Social Media

Image Slider

Tips ke Stone Garden Citatah - Padalarang Bandung

22 November 2014
Sudah cari tahu kondisi medan di Stone Garden a.k.a Pasir Pawon? Belum? Nih ya saya bantu pake tips berikut ini. 

  1. Sepatu: keds atau sepatu trekking. Pokoke jangan sepatu cantik yah. Kan mau naik-naik ke puncak bukit, bukan naik-naik ke lantai 10 :D 
  2. Panas. Pakaiannya yang menyerap keringat. Gak usah dobel, ribet, dan tebel. Yang tipis dan sopan aja. 
  3. Bawa perbekalan. Makanan dan minuman. Kalau ada warung, beli lah ke warungnya. Prinsipnya kalau bertamu ke kawasan wisata kan ini: membeli produk dari orang lokal. 
  4. Jangan nyampah dong. Bawa lagi sampah-sampahmu. 
  5. Kalau musim hujan kayak sekarang bawa payung atau jas hujan. Kalau musim kemarau mah ya pake sunblock atau topi aja juga cukup.
  6. Hati-hati menginjak ladang kebun milik penduduk lokal. Waktu saya ke sana, saya nginjek tanaman kacang-kacangan heuheuheu. Aduh rasanya dosa banget. Makanya perhatikan kiri dan kanan jalan setapaknya yak. 
  7. Kamera! Sebarkan fotonya biar banyak yang datang ke Stone Garden. Tapi...selalu tambahin info lebih dari sekedar jalan-jalan ya. Angkat ceritanya. Kemukakan sejarahnya. Isu utamanya kan tempat ini pertambangan bukit kapur. Profile picture kamu dan Stone Garden di Instagram dan Path gak ada mangpaatnya kalau cuma bikin heboh sesaat doang euy. Saatnya berbuat lebih, ayo ayooooo! hehehe
  8. Bawa duit receh ya. Jaga-jaga kalau harus naik Ojek. 
  9. Inget ya nama aslinya Stone Garden adalah Pasir Pawon. Di situ bukan cuma Pasir Pawon doang. Turun dari Pasir Pawon ada Gua Pawon. Sama kok, tempatnya bagus buat nongol di Instagram kalian juga :D Stone Cave kayaknya keren juga ya daripada Gua Pawon wkwkwkwk :D *hush ulu!* 

Baca juga ini:

Stone Garden In The Morning




Teks: Nurul Ulu
Foto: Indragele

Petunjuk Arah ke Stone Garden Bandung

21 November 2014
Agak susah buat masuk ke kawasan Stone Garden. Saya aja yang udah pernah beberapa kali datang masih kecele. Lupa titik masuknya. 


Yang naik kendaraan umum:
1. Naiklah angkot yg jurusannya Padalarang. Kalau saya biasanya ke Alun-alun Bandung, naik bis Damri jurusan Alun-alun - Situ Ciburuy. Turun di Situ Ciburuy dan lanjut naik angkot jurusan Citatah. Bilang aja ke sopir angkotnya mau ke Pasir Pawon. 

2. Sejujurnya saya gak inget kalo mesti ditulis di sini, turunnya di sebalah mana kalo dari angkot. Yang pasti setelah turun angkot, kamu nyebrang jalan (sebelah kanan jalan). Seinget saya sih, jalan masuknya ada dua. Satu, jalan masuknya diapit dua gapura yang di bagian atasnya ada tulisan Pasir Pawon. Dua, jalan masuknya ada dua arah, ditengah-tengahnya ada pembatas jalan. 

3. Patokannya kalau kalian udah lihat pemandangan perbukitan kapur (kawasan Tagog Apu, namanya) di sebelah kanan dari tempat kamu duduk di dalem angkot, berarti sudah dekat. 

4. Dari depan jalan masuk, ada Ojek. Mau jalan kaki bisa, mau naik ojek lebih baik karena kalau jalan kaki mah jauh euy. Pulangnya bisa janjian sama Tukang Ojeknya. 


Yang naik kendaraan pribadi:
Ikuti petunjuk arah di atas. Hahhahaha :D garing ih :P

Baca juga:

Stone Garden In The Morning

Teks: Nurul Ulu
Foto: Indragele

Stone Garden In The Morning

20 November 2014
Hey all! 

Instagram benar-benar alat ampuh untuk pariwisata Indonesia. Picture speaks louder than word adalah benar. Gara-gara nongol di Instagram, pemuda-pemudi Jakarta Bandung gak mau ketinggalan dijepret di antara bebatuan Pasir Pawon, eh Stone Garden maksudnya.



