Social Media

Image Slider

Semua Penumpang Bilang Makasih Ke Pak Sopir Teman Bus!

22 February 2023

Bayangin kamu naik bis dari pintu depan. Tujuanmu sudah dekat, kamu akan berjalan menghampiri pintu belakang. Saat di halte tujuan, si pintu terbuka otomatis. Tidak ada kondektur, sopirnya buka pintu dengan memencet tombol tanpa ia meninggalkan bangku kemudi.


Ada sekitar 16 kursi di antara kamu dan sopir bis. Dengan demikian kamu harus teriak saat mengucapkan makasih. 


Teman Bus Baleendah


Di dalam bisnya Teman Bus ini kuperhatikan penumpangnya secara teratur mengucapkan makasih saat turun dari bis. Ya udah pasti pada teriaklah supaya terdengar Pak Sopir. 


Awalnya saya pikir itu kebiasaan satu-dua orang saja. Lama-lama kuperhatikan semua penumpang yang turun dari bis Teman Bus pasti mengucapkan terima kasih pada sopir. 


Karena keluar bisnya melalui pintu belakang, para penumpang harus setengah teriak “Makasih, Pak!”. Kupikir, wah aneh juga ya mau pada repot-repot bilang makasih. 


Kamu juga merasa ada yang aneh gak? Sebentar, kita tinggalin dulu diskusi ilmu kesopanan tentang mengucapkan makasih. Ini hal yang menurut saya berbeda.


Memang pernah kamu mau repot-repot bilang makasih saat turun dari bis via pintu belakang? Saya enggak. Kecuali saya penumpang terakhirnya dalam angkutan bis. Kecuali di bisnya Teman Bus. 


Saat turun dari angkot saya gak mengucapkan makasih kecuali si sopir menyetir dengan baik dan terasa menenangkan buat saya. Namun kebanyakan waktu sih enggak, jadi saat turun dari angkot saya beri ongkos dan berlalu aja. 


Naik elp? apalagi, jarang banget bilang makasih.

Beda cerita bila saya menumpang becak, ojek dan taksi online. Saya mengucapkan makasih selalu. Kenapa ya bisa berbeda perlakuan saya terhadap sopir-sopir transportasi umum itu? Hahahaha malah bingung sendiri.


Entah siapa yang mulai, semua penumpang yang turun dari @teman_bus yang saya naiki pasti sebelum turun dari bis selalu bilang kepada Pak Sopir berbunyi:
Makasih, Pak!
Nuhun, Pak!
Nuhuuuuuun!

Saya sendiri melakukan hal yang sama, semata-mata karena orang lain juga begitu. Orang lain pada ngucapin ya udah atuh saya ikutan juga.

Ada sopir bis yang menjawab pendek 'yoooow'
Ada juga sopir yang jawab 'sami-sami!'
Paling seneng kuperhatiin ada sopir yang menjawab agak panjang, seperti 'muhun sami-sami, hati-hati turunnya' 

 

teman bus bandung


Beberapa bulan saat Teman Bus beroperasi pertama kali, ongkosnya gratis. Apakah karena itu warga secara ikhlas pada bilang makasih? karena gratis?

Lantas sekarang bisnya sudah berbayar Rp4.900. Kebiasaan mengucap makasih pada pak sopir Teman Bus masih berlangsung. Begitupun saya.

Saya harus masukin fenomena budaya ini dalam #bandungforbeginners. Iya tahu tentang ilmu sopan santun, tapi menurut saya ini hal yang agak berbeda. 


Lega juga sih lihat pemandangan anak-anak, remaja sekolahan, mahasiswi, dewasa tua, sampai ibu-ibu dan manula semuanya bilang makasih. Lega karena uh wow dunia gak seinvidualistis dan gak se-ignorance yang kita kira, tepatnya saya kira.

Apa Itu Sampeu Wedang dan Bagaimana Cara Mengeja 'Peupeuleukeuk"

19 February 2023

Buku ini menghibur sekali. Saya seneng banget bacanya dan udah kuulang-ulang dua kali baca. Kubeli Toko Lawang Buku. Ngala Jangkrik adalah kumpulan cerpen, cerita anak-anak, berbahasa sunda. Ditulis oleh Holisoh M.E. Terbit tahun 2015 dan berisi 77 halaman. 

 

resensi buku Ngala Jangkrik


Ada cerita tentang Anis yang berjualan gorengan di sekolah dan profit dagangnya dipake buat bayar SPP. Anis juga pinter sehingga oleh gurunya dipilih membacakan pidato pembuka di acara sekolahan.

Ada juga cerita Si Ujang yang mikat manuk dgn teman-temannya. Terus  mereka kokojayan di walungan. Besoknya pada ngarit jukut dan bablas sampe magrib keasikan ngala  jangkrik.

