Social Media

Image Slider

Menginap di ZEN Rooms Dangdeur di Pasteur

29 November 2016
Halow! Kalau sering baca blog ini, ada kategori yang namanya Hotel. Yup betul saya secara berkala meresensi hotel-hotel di Bandung. Beberapa kali juga saya pernah membahas hotel di kota lain. Saya membuat resensi hotel bukan cuma untuk rekomendasi saja, tapi saya juga menjual voucher hotelnya (by Agoda). 

Nah penginapan yang satu ini jenisnya agak beda. Di Agoda kamu bisa cek penginapannya kok. Tapi sebenarnya jaringan penginapan yang satu ini punya aplikasi sendiri dan banyak promonya. So mari saya mulai resensinya. 

ZEN Rooms namanya, saya menginap di ZEN Rooms Dangdeur lebih tepatnyanya. Saya gak staycation sendirian karena seperti biasa ada Indra -suami- dan Nabilkubil -anak- yang menemani. 




FYI, sekarang bila kamu skroling daftar penginapan di situs booking online, bakal muncul tuh yang namanya ZEN Rooms.  Terus suka merhatiin gak kalau di banyak penginapan di Bandung, di dekat plang nama hotelnya ada juga plang berlogo merah dengan tulisan ZEN Rooms? 

Jadi ZEN Rooms itu hotel bukan sih? Kok kayak hotel di dalam hotel ya? 

ZEN Rooms bukan bangunan hotel yang berdiri sendiri. Pendek kata ZEN Rooms bukan hotel, tapi kamar. ZEN Rooms berpartner dengan banyak hotel budget di Indonesia dan beberapa negara lain kayak Singapura, Thailand, Filipina, Sri Lanka, sampai dengan Brazil. 

Di Indonesia sendiri,  ZEN Rooms menyebarkan jaringan kamarnya di Jakarta, Bandung, Bali, Yogyakarta, Surabaya, Batam, dan Malang. Karena 'jenis' penginapan ini baru, jadi saya penasaran kan pengen nyobain. 

Bagian menyenangkan dari  ZEN Rooms adalah harganya yang lebih murah dari kamar termurahnya hotel budget itu sendiri. Kayak saya nih menginap di ZEN Rooms Dangdeur, harga per kamarnya 390K sudah termasuk sarapan, tax dan service. Kalau book kamar di Hotel Amiranya sendiri, per kamar termurah ratenya di atas 400K. Dan publish rate kamar-nya 560K. 


ROOM

Bedroom

Proses check in kasual banget. Gak makan waktu lama, saya dikasih kunci kamar no 106. Kamar ini memiliki jendela yang pemandanganya ke arah pepohonan. Samar-samar suara Sungai Citepus terdengar. Jendela kamarnya dapat dibuka. 

Ukuran kamarnya kecil tapi gak sesak. Kira-kira 3x4 m persegi. Kamar yang saya tiduri ini sayangnya smoking room, pantasan saja jendelanya dapat dibuka. Hehehe. Saya lupa mau request kamar non smoking :D mau pindah sudah malas duluan karena emang lagi capek heuheuheu. 

Lemari pakaian dan meja kerja tersedia di kamar. Ada AC, layar tivi datar dengan channel yang oke-oke. Kebetulan saya sedang menamatkan seri film Harry Potter yang tayang di Channel Warner. Bulan November ini kan tiap weekend film Harry Potter ditayangkan ulang. Gak bosen-bosen saya mah nontonnya. Hahaha. Syukurlah di Zen Rooms Dangdeur ini ada channel Warner wkwkwkwk :D 

Ranjangnya ukuran queen. Bantal ada dua. Ada juga cussion warna merah berlogo Zen Rooms dua buah. Bednya serba standar baik itu ranjang maupun bantal dan selimutnya. 

Amenities kamarnya juga standar. Hote budgetlnya sendiri menyediakan handuk, sabun, shampoo, sikat gigi dan pasta giginya. Kalau dari  ZEN Rooms menyediakan satu pouch berisi alat tulis, handuk kecil, dan hand sanitizer. Seru nih bisa dibawa pulang paket pouchnya oleh si tamu. Lucu juga berasa dapat goodie bag hihihihi. 