Kenyang Makan-makan di Keuken #5 di Balaikota Bandung

19 November 2014
Pernah nulis tentang Keuken #5 di sini. Lebih detail tentang konsep acaranya baca di link itu aja yak :D

Kalau saya ditanya kapan waktu yang tepat buat liburan ke Bandung, well gak ada waktu yang tepat. Semua waktu oke buat ke Bandung mah. Musim panas ya kepanasan, malam kedinganan. Musim hujan ya kehujanan tapi suhu dinginnya gak separah kalau musim kemarau sih. 

Yang pasti sih sesuaikan kedatangan di Bandung dengan festival yang ada di sini. Bandung masih kurang sih dalam koordinasi festivalnya dengan Pemkota Bandung. Gak kayak Yogyakarta yang kental dengan festival budayanya dan udah pada terjadwal, jadi turis tau kapan mesti ke Jokja biar bisa nonton acara festivalnya. 

Di Bandung mah masih jalan sendiri-sendiri euy. Pemkot sibuk promo tempat wisata di Bandung. EO juga bikin acara ya gitu aja, belum kompakan sama Pemkot buat menarik wisatawan. 

Kata saya sih gitu :D 

Tanakita Camp: Petunjuk Arah, Cara Memesan, dan Tipsnya deh Sekalian :D

16 November 2014
Ini ya petunjuk arah menuju Tanakita Camp. Info arah ini berkat bantuan Teh Emma. Teman saya, traveler yang bermukim di Sukabumi. Saya kasih tahu petunjuk arahnya dari Bandung aja yak, yang dari Jakarta bisa baca review teman saya di sini. 


Kendaraan Umum
  1. Ke terminal Leuwi Panjang dan naik bis jurusan Sukabumi. Ongkosnya 25.000. Lama perjalanan tiga jam idealnya. Ditambah macet dan tralala lainnya ya 4 - 5 jam. 
  2. Turun di terminal Sukabumi. Lanjut naik angkot warna hijau jurusan Cisaat. Ongkosnya 3.000
  3. Turun di depan masjid Raya Agung, di depan Polsek Cisaat. Seberangin jalannya dan berjalan kaki ke arah jalan Cisaat. Cari angkot merah jurusan Kadudampit. Ongkosnya 5.000 (kata penduduk lokal sih 3.000 aja sebenernya). 
  4. Nanti angkotnya akan membawa kamu sampai mentok ke wanawisata Situ Gunung dan Curug Sawer (gerbang masuk ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango). Nah turun di gerbang itu, belok kiri, jalan terus, gerbang Tanakita Camp ada di sebelah kiri.
Kendaraan Pribadi
Ya ikutin petunjuk arah di atas :D Kurang lebih sama aja sih hehehe. 

Katanya sih Tanakita Camp menyediakan jasa jemputan. Nah harus kontak mereka langsung nih biar bisa tanya-tanya perihal ini. 



Cara Memesan

Nah ini mesti buka websitenya Tanakita Camp dulu. Di http://tanakitacamp.com/wp/. Klik bagian Kontak, ada no telepon yang bisa dihubungi di situ. Yang mau liburan keluarga, berdua dengan teman atau pasangan, malah sampe urusan gathering perusahaan, Tanakita Camp cocok buat semuanya.

Harga menginapnya 550.000/ORANG/Malam. Anak di bawah umur dua tahun masih gratis. Harga ini sudah termasuk makan 3x, ngemil 2x, minum sepuasnya, dan flying fox/trekking. Kalau mau River Tubing kayak saya nih, nambahnya 150.000.



Tips ke Tanakita
  1. Kalau gak bawa anak, gak usah ribet bawa segala macam. Tanakita Camp gak sedingin yang saya bayangkan. Mungkin karena angin super dinginnya sudah luntur digerus air hujan. Padahal bawaan saya sudah siap tempur dengan udara dingin. Hihihi. 
  2. Gak usah dikit-dikit dingin pakai jaket. Itu udara model di Tanakita itu jarang sekali. Biar aja suruh nempel ke kulit. Sedikit masuk ke rongga badan ya nikmati. Didoain biar gak pada masuk angin. Kami bertiga, kehujanan dan enggan memakai jaket, selamat dari penyakit masuk angin. Yang penting perut gak kelaparan :D
  3. Bawa peralatan mandi sendiri. Tanakita wujudnya setengah hotel. Nyaman ala hotelnya nikmat banget, tapi pengalaman kempingnya masih meninggalkan jejak orisinil: bawa peralatan bersih-bersih badan sendiri :D
  4. Pakai sepatu, terutama kalau ada niat ikutan River Tubing. Sebaiknya ikutan River Tubing deh. Asyik sekali, menggenapkan kenikmatan pengalaman menginap di Tanakita soalnya :D
  5. Kameraaaaa! Bawaan wajib ini mah.
  6. Check in jam 14.00. Datang lebih pagi lebih baik mengingat trafik yang tidak terduga. Apalagi kalau akhir minggu, brutal traffic :D
  7. Yang pake panduan GPS, ini titik koordinat Tanakita Camp yak : 
    S. 06 50' 14.3" - E. 106 55' 27.1"


