Social Media

Image Slider

A Day-to-day Journal and A Diary

25 January 2015
Hobi saya mencatat. Kalau kita sudah lama berkenalan, maka teman-teman akan tahu kalau saya ini orangnya...sembrono! brutal cerobohnya :D Kata orang, mereka yang doyan mencatat itu hidupnya terorganisir. Rapi. Terstruktur. Saya anomali. Saya mencatat dan saya berantakan banget!

Buku tulis di rumah banyak. Semuanya terpakai dengan baik saking baiknya sampai kondisinya lecek semua. Hehehe :D lecek itu artinya terpakai dengan baik, bukan? :) 

Saya banyak menulis. Selain karena hobi juga tuntutan pekerjaan. Untuk membuat rencana postingan blog saya ini saja saya ke mana-mana membawa buku catatan. Ada ide, langsung tulis. Ketemu orang, catet. Ya pokoknya tangan gatel pengen catet melulu :D

Sekarang sudah tergantikan dengan kehadiran smartphone dan fasilitas note-nya. Meski begitu saya kalau bepergian selalu membawa satu buku catatan dan penanya.

Bahagia di Roti Gempol

23 January 2015
Bandung sedang mendung. Tancap gas kami sedikit mengebut, menuju kawasan Gempol. Langit sudah terlalu gelap untuk jam tiga sore. Hujan deras tinggal menunggu detik. 

Memasuki mulut utama kawasan Gempol lalu berbelok dua kali, aroma roti yang dipanggang mulai semerbak. Oh Roti Gempol, kami dataaaaang! 

Roti Gempol adalah salah satu roti terenak di Bandung. Rotinya mereka produksi sendiri, makanya berbeda dengan roti bakar lain di Bandung. Satu lagi, tempatnya! Mungil sekali dan meneduhkan. 

Kira-kira setahun ini Roti Gempol sedang naik daun di kalangan anak muda. Dahulu Roti Gempol tidak seramai sekarang. Kalau saya sengaja datang ke Roti Gempol, pembelinya tuh ya kalau gak seumuran saya (umur akhir 20an) pasti kaum nenek-nenek. 

Tapi kedatangan saya beberapa kali ke Roti Gempol setahun ini mulai tidak terasa seperti dulu. Roti Gempol ramai kawula muda. Anak SMP, remaja SMA, dan mahasiswa-mahasiswi gaul. Terima kasih kepada Instagram dan Kopi Anjis yang membuat Roti Gempol makin beken. Oleh karenanya menurut saya waktu terbaik makan di Roti Gempol adalah pagi hari di hari kerja. Suasana masih syahdu, sepi, dan menenangkan. Pemandangannya adem. Tidak ada suara bising cekakak-cekikik. Hehehe :D 

Roti Gempol saking mungilnya, tidak bisa memuat lebih dari 20 orang. Ya kayaknya itu teras rumah dipake buat dagang :D 20 orang itu pun sudah menggunakan kursi tambahan. Kalau pake kursi ala Roti Gempol, paling juga muat 10 orang deh. Kursinya unik. Semacam sofa berderet lurus dan mejanya berbentuk bulat yang ditancapkan diantara kursi-kursi tersebut. Tempo dulu banget deh pemandangannya. 

Makan apa di Roti Gempol?

Cibadak In The Morning

22 January 2015
There's nothing to do. All work's done and i craved for something fresh. Not food. Needed a short walk to freshen up my mind. And so i took all the gang to the south of the city of Bandung. Alun-alun Bandung. 

We started at 6 in the morning. There were four of us. Haven't took a bath yet and with this sleepy heavy face we bumped ourselves in a bus called DAMRI. Those public transportation in Bandung, there are Angkot and Bus. For the bus, DAMRI is what local gave for it's name.

We're the first passenger. Couple minutes of ngetem, people started to come and sit. Pengamen jalanan (street musician) sang three songs, then the bus finally ready to strool down the road of Bandung. 

Not so many people at that time inside DAMRI. It's ours! Tried to sleep but it was hard to skip the moment when you're in a bus and at the same wanted to see all the street view from above. I mean this bus, DAMRI, is so different from other public transportation in Bandung because of it's height. 