Cuma satu aja sih kekurangan kamar di sini, wifinya super lelet. Susah banget mau online di sini. Mungkin ada password yang lain, tapi saya gak nanya. Udah mager nonton Harry Potter :D 

Bathroom

Fasilitas kamar mandinya standar juga ala-ala hotel budget. Fasilitasnya shower, toilet, dan water sink. Air panasnya mantap! 

Secara keseluruhan kebersihan dan kenyamanan di kamar ini oke. Gak ada keluhan.


FOOD

Ini highlight dari menginap di Zen Rooms Dangdeur. Saya dan Indra makan nasi kuning, Nabil makan cornflake dan roti panggang. Minumnya ada aneka jus Jambu dan Jeruk. Menu sarapan di sini rasanya enak-enak. Ada kue-kue juga, kata mbak-mbak dari hotel, kue itu dibeli di toko Prima Rasa. Prima Rasa gitu lho, surganya kue-kue enak. Selain nasi kuning, ada juga lontong kari. Saya mau nyobain sih tapi perut udah kenyang heuheuheu. Makanan di sini sangat memuaskan rasanya. 

Restorannya pun cantik banget. Ada di lantai basement dan semi outdoor. Lucu deh interiornya. Bangku dan kursi makannya sederhana tapi apik, meja makannya beralaskan taplak meja yang lucu-lucu. Modelnya ala taplak meja untuk piknik. 

Banyak kembang-kembang yang ditanam dan digantung. Pagi yang udah segar itu tambah sejuk saja rasanya. 


SERVICE

Standar dan memuaskan. 


LOCATION

ZEN Rooms Dangdeur berada di sebuah hotel budget di Jalan Dangdeur kompleks Dangdeur Indah. Kalau kamu browsing di situs online, cek pake nama Zen Rooms Dangdeur ya. 

Lokasinya berada di kawasan Pasteur. Tempatnya menjorok ke dalam kompleks pemukiman mewah. Dari jalan raya ke hotel jaraknya sekitar 500 m. Di sekitar Dangdeur ini banyak tempat makan, karena lokasinya memang dekat dengan kampus Maranatha dan banyak kosan mahasiswa. Jadi banyak kafe, restoran, termasuk warteg dan aneka minimarket dan supermarket. Tapi ya butuh jalan kaki dulu sih ke lokasi makan-makannya. Dan juga konturnya menurun dan menanjak hehehe :D 

Kalau saya sudah bawa perbekalan dulu sebelum check in. Jadi sesampainya di hotel, masuk kamar, dan mager :D 

Dan karena lokasinya yang jauh dari jalan raya utama yakni Jalan Surya Sumantri, suasananya asri banget. Jauh dari bising. Ya sejuk aja kan rasanya telinga berasa 'dingin'. Mau tidur pun tenang. Hehehe. 

Kalau mau turun jalan-jalan ke kota, pake taksi konvensional dan taksi online saja.  ZEN Rooms Dangdeur masih di dalam kota, tapi kalau kamu mau ke kawasan mainstream wisata di kota Bandung, ya mesti menumpang kendaraan. Ada kendaraan umum macam angkot, tapi mesti paling sedikit dua kali ganti angkot. 

Apa? Mau ke Lembang? Nah jalur Dangdeur ini justru lebih dekat ke arah Setiabudi, yang mana jalur utama ke Lembang.


DEPOSIT

No, gak ada deposit. 


Cara menuju ke  ZEN Rooms Dangdeur:

1. Masuk ke pintu Tol Pasteur
2. Setelah lampu merah di tol pasteur, belok ke kiri ke Jalan Surya Sumantri
3. Lurus saja mengikuti jalannya sampai mentok belok ke kiri setelah Pom Bensin. 
4. Ikuti jalannya, nanti ada tanjakan setelah tanjaka belok ke kanan
5. Ikuti jalannya, ambil lurus saja
6. Nanti kontur jalannya turun lagi dan ketemu Pom Bensin yang sama dengan yang kamu lewati tadi. Yak betul, rutenya memang muter karena jalannya satu arah :D
7. Siap-siap Jalan Dangdeur ada di sebelah kiri jalan, tak jauh dari Pom Bensin.
8. Harusnya gak usah takut kelewat jalannya, Plang Hotel Amira yang berpatner dengan  ZEN Rooms Dangdeur ini ada di mulut masuk ke Jalan Dangdeur. 