Baca juga:

Tanakita Camp: Trekking ke Situ Gunung dan River Tubing

13 November 2014
Jangan tidur sampai siang di Tanakita Camp. Nyesel!








Kami dong, bangun jam setengah empat subuh. Hahaha. Habisnya di tenda, meskipun lampunya sudah dimatikan, tapi kok kayak sudah pagi. Fatamorgana dalam tenda ini namanya :D

Gerimis di Tanakita Camp

12 November 2014
Tulisan sebelumnya baca di sini. 

Sesampainya di Tanakita, kami setor muka dulu ke kantornya. Berbeda dengan hotel atau resort, tempat ini gak ada resepsionisnya :D Saya nyelonong aja sih dan nanya ke petugasnya. Itu pun saya hati-hati bertanya karena pegawai Tanakita Camp tidak berseragam. Nyampur dengan tamunya. Salah-salah saya malah nanya ke tamu pan gak enak. Hehe :D 

Melihat pemandangan Tanakita Camp, boro-boro mau cepat masuk tenda. Seperti habis lari marathon Bandung - Sukabumi, Tanakita adalah garis finishnya. Klimaks. Seneng!

Kami nonton dulu pemandangan hutan dari balkon Tanakita. Saat itu masih gerimis. Dingin mulai memeluk badan kami. Ah tapi gak kepikiran memakai jaket. Udara sedingin, bersih, dan sesejuk ini nempel ke kulit, kapan lagi? Sedikit gerimis gigit-gigit badan gak apa-apa lah. Hihihi :D

Kemping Manja di Tanakita Camp

10 November 2014
Hi there! 

Pernah kemping gak? Kemping bukan kegiatan yang saya suka tapi juga gak benci-benci amat padanya. Cukup sekali dalam satu tahun lah mengalami tidur tanpa kasur, masaknya ribet, dan buang air tanpa toilet :D

Nah baru saja minggu kemarin saya dan Gele mengalami yang namanya kemping manja. Tenda gak bocor meski hujan deras, tidak kedinginan, tidur beralas kasur, tidak kelaparan, dan bisa mandi pake air hangat! Ada toiletnya pula. 

Kemping macam apa coba itu :D Hihihi. 

Karena saya sudah pernah merasakan kemping 'susah', pengalaman kemping yang saya alami baru -baru ini luar biasa nikmatnya. Di mana kempingnya?

Di Sukabumi. Kaki Gunung Pangrango. Gak jauh dari Situ Gunung. 
Nama tempat saya kemping: Tanakita Camp. 

Kami bertiga - saya, Gele dan Nabil - berangkat dari Bandung pagi hari menggunakan transportasi umum. Pokoknya target sebelum jam 12.00 sudah sampai Tanakita Camp. Check in jam 14.00 sih, pengen sampai sebelum jam check-in euy. Tapi yah...transportasi umum kita masih jauh dari baik. Alhasil sampai di kaki gunung pukul tiga sore. Wew. 

Capek banget yah ternyata mengarungi jalanan Bandung - Sukabumi dengan bis dan dua kali ganti angkot, terutama bonus macet dan hujannya itu loh. Muka luyu, badan lesu, dan perut lapar.  Dua kaki saya sudah teriak-teriak, "kapan sampainya woi?." 

Di angkot terakhir yang membawa kami ke Tanakita Camp, hati ini sudah deg-degan. Seperti kopi darat dengan pacar online. Apakah tempatnya bagus? Apa tempatnya bersih? Kami bakal tidur nyenyak gak? Apa Nabil akan merengek minta pulang? Bakal senang gak saya di sana? Sia-sia gak sih perjalanan ini? 

Sampai kemudian, setelah 10 menit berkendara dari keramaian daerah Cisaat Sukabumi, pemandangan rumah berganti kebon, panorama gedung berubah jadi pepohonan. Aroma gunung mulai tercium. Wangi hutan sudah semerbak. Kami satu-satunya penumpang di dalam angkot warna merah. Mentok sampai ke pintu gerbang masuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (penduduk lokal sih kenalnya Wanawisata Situ Gunung), kami turun dan manyun karena harus bayar sopir angkotnya 15.000. Woi, cuma 20 menit perjalanan aja masa dua orang bayarnya lima belas ribu.

Dari pintu gerbang Wanawisata tersebut kami jalan kaki lagi masuk trek menuju Situ Gunung. Kira-kira 100 meter saja dan sampailah kami di gerbangnya Tanakita Camp. 

Hati ini makin deg-degan. 

Gerimis dan dingin. Kami melangkah masuk. Dan..dan..dan... ya ampunnnnnnnn... ini dia Tanakita Camp!