Muthia Esfand traveling ke benua Eropa sebelum covid-19 merebak di Indonesia. Ada festival buku yang hendak ia datangi namun gagal karena acaranya dibatalkan sebab wabah korona. Dengan begitu, Muthia membuat rencana baru, yaitu berkunjung ke toko-toko buku lokal di negara yang ia datangi.
Cara-cara berdagang buku yang saya catat dari buku berjudul Dari Toko Buku ke Toko Buku:
1. Punya koleksi buku-buku langka cetakan pertama (Armchair Books, kota Edinburgh)
2. Menjual buku tematik, seperti Magma Bookshop di kota Manchester, hanya menyediakan buku-buku bertema art. Mereka juga menjual paket-paket prakarya (DIY).
3. Toko buku di Liverpool mendagangkan buku bertema sosial, budaya, politik, dan ide-ide progresif
4. Membuka program donasi buku dan menjual buku donasi tersebut: satu pembeli boleh ambil maksimal dua buku dan membayarnya pay as you wish
5. Menyediakan kids corner (toko buku Libreria San Gines di Madrid)
6. Membuat rak-rak buku bernama, dgn kategori personal. Seperti:
Buku bagi kamu yang sedang putus asa
Buku untuk yang sedang sedih
Buku untuk yang ingin merasakan bahagia
7. Membuat merchandise toko
8. Menyediakan buku-buku untuk perempuan only (toko Libreria Mujeres di Madrid dan toko buku di Wina), pemilik tokonya menjelaskan "perempuan itu kadang kalau dikasih tahu pakai mulut, susah untuk mau dengerin. Mesti pakai cara mereka baca sendiri dari buku-buku yang berkualitas." Mereka juga aktif membuat diskusi/acara ttg perempuan.
9. Menjual satu set box berisi barang-barang yang cocok dijadikan kado untuk cowok (toko buku Elephant di Sofia)
10. Secara rutin membuat program reading, temu penulis, dan penandatanganan buku
11. Menyediakan dua buku yang sedang 'bertanding' dan memajangnya secara terang-terangan dan mencolok. Misalnya nih, buku ttg donald trump dan ttg hillary clinton.
12. Membuat acara temu penulis dengan konsep beragam, bukan hanya duduk dan diskusi. Jadi terasa seperti pesta kecil aja dan pengunjung senang. "Kami tahu menghidupkan toko buku ini hanya bisa dilakukan kalau kami sendiri sebagai pengelolanya selalu 'hidup'. Yah tidak selalu mudah sih..." (Powerhouse Bookshop di NY)
Muthia Esfand, penulis buku ini, menyimpulkan bahwa acara yang diadakan di toko buku tidak melulu harus bertarget penjualan yang kaku. "Harusnya sih mempertimbangkan aspek menjaga kedekatan dan hubungan baik dengan pembaca setia buku. Karena mereka target utamanya."
Toko buku yang jiwanya kuat, yang tidak tenggelam dalam samudra stok buku saja, akan menjaga pembelinya setia.
Buku setebal 500 halaman ini kubeli di Tokopedia. Buku yang ori tentu saja.