I like DAMRI. I especially love watching the view from above and that's what i get from sitting in DAMRI. I can watch people's activity. I very much in to the idea of enjoying the view from the window of DAMRI. I think that's a little bit romantic. Open the window, with that breezy wind i observed what's people do. What's out there from the window of DAMRI is like watching a short documentary with the bird eye level. 

Anyway, we arrived at the corner of Jalan Cibadak 40 minutes later. Bandung were so calm that day. The wind and the sun were perfect. Give me warmth but also there's a little wind come and around swrilling my hijab.

Jalan Cibadak was still empty. It is one of those hustle and bustle street in this city. It is very packed! Along the street you will find a lot of store selling stuff of daily needs. Basically if you have your own business and need tools and such thing to supply your work, go to Jalan Cibadak! They have all that you need. Highly recommended.

The New Alun-alun Kota Bandung

18 January 2015
Akhir Desember 2014 hingga awal bulan Januari 2015, timeline semua media sosial saya penuh dengan foto teman-teman. Lebih spesial karena fotonya seragam semua. Selfie di Alun-alun kota Bandung! 

Tidak di Facebook, Twitter, Instagram, tapi juga mengular sampai ke feeds di BBM. Wedew! Jarang-jarang kayak begini kejadian. Alun-alun kota Bandung menyedot perhatian orang Bandung. 

Emang kenapa sih kok heboh gitu dengan Alun-alun Bandung?

Well, melihat Alun-alun kota Bandung sekarang, rasanya pengen lempar cucian ke Dada Rosada. Gila. Pejabat-pejabat sebelumnya ngapain aja kerjanya. Ridwan Kamil menyulap Alun-alun kembali ke fitrahnya sebagai tempat warga berkumpul. Berkumpul ya: canda gurau, ngobrol, ajak anak bermain, dan foto-foto. Gitu aja kok ternyata 'gampang'. 

Sebelum kelahiran kembali Alun-alun kota Bandung yang sekarang, Alun-alun tuh kumuh banget! Semua pedagang tumplek tumblegh di sini. Kotor, gak sedap dipandang. Alun-alun adalah harta karun kota Bandung yang terlupakan. Warga lebih senang senang-senang ke mall dan taman-taman. 

Pemerintah kota sebelum periode Ridwan Kamil kok kayaknya keteteran ngurusin Alun-alun kota Bandung. Padahal rumah dinas walikota Bandung persis ada di selatan Alun-alun. Sehari-hari di situ kok kayak gak bisa ngurus Alun-alun sih. 

Lalu munculah Ridwan Kamil. Heueuuuu makaci, Emil! 

Petunjuk Arah ke Museum Konperensi Asia Afrika

15 January 2015
Tidak ada angkot yang lewat di depan museum Konperensi Asia Afrika. Ada juga bis DAMRI. Nah kalau di bagian belakang museumnya, seliweran angkot-angkot. Dipilih-dipilih :D 

Menuju ke museum KAA kalau saya butuh waktu 20 menit tanpa macet. Kalau macet, mamamia lebih dari satu jam deh biasanya. Memang macet di mana? Dari Ledeng, saya melewati jebakan macet paling brutal di Bandung: Setiabudi dan Cihampelas. 

Nih ya angkot yang lewat sekitar Museum Konperensi Asia Afrika:

1. Gedebage - Stasiun Hall
2. Kalapa - Ledeng
3. Buah batu - Kalapa
4. Bis DAMRI jurusan Cicaheum - Cibeureum
5. Elang - Cicadas

Kalau kalian naik kendaraan pribadi, taro di rumah masing-masing ajalah kendaraannya. Hahaha :P naik angkot ateuh. Tapi kalau terpaksa nih ya petunjuk arahnya. 

1. Pergilah ke jalan Asia Afrika karena di sanalah museumnya berada. 
2. Tahu Alun-alun Bandung? Ya deket banget dari Alun-alun.
3. Tahu Jalan Braga? Lah ya apalagi, Jalan Braga itu dipunggungi dan disampingnya jalan Braga.
4. Jalan Asia Afrika ini satu arah
5. Yang terhubung dengan Jalan Asia Afrika adalah Jl. Lengkong dan Jl. Braga. 
6. Dari arah kendaraan kalian berjalan, museum KAA ada di sebelah kanan. Parkirnya bisa di area Jl. Cikapundung. 