Ujang pulang ke rumah dan dimarahi ibunya lantaran embe-embenya berisik kelaparan. Terus jangkrik dan kandangnya dibuang dong sama ibunya. Meni watir Ujang! Saya tertawa sekaligus kasihan banget sama si Ujang.

Asli sih terhibur betul bacanya. Terasa ada sensasi healing selama dan sesudah baca buku ini, pasti karena ceritanya juga karena bahasanya.

Bahasa sunda itu lucu. Kosakatanya berulang-ulang dan menggelikan saat dibaca, didengar, apalagi diucapkan. Disclaimer: saya gak sedang menertawakan bahasa sunda dalam konteks menghina, tapi saya sedang memuji. Bagian tersulit adalah saat mengeja vokal EU.

Contohnya nih:
digulah-galeh
eureuleu teurab
cuh-cih
olo-olo
jul-jol
eundeuk-eundeukan
ngayekyek
balaham-belahem
peupeuleukeuk
guk-gek
dan masih banyak lagi kosakata lucu-lucu di buku ini. 

 

Mengucap vokal EU dalam bahasa sunda bukanlah hal yang sulit, kalau kamu orang sunda. Haha. Sekarang saya banyak orang nonsunda mengucap 'riweh' yang dalam bahasa orisinilnya berbunyi 'riweuh'. 

 

Bayangkan satu vokal EU dalam satu kata aja kita sering salah mengucap, apalagi yang jamak seperti dalam kata 'peupeuleukeuk'. Keriting bibirnya hahah. 

 

buku ngala jangkrik


Kalo ada hal menarik dari cerita keluarganya Anis dan Ujang, maka itu adalah sampeu. Alias singkong.

Nasi, singkong, dan umbi-umbian adalah makanan sehari-hari keluarga Anis. Begitu juga teman-temannya. Dalam buku ini ada banyak makanan camilan ala orang sunda. Paling menarik kutemukan dalam episode Ngala Jangkrik, di mana ibunya Ujang membekalinya sampeu wedang.

Ada juga seupan sampeu yang dimakan dengan gula kawung di cerita Mikat. Baru tau saya ada sampeu begitu.

Kalo seupan sampeu dan gula kawung bisalah saya bikin sendiri. Tinggal kukus singkong. Gula kawung tinggal beli. Tapi sampeu wedang gimana ya? Gimana cara bikinnya atau di mana bisa beli di Bandung?

Ngala Jangkrik betul-betul buku cerita berbahasa sunda yang menyenangkan dibaca! Saya sangat menyukainya!

Lima Ribu Langkah Kaki Dari Cibadak ke Cihapit

18 February 2023

Cibadak ke Cihapit jarak tempuhnya lima ribu langkah. Itu terjadi bila berjalan kakinya dikombinasi dengan menumpang becak, naik bis, dan pesan taksi online. Itulah yang kami berdua lakukan, saya dan adikku. Kami sarapan bareng dan memutuskan jalan kaki dari Gang Selera di Cibadak sampai Konklusi di Cihapit.

 

Jalan Sudirman Bandung


Sewaktu sampai di sekitar mall BEC kami menyerah dan minta bantuan grabcar. Padahal ke Cihapit tinggal beberapa kilometer saja. Begitulah kondisi kaki-kaki warga perkotaan kayak kami yang memble sememble fasilitas pedestriannya hahaha salahin terus pemerintah. Okeoke enggak maap.  

Kami berjalan kaki, memotret, dan merekam video. Di Jalan Sudirman kami duduk santai dan jajan molen gak sengaja. Jalan Sudirman di dekat Asia Afrika trotoarnya lumayan nyaman buat duduk-duduk. Lagi-lagi ini infrastruktur peninggalan walikota Ridwan Kamil. Sekacau-kacaunya dia hari ini, waktu jadi walikota ada juga gunanya.

 



Ceritanya acara berjalan kaki ini tuh dalam rangka merayakan waktu luang si adik yang baru resign. Sebagai pekerja keras dia bekerja di dua kantor. Padahal pemasukan dari satu kantor aja udah gede buat itungan warga Bandung.

Biasanya ngajak dia sarapan bareng susahnya bukan main. Orangnya sibuk banget ngurusin deadline. Ke mana-mana nenteng laptop. Begitu juga waktu kami jalan sampai Cihapit. Laptopnya dibawa teroooos! Kerjanya 24/7. Work life balance itu fana karena hanya jargon di media sosial. Dalam dunia nyata kita terseok-seok dilindas pekerjaan yang gak ada ujungnya sejak bangun tidur hingga mau tidur. Kamu juga ataukah kami saja yang mengalaminya? 


Sekarang kantornya satu. "Gimana rasanya, nis?" kutanya.

