadang relatif sih ya.

Dirinci aja mau pergi ke mana. Kalau cuma butuh 1 kali naik angkot, murahan angkot. Resikonya ya ngetem lah, nyetirnya gak membuat kita nyaman lah, rutenya juga rute umum.

Tapi kalau tujuan kamu membuat kamu harus naik angkot beberapa kali, mending pilih taksi online/ojeg online aja.

Segini dulu penjelasan tentang transportasi umumnya, cukup gak? 😄
Kalau mau nanya, drop komen aja. Mau nambahin informasinya juga boleh banget.

FYI, gak buang sampah di dalam angkot/bis ya. Kantongin aja dulu sampahnya baru buang ke tempat sampah, bukan buka jendela terus buang sampah ke jalan 😂

Selamat jalan-jalan di Bandung menumpang kendaraan umum!


Taman Sejarah Bandung di Balaikota, Ordinary But New

05 February 2017
Terbaru lagi di Bandung. Taman Sejarah Kota Bandung. Taman ini buat anak-anak seru nih, bisa main air di kolam air (renang) sederhana. Orang dewasa bisa baca-baca sejarah Bandung, tepatnya mah profil pendek bekas bupati dan walikota Bandung zaman dahulu. 

Lahan yang jadi Taman Sejarah ini dulunya tempat parkir. Gak dulu banget sih, ya beberapa bulan lalu mah masih tempat parkir mobil. Saya pernah parkir beberapa kali di sini. Gak nyangka dalam waktu pendek wajah tempatnya sudah berubah. Wow...




Sebenernya kalo diperhatiin ini taman biasa aja sih. Bukan taman penuh bunga. Ya semacam biasa tapi baru buat warga Bandung mah. Termasuk saya. Istimewa banget ya menurut saya gak juga. Biasa aja. RK ini emang paling bisa memberi perspektif baru dalam menikmati kota. Walau sayangnya baru di sekitaran Bandung Utara aja sih perubahan fisiknya. 

Kalau melihat taman ini dari jauh kita bisa baca teks terpasang di dinding bertuliskan: SEJARAH BANDUNG DI ERA WIRANATAKUSUMAH. 

FYI, Wiranatakusumah adalah mantan bupati Bandung. Wiranatakusumah II adalah sosok dibalik kepindahan pusat kota Bandung dari daerah Dayeuh Kolot (di Bandung Selatan, tepi sungai Citarum) ke kawasan Cikapundung (Asia Afrika, Alun-alun). 

Ada juga panel-panel profil walikota dan bupati Bandung dari zaman Hindia Belanda sampai dengan RK sekarang. Ketika saya pikir RK gak akan senarsis itu pasang panel profilnya, panel profil beliau paling banyak. Ada 3 panelnya. Hehehe ☺

Kalau diperhatiin, gaya pejabat memberi tanda 'SAYA PERNAH MIMPIN' bisa kelihatan dari banner-banner, baligo, patung, dan aneka tulisan kayak 'sumbangan walikota/guberner periode blablabla', sampai dengan gedung-gedung publik dan pemerintahan. Nah kalau RK mah kalau diamatin jarang kayak gitu. Legacy RK banyak dan bentuknya kelihatan banget hampir gak ada yang dipasang papan pengumuman ditulis 'dibuat di era kepemimpinan RK'. Hehehehe. 

Tapi yang satu ini nih, di Taman Sejarah ini agak beda. Karena panel profilnya RK ada tiga! ☺ Gak apa-apa sih. Cuma gak nyangka aja hehehe. 

Jadi sekarang di kompleks Balaikota ini banyak bener tamannya. Ada Taman Sejarah, Taman Dewi Sartika, Taman Balaikota itu sendiri, Taman Labirin...wow... Nambah lagi tempat jalan-jalan (gratis) di Bandung nih. Gak usah ke Farmhouse dulu, ke Lembang juga tunda dulu, ke Kawah Putih nanti aja hahaha. Ke Balaikota aja gih. Banyak tamannya. 

Mau janjian juga enak sekarang mah banyak taman, gak usah di mall terus (kecuali hujan hehehe). 