Selain di ZEN Rooms Dangdeur, kamu juga bisa memilih berbagai macam  ZEN Rooms yang ada di Bandung. Tinggal cocokan saja dengan tujuan tempat kamu selama di Bandung.  ZEN Rooms di Bandung itu ada di daerah Wastukencana (dekat dengan mall BIP, Dago, Braga). Ada juga kok ZEN Rooms yang letaknya di jantung kawasan Asia Afrika. 

Penginapan kayak  ZEN Rooms ini cocok banget untuk kamu dan saya yang ke mana-mana anggaranannya sesuai dengan hotel budget. Plus ditambah fakta lagi kalau rate kamar ZEN Rooms bisa lebih murah dari hotel budgetnya itu sendiri. 

Seperti yang sudah saya sebut di bagian atas, pemesanan kamar ZEN Rooms dapat dilakukan di situs booking online. Tapi kayaknya bakal lebih seru kalau memesannya di aplikasi ZEN Rooms. Karena apa? karena ada program member yang gak akan ada di situs booking online yang lain. 


photo credit: ZEN Rooms


Salah satu programnya bernama ZEN Rewards. Kalau sudah memesan kamar ZEN Rooms sebanyak 6kali/6malam, ada 1 bonus menginap 1 malam gratis! 

Ya mirip-mirip aplikasi taksi online sebenarnya. Seru ya.  ZEN Rewards ini salah satunya saja. Ada kode promo diskon untuk menginap juga di aplikasi ZEN Rooms. 

Unik juga sistem penginapan ala ZEN Rooms ini. Saya sudah hampir 3 tahun menjadi agen sebuah situs booking online, gak pernah saya kepikiran bakal lahir sistem baru penginapan macam yang sekarang dilakukan ZEN Rooms. 

Follow ZEN Rooms di Instagram untuk mendapat promo terbarunya. 








photo credit @clarissaeunike













Teks : Nurul Ulu
Foto : Indra Yudha, Nurul Ulu. Difoto menggunakan kamera ponsel Lenovo A6000
Edit App: VSCO

Belajar Motret Makanan di Dapur Hangus Playdate

21 November 2016
Ini pertama kalinya saya mengikuti workshop fotografi. Yeah saya gak pernah daftar ke kelas fotografi mana pun. Dan setelah saya belajar motret di Dapur Hangus Playdate, selanjutnya saya mau deh ikut workshop fotografi lainnya. Senang belajarnya. Ke mana aja saya teh. Hahaha :D





Dapur Hangus Playdate adalah acara yang diselenggarakan oleh Dapur Hangus. Pernah ada yang dengar atau baca Dapur Hangus? Ah cek Instagramnya saja. Foto-foto makanan di akun tersebut cantik, tajam, dan bagus banget!

Saya kenal orang di belakang merek Dapur Hangus sejak tahun 2012. Ika Rahma namanya. Mantan wartawan lulusan jurnalistik UNPAD ini memulai Dapur Hangus dari blognya. Saya termasuk pembaca setianya. Tulisannya lucu-lucu, kocak gitu. Dan waktu itu Ika udah mulai motret makanan.

Di Dapur Hangus, Ika menjual properti food photography. Gak cuma untuk properti aja sih, kalau barangnya mau dipake untuk kebutuhan sehari-hari pun bisa. Awalnya hanya menjual produk dapur dan meja makan, Ika juga menyediakan jasa food photography. 

Ika gak main-main dengan food photography. Dia nyicil kamera DSLR dan belajar motret makanan. Belajarnya non stop, sampai sekarang. 

Anyway Dapur Hangus Playdate adalah sesi workshop fotografi sekaligus foto produk dan endorse di Instagram. Playdate ini diadakan di rumah Ika.

