Social Media

Image Slider

Makan Bakmoy di Kedai Rukun

24 November 2022

Waktu kapan itu saya baca buku judulnya Jogja Bawah Tanah, ada satu artikel tentang Kedai Rukun berjudul Cita-Cita Bapak, Resep Ibu, dan Janji Anak. Ibunya jago meracik masakan. Almarhum ayahnya mengajak buka kedai. Si anak inilah, bernama Muhammad Bagus Panutun, yang membuat Kedai Rukun.

Karena membaca artikel tersebut saya ancang-ancang akan mampir ke Rukun (begitu orang Jogja menyebutnya) kalo sedang berada di Jogjakarta. 

 

kedai rukun jogja


Hamdalah nyampe juga saya di Rukun. Kupesan Bakmoy dan segelas teh di sana. Menurut artikelnya, Bakmoy dan Brongkos merupakan dua menu yang pertama hadir, buatan ibunya Bagus. Dan Bakmoy favorit almarhum ayahnya.

Bakmoy adalah makanan berkuah. Ada potongan tahu, daging ayam, dan telor pindang dalam kuah kaldu. Nasinya tenggelam di dalam kuah.

Sebelum wafat, si ayah mengatakan pada Bagus, bagaimana kalau ia keluar saja dari tempatnya bekerja dan menyarankannya membuat kedai sendiri. Meski gak banyak ayahnya juga memberi sejumlah uang untuk mewujudkan cita-cita kedai tersebut.

Bila kedainya tutup, ibunya Bagus bakal protes karena ibu kepingin ada kegiatan, kegiatan masak dan ngurusin pelanggan itulah sekarang yang dikerjakan ibunya. 

 

bakmoy kedai rukun


Begitulah ceritanya mengapa saya datang ke Rukun dan memilih menu Bakmoy. Gara-gara baca buku itu. 


Saat saya bersambang ke Rukun, saya baru saja selesai mengikuti tur di Taru Martani. Kedua kakiku capek, badan capek, dan inginnya langsung ke penginapan saja. Namun Kang Farhan dari Cerita Bandung meyakinkan saya agar mampir dulu ke Rukun. Iya, saya bertemu Kang Farhan di turnya Alon Mlampah - Taru Martani padahal gak janjian. 


Wah syukurlah saya mengikuti sarannya. Hehe. Suapan pertama bakmoy terasa merontokkan rasa capeknya. Hangat kuahnya itu loh. Belon lagi seporsi bikin waregregreg!

Google aja Kedai Rukun lokasinya di mana. Selama di Jogja saya ke sana ke sini pake gojek aja, arah lokasinya gak tau-tau acan.

Artikel yang bagus tentang Kedai Rukun  itu dapat kalian baca pada buku berjudul Jogja Bawah Tanah. Beli saja di Tokopedia, nih saya cantumkan linknya: beli di sini.


buku jogja bawah tanah
kedai rukun jogja

kedai rukun jogja

kedai rukun jogja

Cerita Dari Taru Martani, Pabrik Cerutu Satu Abad di Jogjakarta

23 November 2022

Main ke Jogjakarta tujuan utamaku ikutan tur yang dirancang operator bernama Alon Mlampah. Tur jalan kaki ini berlokasi di sebuah pabrik cerutu berusia 104 tahun. Taru Martani namanya, artinya daun yang menghidupi. The leaf of life. 

 

taru martani pabrik cerutu jogja


Tur berlangsung pukul 1 siang (18/11/2022). Hari itu Jogja adem banget. Tiga hari dua malam di Jogja cuacanya teduh. Beruntung sekali rasanya hehe. 


Taru Martani mulanya ada di zaman kolonial, pengusaha Belanda yang mendirikannya. Di zaman revolusi kepemilikan pabrik dipegang Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Kini Taru Martani adalah perusahaan daerah.  


Taru Martani artinya the leaf of life. Daun yang menghidupi. Agak ironis dengan tembakau yang dianggap mematikan paru-paru, sebetulnya sih. Namun namanya hidup selalu ada paradoks. Hehe. Dan postingan ini tidak sedang menghakimi tembakau dan penggemarnya yha.


Daun yang menghidupi adalah nama pemberian Sultan Hamengkubuwono IX. Menghidupi di sini ditujukan pada pegawai-pegawai dan orang yang terlibat dalam ekosistem pabrik cerutu tersebut.