Btw, kalau datang ke Taman Sejarah dengan anak-anak bawa pakaian salin ya. Siapa tahu mau main air karena ada kolam yang disediakan untuk main air. Airnya ya kotor sih hehehehe. Sesekali main kotor gak apa-apa lah. Cuma tolong ini orang tuanya awasin anaknya, karena pas saya ke sana dan duduk di dekat kolam, tahu-tahu ada anak kecil 2 perempuan jongkok di depan saya dan...pipis! What the heck! 

Ini kan tempat umum. Cik atuh lah sekalian ajarin anak-anak bagaimana sebaiknya berperilaku di tempat umum. Di antaranya ya gak pipis sembarangan. Heuheuheu... Juga tolong lah itu cowok-cowok (dan cewek) yang merokok, tahan dulu lah jangan merokok di sini. Banyak anak-anak, tempat umum pula masa pada ngerokok sih. 

Lama-lama kalau diperhatiin mah laju perkembangan yang RK terapkan untuk kota ini kadang gak selaras dengan kelakuan warganya. Gak semua kelakuan warganya buruk, tapi banyak juga yang nyebelin heuheuheu....

Cara ke Taman Sejarah Bandung:

1. Lokasinya di Jalan Aceh, persis di belakang kantornya RK (Balaikota). 

2. Pada tahu mall namanya BIP kan? Nah deket-deket BIP kok lokasinya, pas di perempatan Jalan Merdeka - Jalan Aceh. 

3. Cek di googlemap, cari lokasi Balaikota Bandung sih gampangnya mah. 

4. Angkot yang lewat di depan tamannya:
Via Jalan Aceh: 
Kalapa - Ledeng (arah Kalapa)
Antapani - Ciroyom
St Hall - Gedebage

Via Jalan Merdeka:
Kalapa - Dago
St Hall - Dago
Leuwipanjang - Dago
Kalapa - Ledeng (arah Ledeng)

Via Jalan Wastukencana, berhenti di depan Masjid Al-Ukhuwah/Masjid Balaikota : 
Cisitu - Tegalega
Sederhana - Sukajadi

5. Naik Grab/Uber/Gojek kalau naik angkot bikin bingung mah

6. Parkirnya bisa di dalam Balaikota, pintu masuk ada di Jalan Merdeka









Foto : Ulu, difoto dengan kamera hape Lenovo A6000
Teks : Ulu

Berkunjung ke Situs Batulonceng yang Sunyi di Lembang

03 February 2017
Gak ada niat kembali mengunjungi Situs Batulonceng untuk kedua kalinya. Tapi takdir mana tahu ya. Ternyata saya balik lagi ke sini. Bila tahun 2009 saya datang ke sini di musim kemarau, tahun ini bertemu lagi dengan Batulonceng di musim hujan, tepatnya mah sehari setelah Imlek (29/1/2017).  Tujuan mengikuti kegiatan komunitas Lembang Heritage ini mau jalan-jalan saja, ajak Nabilkubil hiking walau sebentar.




Sehari setelah Imlek, musim hujan baru benar-benar terasa di Bandung. Dingin dan berangin. Mau berangkat saja tertunda-tunda karena hujan. Padahal niatnya mau berangkat jauh lebih pagi. Mau makan sate kelinci di Tahu Tauhid dan yang paling penting mah gak mau kena macet akhir-minggu-Lembang. Tapi lagi-lagi takdir mana tahu ya. Berangkat dari rumah terlalu siang, kena macet di dekat Farmhouse dan masih hujan. 

Sampai juga di Tahu Tauhid dengan perasaan was-was takut ditinggal. Tahu Tauhid adalah lokasi peserta jelajah berkumpul sebelum berangkat ke Kampung Batulonceng, 15 km dari pusat kota Lembang. Patungan uang dan sewa dua angkot, kami berangkat ke Batuloceng. Kondisi jalannya buruk. Sebentar aspal, sebentar tanah. Di Maribaya jalannya berbatu-batu. Masuk ke Cibodas, sudah saja jalannya tanah semua. Ya menurut saya sih buruk untuk jalan sekelas Lembang ya jadi idola pariwisata yang kesohor. 