Yeah saya punya produk. Iya betul Fish Express :D Ada 32ribu followers Dapur Hangus, sayang banget kalau acara begini saya lewatin gitu aja.

Dalam workshop yang hanya untuk 6 orang ini, suasananya kasual banget. Dan iya saya bersyukur banget karena pesertanya dibatasi kurang dari 8 orang. Orang yang hadir empat saja jumlahnya. Saya jadi bebas mau nanya apa aja kepada Ika. Hehehe.

Sebenarnya saya udah tahu sih sesi motret bakal kayak bagaimana. Tapi sejujurnya apa yang saya ketahui sama sekali gak menyamai kejadian aslinya. Food photography yang saya lihat di studionya Ika terlihat sangat pro. Sederhana  sih studionya tapi dari situ saya tahu keseriusan Ika terhadap food photography. Dan tiba-tiba saya jadi malu dengan skill motret saya yang jauuuuuhhhhh dengan kemampuan motonya Ika.

Di studionya Ika, lampu softbox ada 4 : 2 lampu kuning dan 2 lampu putih. Reflektor ada 2. Belum cermin yang fungsinya reflektor juga. Ada juga alas foto yang terbuat dari kayu, bukan kertas. Berat pula itu alas fotonya. Sebagai tambahan, lampu meja juga tersedia.

Dengan peralatan seserius itu, saya menerka-nerka bakal kayak apa fotonya nanti. DAN TERNYATA FOTONYA JADI BAGUS-BAGUS BANGEEEETTTTT! 





Anyway, saya kenalin dulu dengan peserta di Dapur Hangus Playdate (20/112016) ya :
Tia punya produk kukis cokelat, namanya Rocky Bars.
Ari yang produknya bakso dan cilok.
Mail dengan produk katering diet mayo dan es mambo.
Peserta terakhir saya, yang bawa filet ikan lele. Yesss Bandung Diary ini project sampingan doang. Aslinya mah saya dan Indra mendapat pendapatan utama di bidang perikanan :D

Setiap sesi pemotretan, saya ngintilin Ika. Saya motret di titik Ika berdiri untuk moto. Produk orang lain juga saya ikut memotretnya. Ya pokoknya jiplak angle foto ika 100% hahaha. Gak cuma saya, peserta yang lain juga sama. Cuma saya yang motret pake DSLR. Tia, Ari, dan Mail motret menggunakan smartphone. Sesekali Ika juga motret pake smartphonenya.

Di workshop ini saya sering ambil angle yang berbeda dengan yang Ika jepret. Hasil foto-foto saya dengan Ika beda jauh banget hahaha. Saya mah buram dan gak jelas mau memperlihatkan apa. Kalau Ika fokus banget. Saya mah masih bermain-main dengan angle makanannya. Kalau Ika mah enggak, dia motretnya kalem banget, secukupnya saja tapi komposisinya matang banget. 

First thing first yang saya pelajari di workshop ini adalah: LIGHTING. Mengetahui arah datangnya cahaya adalah penting banget! Biar apa? Agar cahayanya kena ke makanan yang mau kita foto dan makanannya jadi glowing. Kalau udah tahu arah cahaya, kita juga jadi tahu mesti motret dari mana, jadi pas kita berdiri kita gak nutupin cahaya.

Hal berikutnya adalah PROPERTI. Ika ini terkenal dengan gaya motretnya yang cantik dan penuh detail. Perintilan propertinya banyak tapi gak norak. Sebaliknya malah lucu banget. Fotonya tuh kayak cewek yang stylish abis, colorful tapi elegan. Kayak siapa ya, Eva Celia lah sosok paling tepat menggambarkan kecantikan foto makanan jepretan Ika versi manusia. 

FYI, kata Ika kalau mau naro makanan di wadah, cari yang bentuknya berlawanan dengan bentuk makanannya. Misal nih makanannya bulet, wadahnya persegi aja agar dalam foto nanti volume makanannya menonjol.