Enak, katanya. Bisa jogging, bisa sarapan di luar. "Tapi uang berkurang banyak sih," jawabnya dengan wajah agak suram. Kusodorin risoles Gang Selera ke mulutnya, wajahnya segar lagi. Ia melanjutkan “udah daftar bootcamp, ntar malem mulai kelasnya.” Kulelebkan sesendok Nasi Mandhi ala Gang Selera kepadanya, mukanya senyum kembali. Hidup emang gak ada ujungnya kalo uang melulu yang dicari, tapi kita semua membutuhkannya, butuh uang.

Sarapan di Gang Selera dan makan siang di Konklusi, keduanya pilihan tepat buat kami. Kupikir makanan enak memanglah salah satu pereda stres. Sesudah makan kita siap kembali meneruskan perjuangan-perjuangan yang sama. Betul begitu kan? 


konklusi di pasar cihapit

Lawang Buku yang Bangkit Kembali di Jalan Garut No. 2 - Bandung

14 February 2023

Kebanyakan toko buku alternatif di Bandung berdagang online. Termasuk Lawang Buku. Tahun 2016 toko fisiknya di Baltos, Tamansari, tutup. Namun ia bangkit. Desember 2022 Deni Rachman membuka toko fisiknya kembali. Lawang Buku kini ada tokonya di Jalan Garut no. 2 Bandung. 

 

Lawang Buku Jalan Garut


Lawang Buku pemain lama perbukuan di Bandung. Saya mengenal Deni, pendiri dan pemilik tokonya, di tahun 2007 di Tobucil, dalam klab buku bernama Klab Pram. Dalam hidup ini kita pernah beberapa kali bertemu dengan orang-orang yang konsisten dan persisten. Bagiku Deni itulah orangnya. 

Di Lawang Buku kita bisa menemui berbagai buku dengan genre budaya, filsafat, sosial, bahasa dan sastra. Belum lagi politik dan sejarah. Ada buku-buku baru terbit, banyak juga buku koleksi lama. Termasuk yang langka-langka seperti kulihat di sana ada alkitab berbahasa sunda terbitan tahun 1890. Gokil!

Toko onlinenya sendiri masih berjalan. Tapi pengalaman berkunjung ke toko fisik seperti ini tentu ada bedanya bila kita hanya skrol katalog. 

 

lawang Buku di Bandung


Lawang Buku membuat kategorisasi buku bernama Oleh-Oleh Boekoe Bandoeng. Menurutku inilah yang menarik. Deni membuat campaign buku sebagai suvenir, semacam oleh-oleh dari Bandung. Branding yang cakep!

Bandung adalah kota yang narsis. Ia gemar menulis tentang dirinya sendiri. Dengan bobot sejarahnya di masa lalu kupikir gak aneh juga kalau data literaturnya berceceran, sehingga buku-buku sejarah tentang Bandung bermunculan terus.

Saya baca ini di postingan Kedai Jantenya Perpustakaan Ajip Rodisi: pada tahun 2010 Rachmat Taufik Hidayat dalam tulisan berjudul Bandung Dalam Buku: Sebuah survey Bibliografis, menyebut ada 105 buku mengenai Bandung yang ditulis pada rentang 1917-2009. Sekarang udah tahun 2023 angkanya pasti berubah ya gak.

Unik juga nih Lawang Buku dengan branding Oleh-Oleh Boekoe Bandoeng-nya. Saya sendiri sudah membeli beberapa buku di Lawang termasuk segala macam perbukuan Bandungnya. 

 

Lawang Buku Jalan Garut Bandung


Kata Deni toko fisiknya Lawang Buku bisa bangkit kembali berkat kolaborasi dengan Pustaka Jaya. Pustaka Jaya merupakan penerbit legendaris di Bandung yang merilis buku-buku bahasa dan sastra. Dan bila tidak salah Pustaka Jaya juga berada dalam yayasan yang sama yang mengurusi Perpustakaan Ajip Rosidi. Nah si perpustakaan tersebut berada di lokasi yang sama dengan Lawang Buku, beda bangunan aja.

Deni berharap dengan keberadaan toko fisik begini dia bisa ketemu banyak orang yang ia sulit temui kalo hanya berdagang online saja. Dari pertemuan itu siapa tahu ada kolaborasi lagi ke depannya, kata Deni. Bener juga, upaya memperpanjang tali silaturahmi namanya juga, dalam rangka memperpanjang sayap rezeki. Teman baik juga rezeki!

Saya ikut senang akan munculnya kembali toko fisik Lawang Buku. Orang-orang seperti Deni dan Lawang Bukunya: yang bertahan, yang mandiri, dan yang bangkit kembali, kepada merekalah dukungan saya kirim.

Lawang Buku
Jalan Garut no. 2 Bandung
Senin-jumat, pukul 09.00 - 16.00


Lawang Buku Bandung