Berkelok-kelok jalannya, sampai di pertigaan kampung. Khas pisan lah pemandangannya. Kebayang kayaknya dulu pertigaan jalan Setiabudi-Cipaganti teh dulu begini ☺ Ada perbukitan, perkebunan, jembatan kecil, dan warung. Sudah terlihat Kampung Batuloncengnya. Kami berada di Patahan Lembang.

Gak ada angkutan umum di sini selain Ojeg. Angkot dari Lembang berhenti di Terminal Cibodas. Jauh lah, kalau minimarket pertanda peradaban modern di zaman sekarang, nah di sini mah gak ada minimarket. 

Berjalan kaki menuju Kampung Batulonceng Desa Suntenjaya, udaranya dingin sekali. Sudah lama tidak mengalami kedinginan macam ini di Bandung. Gak bawa jaket, gerimis turun. Kabut merayap di pucuk-pucuk perbukitan. Seandainya Bandung tiap hari cuacanya begini, saya mungkin bakal 30 kg lebih berat dan asma Indra kambuh tiap hari ☺ 

Bau kotoran sapi dan kuda menyeruak. Amboi sedapnya, tapi mual kalau lama-lama menciumnya. Saya ingin jalan bergegas, tapi membawa anak kecil jalan-jalan begini memang membuat kaki serasa dirantai. wkwkwkwk ☺ 

Berjalan di Kampung Batulonceng, melewati rumah-rumah kayu dan beton. Dahulu ke sini, rasanya rumah kayu semua. Sekarang ada yang rumah tembok, apa mereka tahu mereka berada tepat di jantung Patahan Lembang ya? Patahan ini kan kapan saja bisa terguncang gempa skala besar. Euuhh melihat rumah tembok dan membayangkan gempa saya sudah merinding. Gak ada papan petunjuk evakuasi di sini. Gak ada peringatan tentang bahaya gempa. 

Dari Kampung Batulonceng perjalanan ke situsnya memakan waktu 30 menit saja. Atau lebih sedikit. Jaraknya hanya 1 km saja, begitu kata Pak Maman. Jalan setapaknya basah dan licin. Susah juga jalan nanjak dan tiap waktu bisa terpeleset jatuh. Jarak sependek satu kilometer saja terasa bagai dua kali lipatnya. 

Ada sekitar 20 orang lebih berjalan kaki bersama-sama. Mereka jalan kakinya seperti mudah saja, enteng seperti melayang. Pada perjalanan pergi dan pulang dari Situs Batulonceng, saya dan Indra terseok-seok paling belakang bersama Malia, koordinatornya Lembang Heritage. Saya jatuh. Indra jatuh. Malia juga jatuh hahahaha. Memang senang menertawakan orang jatuh, tapi diri sendiri yang jatuh ya sakitnya gak enak banget. 

Situs Batulonceng sama kondisinya dengan kebanyakan situs yang saya datangi dan letaknya di dalam hutan. Semacam tempat-tempat yang mencerminkan budaya sakral yang kita anut. Ada keteduhan, ada kesepian, ada energi yang aneh gitu. Mistis dan misterius. Mirip Hutan Larangan. Banyak pohonnya, ada dua atau tiga pohon raksasa, dan ada makamnya.

Pohon paling besar namanya Kalimlorot, begitu kata Pak Maman. Pohon Saninten nama umumnya mah. Buahnya sama kayak Rambutan tapi jangan dipegang dengan tangan kosong, alamak itu rambut di buahnya tajam seperti duri. Jangan langsung digigit juga ntar sakit berdarah euy kitanya. Harus langsung dibelah sama pisau atau golok sih. Itu kan buah kesukaan monyet, monyet makannya gimana ya, mereka belah buahnya pake batu kali ya?

Kembali ke Situs Batulonceng.