Hal seremeh melipat kain elap untuk properti aja saya baru belajar di workshop ini. Coba, untel-untel kain elap doang apa susahnya kan. Ternyata susah hahaha. Saya sampai mikir kalau ketekunan Ika lah yang membuatnya terampil menguntel-untel kain buat jadi properti. Konsistensi dia yang membuatnya lincah menata manekin dan teko di antara cookiesnya Tia. Sementara saya masih berdiri dan berpikir mesti naro piring di mana, Ika sudah membayangkan secara visual di kepalanya itu piring bakal ada di posisi seperti apa.

Terakhir: KOMPOSISI. Ah euy ini susah banget. Saya biasanya motret benda mati, landscape, moto muka orang, itu komposisinya aja sudah sulit. Makanan apalagi susah banget, apalagi Ika doyan naro properti yang perintilan gitu. Kata Ika sih properti foto itu masalah gaya aja. Ada food photographer yang gayanya super simple, bersih dari properti yang kecil-kecil. Tapi ada juga yang penuh perhatian terhadap detail kayak Ika.

Secara garis besar buat pemula mah ilmu komposisi Rule of Third udah cukup sih.






Saya menyukai warna-warna pilihan properti Ika. Saya juga cinta banget dengan mood foto jepretan Ika. Warnanya tajam, dan tegas. Dan gak norak. Saturasinya gak berlebihan, gak bikin mata ‘sakit’. Sambil menata properti dan makanannya, Ika cerita tentang belajar menyetel selera. Selera ini maksudnya menyatukan warna di satu frame. Kerjaan Ika dulu sering lihat foto-foto di Pinterest. Tapi kayaknya bukan cuma Pinterest yang menajamkan selera warna Ika deh. Jam terbang juga ngaruh.

FYI walau sudah terkenal dengan Dapur Hangus, Ika masih suka daftar workshop food photography. Saya gak nyangka :D “ya kalau saya gak ikut workshop nanti yang saya omongin di workshop yang saya  buat ya itu-itu aja,” kata Ika.

Di workshop food photography, Ika cerita dia gak cuma nyari ilmu fotografi. Ibu satu anak ini juga ngaku kalau properti-properti terbaru yang dia dapat, dia tahunya dari workshop yang dia ikuti.

Kalau kamu nanti ikutan workshop Dapur Hangus ini, perhatiin deh kedetailan Ika pada makanan yang ia foto. Setelah menata makanan, biasanya dia mengulas makanan biar kelihatan lebih glowing dengan kuas dan semprotan air. Atau pas dia mau motret produknya Mail, kentangnya dia bakar biar kelihatan lebih hangus dan menggugah selera. Terus waktu motret produk bakso, kuahnya kurang banyak, Ika ambil teko khusus untuk menuang air ke mangkok yang sudah tertata rapi. Nah ilmu kayak gitu dia dapat dari workshop food photography.

Hari itu saya senang banget ikutan Dapur Hangus Playdate. Mana produk saya difoto pula oleh Ika. Di zaman semua orang bisa jadi apa saja, termasuk fotografer, menjadi konsisten dan persisten adalah barang yang langka. Workshop bersama Dapur Hangus, saya melihat keduanya di diri orang yang telah membangun Dapur Hangus selama empat tahun ini.

Empat tahun memberi hidup untuk Dapur Hangus dan di akhir tahun 2016 ini Ika akan menerbitkan sebuah buku food photography. Wow.

Usai dari Dapur Hangus Playdate, di jalan pulang saya mikir ulang. Saya kira saya belajar motret makanan ala foto katalog dari Ika, ternyata lebih dari itu ilmunya. Senang rasanya bisa kenal dan belajar dari orang-orang kayak Ika yang fokus, konsisten, dan persisten. 

Kalau Ika membuka pendaftaran untuk Dapur Hangus Playdate lagi, ikutan ya. Highly recommended. Cek jadwalnya di akun Instagram Dapur Hangus. FYI yang terdekat tanggal 10 Desember nanti ada workshop food photography Dapur Hangus. 































Teks : Ulu
Foto : Ulu

#photographytalk with The Food Xplorer: 5 Things I Learned From Photography

17 November 2016
Hellow semuanya! Saya Agung dan saya adalah Food Blogger. Profesi saya sekarang adalah food photographer. Blog saya http://thefoodxplorer.com.