A Museum Visit: Museum Konperensi Asia Afrika

14 January 2015
Gak ada bosen-bosennya berkunjung ke museum Konperensi Asia afrika (KAA). Museum yang mudah didatangi, lokasinya strategis, kemasannya baik, dan koleksinya terjaga. Ya menurut saya sih tur didalamnya cenderung membosankan :D Berhubung saya menyukai bangunan bersejarah maka saya betah ada didalamnya. 

Kalau belum pernah sowan ke museum di Bandung, datang dong ke museum KAA. Perkenalan yang baik antara kalian dengan sejarah Bandung bisa bermula dari tempat ini. Karena diantara semua museum di Bandung ya yang paling oke kondisinya museum KAA :D sebagai bonus, Indonesia pernah berada di titik puncak politik dunia terbaiknya. Bandung termasuk ada didalamnya. Buktinya: Konferensi Asia Afrika! 

Bisa lihat apa di sini?

Segala hal yang berhubungan dengan sejarah Konferensi Asia Afrika. Dari mulai partisipannya sampai jurnalis yang terlibat. Dari mesin ketik sampai kamera, dari meja podium sampai meja tamu. Di dalam museum KAA banyak koleksi foto liputan. Beberapa dapat kita lihat di internet sih. Tapi melihat di gedung tempat KAA berlangsung kan lebih serius rasanya. Seolah-olah kita ada di sana menyaksikan Soekarno sedang membaca deklarasi KAA.

Tracks for Train Travel Bandung to Cirebon (Playlist #2)

08 January 2015
Hi there. This is Ulu. Last week i made a short trip to the north. Traveled by train and i went all by myself. Nabil, my 2 y.o son actually came together with me :P hihihhi not all alone anyway. 

I already set up my playlist. I knew it was going to be bored inside the train. Took the business class, there're nothing i can do but sleep. I didn't take the magazines, either the newspaper. Busy with facebook, twitter, instagram, online chat with friends and a lot of stuff from my phone, i got this dizziness. I really needed to do something else and not occupied with this online-thing.  

So i put my phone down and set my earphone on. 


It was fun. The songs that i set was actually fit the view i saw from the window train. Really enjoyed it and surely will do it again on the next trip. 

The beat is not too high. I just wanted to chillin' down. Looking at those line of trees and sawah-sawah, then my sight was striking up to the hills. Oh It was so beautifull. The valley, shadow of mountain Ciremai,  thanks to the rain for making everything colored in green :)

So here's the list. I bet you might want to listen to them too :) 

1. Coldplay -   Sky Full Of Stars
2. Mr. Big   -   Just Take My Heart
3. Banda Neira  -  Kau Keluhkan
4. Sting  -  It's Probably Me
5. Norah Jones  -  Come Away With Me
6. Naif  -  Karena Kamu Cuma Satu
7. Ben Harper  -   Strawberry Fields 
8. Dave Matthews  -  Where Are You Going
9. Bruce Springsteen  -  Secret Garden
10. Sarah Mclachlan  -  Blackbird

So, tell me yours. What songs are you in to when you get yourself travelled? :) 

Bandung di Masa Depan

02 January 2015
Adalah kota yang canggih. Seenggaknya itu yang saya tangkap dari program-programnya Ridwan Kamil. Sekarang saja banyak wi-fi di area publik kota Bandung. Tenang, situs-situs 'berbahaya' sudah diblocked :)

Emil kayaknya mau menghidupkan area publik. Supaya orang Bandung mau keluar rumah dan menikmati kotanya. Gak ke mall melulu. Gak nonton di bioskop melulu. Gak nongkrong di kafe melulu.

Bagus kok. Dipikir-pikir, merancang sebuah kota sama saja dengan menentukan perilaku penduduknya. Semakin banyak ruang untuk umum, gratis, fotogenik, dan tentu saja ber-wifi, makin banyak warga yang berkumpul di situ. Mengisi ruang-ruang kosong di kota. 

Saya sih pengennya Emil beresin juga sistem transportasi. Sekali waktu dia pernah berujar ketika ditanya bagaimana solusi mengurangi kemacetan. Leave your car at home, go by train to Bandung. Tapi ribet menggunakan transportasi umum di negeri ini. Naik turun angkot, belum ngetemnya. Aahhh pusing.