Batulonceng itu bentuknya seperti lonceng. Bisa gitu bentuknya bisa jadi karena bekas bom waktu penjajahan Belanda. Begitu Pak T. Bachtiar (geograf, penulis buku Bandung Purba) bilang. Kalau diperhatiin batunya seperti patung anak kecil setengah badan tanpa kepala. Kecil kok ukurannya, tapi kalau diangkat beeeuhhhh berat luar biasa edan parah beratnya! 

Ada lagi batu lainnya. Batu Kujang namanya. Bentuknya mirip keris kujang, ukurannya lebih tinggi. Berat enggaknya mah saya gak tahu karena gak nyobain angkat batunya karena bentuk dan posisinya kayak gak mungkin diangkat gituh. 

Kedua batu ini dikeramatkan. Bila dulu hanya Batulonceng yang terlindung dalam sebuah pondok, sekarang mah ada pondokan baru, lokasi di mana Batu Kujang berada. Baru lima tahun sih rumah untuk Batu Kujang ini dibuat. Kata Pak Maman mah maksud pondokannya biar yang datang untuk berdoa di sini gak kehujanan. Tapi menurut saya mah sayang juga sih, karena dulu waktu ke sini, area sekitar Batu Kujang ini tempat cahaya matahari masuk. Batulonceng yang dulu saya datangi jauh lebih terang dan segar. Dari titik Batu Kujang ini berdiri, kita bisa lihat pemandangan ke arah perbukitan lainnya. 

Batulonceng dan Batu Kujang banyak mitosnya. Kalau secara ilmu pengetahuan yang saya tahu dari uraian T. Bachtiar (geograf, penulis buku Bandung Purba), Batu Kujang itu menhir. Batu pemujaan manusia purba, asalnya dari zaman megalitikum. 

Setiap puncak bukit, menurut Pak Bachtiar, ada peninggalan megalitikumnya. Dari lokasi Situs Batulonceng berada kalau ditelusuri sampai ke Bukit Tunggul, ada peninggalan megalitikum juga di sana dengan skala yang lebih banyak dan lebih luas.

Kembali ke jalan utama, saya melewati jalan yang berbeda. Ada lebih banyak pohon kopi di sini. Jenisnya arabika. Di sekitar daerah Cibodas-Lembang ini emang banyak perkebunan kopi. Di akhir perjalanan kami diajak makan siang dan beristirahat di Kafe Arjuna, warung kopi sekaligus produsen kopi.

Pertahunnya produksi kopi Kopi Arjuna mencapai 60 ton. Selain punya kebun kopi sendiri, pemiliknya juga bekerja sama dengan banyak petani kopi. Salah satu suplier kedai kopi terkemuka merek st*rb*ck ini memenangkan penghargaan juara favorit ke dua di ajang West Java Cofee Festival 2016. Kalau kamu sedang berada di Lembang dan ingin merasakan kopi yang rasanya orisinil, nah ke Kopi Arjuna aja. Tinggal googling, alamatnya ada, petunjuk arahnya ada. Tempatnya mah biasa aja, tapi tempat kayak gini biasanya juara kalau soal rasa. Nu resep kopi geura angkat kaditu ☺

Dipikir-pikir kenapa ya Lembang ini. Banyak wahana wisata rekreasi yang sifatnya senang-senang dan heboh, semuanya disukai turis. Ngehits banget lah pokoknya. Tapi kalau melihat Lembang lebih dekat ada Situs Batulonceng yang sunyi, ada perkebunan kopi, dan ada kualitas kopi di secangkir Kopi Arjuna. Diintegrasi itu semuanya bisa jadi paket wisata yang lebih 'kalem' dan berisi. Kalau datang ke De Ranch dan Farmhouse dianggap rekreasi melepas penat, ikutan jalan-jalan model begini buat saya jauh lebih rekreatif.

Kalau mau baca perjalanan saya lainnya bersama Lembang Heritage , tinggal klik di sini ya. 













Pintu masuk Situs Batulonceng
Rumah Batulonceng


Kuncen Situs Batulonceng, Pak Maman. Di sebelahnya adalah Pohon Saninten

Pohon Kopi Arabika 






Teks : Ulu
Foto : Indra, Ulu. Difoto dgn Lenovo A6000, edit dgn VSCO