Gak kerasa sudah dua tahun  saya ‘nyemplung’ ke dunia fotografi. Saya mengawali dunia ini dari hobi makan dan suka nulis review kuliner. Lama-lama jadi penasaran ingin motret juga. Sampai akhirnya saat ini saya benar-benar jatuh hati dengan fotografi.




Saya belajar fotografi dari dasar banget sampai sekarang saya bisa masuk ke industri fotografi profesional. Dunia ini isinya orang-orang hebat yang membuat saya selalu ingin mencoba banyak hal-hal baru.

Saya mau berbagi lima hal yang saya pelajari selama ini dari fotografi.

1. Photography = Poison!

Fotografi adalah racun! What, Apa maksudnya?

Coba deh masuk ke forum-forum komunitas fotografi atau baca review mengenai gears photography terkini. Bagi beberapa penikmat fotografi, hobi yang satu ini termasuk racun. Racun dalam artian hasrat atau keinginan untuk mencoba dan memiliki aneka kamera, lensa ataupun aksesoris terbaru dengan harapan akan meningkatkan kualitas portfolio kita ke level yang lebih yahud. Sumber informasi kamera-kamera itu bisa didapat dari website, blog, majalah, youtube atau hasil ‘cuci mata’ di toko-toko kamera. Dan saling meracuni antar fotografer itu udah hal yang biasa. Hehe ☺

Tapi kamera kan bukan barang murah.

Well, hobi fotografi saat ini udah bukan merupakan hobi yang mahal seperti beberapa tahun yang lalu. Sekarang saja kualitas kamera smartphone sudah banyak yang bagus. Saat ini pilihan kamera sangat banyak, mulai dari kamera di smartphone, action camera macem go pro, pocket, prosumer, DSLR, sampai kamera mirrorless yang sekarang jadi udah jadi lifestyle.

Satu hal yang perlu dicatat adalah semakin canggih gears kamu belum tentu semakin bagus hasil foto kamu. Ingin foto kamu bagus? Pengalaman saya membuktikan ada yang lebih penting dari kamera. Yaitu belajar dasar-dasar fotografi, rajin motret, banyak bertanya, cari mentor, ikut seminar dan workshop fotografi, gabung ke komunitas, tonton tutorial di youtube, dan masih banyak hal lainnya yang pastinya bakal mengupgrade kemampuan fotografi kita.




Kayak misalnya saja nih, kena racun foto-foto makro yang keren banget? Tapi lensa makro kan harganya mahal. Apalagi lesa makro kelas atas yang harganya di atas 10jutaan. Coba deh cari tips di internet tentang menyiasati lensa makro ini. Saya pernah memakai tools yang biayanya gak lebih dari 100ribu perak untuk sesi foto makro.

Contoh foto makro di atas itu saya jepret dengan bermodalkan extension ring manual yang harganya hanya sekitar 65ribu, dan ditandem dengan lensa nifty-fifty Canon 50mm 1.8II saya pasang di bodi kamera 700D. Hasilnya? Lumayan kan? ☺


2. Photography = Passion

Gak sedikit orang yang heran dan tidak mengerti kenapa saya meninggalkan dunia arsitektur dan desain interior. Well, saya bilang pada mereka fotografi adalah passion saya. Ada suatu gairah dan semangat dalam diri saya saat menyentuh yang hal-hal berbau fotografi. Gairah itu yang saya rasakan saat saya memegang body kamera, mencari komposisi melalui jendela bidik, mulai mematukkan tombol shutter, dan merasakan kepuasan saat melihat hasilnya.




Intinya saya suka dengan fotografi, entah itu saat hanya iseng jepret random, hunting kuliner, atau saat saya motret untuk commercial product, semuanya itu membuat saya excited. So buat kamu yang saat ini masuk ke dunia fotografi hanya sekadar ikut-ikutan tren, pernah bertanya gak apa ada gairah dalam diri kalian sewaktu menjalaninya?


3. Photography = You

Satu tahun pertama saya terjun ke dunia fotografi, cuma makanan yang jadi objek jepret saya. Di tahun kedua saya mulai berani untuk mencoba hal-hal baru, mulai dari mengerjakan project product photography sampai mulai coba-coba motret landscape, binatang, bunga, orang, atau apapun selain makanan. Sampai kemarin juga nyoba motret di wedding. 

Walau begitu tetap aja kalau ditanya orang "kerjaan lo apa sih sekarang, Gung?" saya tetap jawab dengan bangga :Food Photographer.

Saya gak bilang kita harus stuck di satu bidang aja, tapi coba deh cari kekuatan fotografi kamu tuh di mana. Apakah di moto benda mati, model, landscape, action/sport, street photography, atau apa?

Saat tahu gairah dan kekuatan kamu dalam fotografi, maka hal tersebut juga akan berkaitan dengan banyak hal lainnya. Salah satunya dan yang paling utama adalah menentukan kebutuhan gears alias kameranya.




Bagi saya lensa 100mm 2.8 L atau 50mm 1.4 adalah sahabat terbaik di dunia fotografi makanan. Koleksi lensa saya lainnya pun hanya lensa 50mm 1.8II dan sebuah lensa kit 18-55mm.

Photography = You, jadi kamu sendiri yang mengerti lensa apa yang paling kamu perlukan/butuhkan, bukan kamera yang kamu inginkan lho ya. Termasuk body kamera, dengan mengetahui kekuatan bidang fotografi kamu, kamu bisa menyeleksi karakter bodi kamera juga. Cocoknya dengan DSLR, mirrorless atau malah dengan smartphone.


 4. Photography = Art

Bagi saya fotografi adalah seni melukis cahaya. Bicara fotografi berarti membicarakan keindahan suatu objek yang ditangkap atau dibekukan ke dalam bentuk gambar (foto).

Cahaya memegang peranan penting dalam fotografi, ada berbagai macam teknik pencahayaan yang saya pelajari sampai saat ini. Lighting atau pencahayaan dalam fotografi sendiri terbagi tiga: Natural Light (matahari) , Ambiance Light - cahaya buatan yang ada dan menerangi di sekitar kita (lampu, lilin, obor,dll) , dan Artificial Light alias cahaya buatan (Flash/strobist, continous Lighting).




Mana cahaya yang paling bagus? Buat sebagian besar orang tentu menjawab natural light, tapi kalau buat saya sih tergantung. Yup, karena sekali lagi fotografi adalah seni, bagaimana kita ingin menyampaikan pesan melalui foto kita, apakah fotonya ingin cerah, terang, atau ingin dark/moody? Terus karakter dan tone seperti apa yang ingin kita tampilkan.

Dan satu hal yang pasti setiap fotografer mempunyai cita rasa yang berbeda ☺


5. Photography = Vision

Saya kira setiap fotografer bagusnya mempunyai visi yang jelas. Visi adalah apa yang kita lihat di depan dan yang menjaga kita dari pengaruh yang berada di sekitar kita.

Tanpa visi, foto-foto kita akan kehilangan makna dan hambar. Sejak awal saya memutuskan terjun ke dunia fotografi, saya langsung bertekad menjadi seorang food photographer / fotografer makanan. Walau sekarang ada beberapa job yang saya ambil gak ada hubungannya sama sekali dengan kuliner, tapi tetap hampir 80% portfolio saya semuanya di bidang kuliner.




Ada sebagian orang yang terjun ke industri fotografi hanya ikut-ikutan tanpa mempunyai bekal yang cukup. Tapi ada juga sebagian orang yang masuk ke dunia fotografi dengan modal yang sangat melimpah. Masalahnya, mau ikutan-ikutan atau modalnya besar sekalipun, semuanya itu percuma kalau kamu gak punya visi, dan tentu saja passion sebagai motor penggeraknya.

---- 

So, itu lima hal yang saya peroleh dari dunia fotografi. Saya sangat menikmati semua proses belajarnya. Fotografi buat saya bagaikan perjalanan. Sepanjang atau sejauh apapun perjalanan itu, saya akan menikmatinya ☺

FYI, follow ya Instagram @thefoodxplorer ☺ 






Ditulis oleh Putra Agung for Bandung Diary
Photo credit : Putra Agung