Pak Adam memandu kami, katanya boleh masuk pabrik dengan syarat: gak boleh rekam video. "Nah kalau foto boleh," ucap kepala produksi Taru Martani itu. 

 

 taru martani pabrik cerutu jogja


Gak banyak sambutan bertele-tele ala pegawai pemerintah. Ia menuntun kami berjalan, lewati koridor panjang menuju ruang produksi yang pertama. Semacam wall of fame di dinding koridor ada foto-foto tokoh nasional dan dunia yang pernah datang ke Taru Martani. 


Terus tahu gak, ada Che Guevara dong. Wah mengapa bagian Che dilewatkan. Bagaimana ceritanya ia bisa berkunjung ke Taru Martani. Cerutu apa yang ia sukai. Terlebih lagi, ngapain dia ke Jogja?

Apakah saya melewatkan cerita tentang cerutu Taru Martani dan Che ini ataukah memang gak diceritakan oleh Pak Adam ya. Ah ya sudahlah. 


Kami lihat produksi di ruang bagian daun pembungkus cerutu. Di sini daun tembakaunya difermentasi. Produksi tahap kedua ada pembuatan kepompong cerutu. 


Tahap ketiga ada proses melinting. Terakhir tahap produksinya adalah pengemasan.


Usai dikemas cerutu gak langsung dijual tapi masuk ruang penyimpanan. "Ada proses drying, freezing, dan relaxing selama 35 hari,"  Pak Adam melanjutkan "kalau sudah melewati tahap itu cerutu sudah siap jual." 


Ribet prosesnya. Ditambah cerutu itu murni tembakau. Menurut Pak Adam, dalam satu cerutu ada 5-7 jenis tembakau. Daun tembakau diambil dari Jember, Situbondo, Labalangka, Lombok. Nampaknya lokasi itulah penghasil tembakau unggul sih.


Cerutu Taru Martani kualitasnya ekspor. Standarnya internasional. Pak Adam yang bekerja di sini sejak tahun 1997 cerita kalo resep racikan cerutu di sini basednya holland taste alias seleranya wong eropa. Pasar ekspor terbesarnya Jerman. Ada juga Rumania, Swis, Lebanon, dan lain-lain. 


Baru kutahu juga ukuran cerutu beragam. Ada yg besar, kecil, atau beda bentuk. Pak Adam bilang best sellernya Taru Martani adalah Robusto. 

 

 taru martani pabrik cerutu jogja


Masa kejayaan Taru Martani sudah lewat. Yaitu tahun 1990-1998. Habis itu penjualan menurun. Kini produksi Taru Martani 40.000 batang/hari utk pasar ekspor dan lokal. Pegawainya sekitar 230an.


Pada masa kejayaannya, pegawai Taru Martani ada ribuan. Tahun 1990-1998 era keemasannya.


Bisa dibilang Taru Martani terdampak kampanye antirokok. Apalagi di Eropa tahun 1960 ada larangan merokok di ruang publik. 


Menurutku pun cerutu bukan produk massal ala rokok sih. Harganya mahal, produknya juga murni tembakau. Orang-orang tertentu aja yang bisa menghisap cerutu: orang dengan kekuasaan atau orang dengan banyak uang. Atau yah cerutu memang rokok orang-orang kolonial sih. 


Namun namanya juga perubahan zaman. Cerutu yang murni tembakau ini sekarang dibuat versi murahnya. Taru Martani pun memproduksi cerutu macam itu. 


Fakta menarik lain diceritakan Pak Yuda, anak buahnya Pak Adam. Selama pandemi penjualan cerutu dan tis meningkat (tis = tingwe, rokok kretek dengan saus). 


"Orang-orang diem di rumah aja mungkin jadi gak banyak kegiatan, akhirnya nyoba ke cerutu dan tingwe,". 


"Atau kesepian kali ya, Pak?" tanyaku. Pak Yuda ketawa. Che Guevara pernah bilang sih, ‘mengisap cerutu di kala senggang ialah sobat sejati bagi pejuang yang kesepian’. Pejuang yg Che maksud pejuang revolusi sih, tapi ya bisa disambungin mungkin, pejuang pandemi. Hehe.

 

taru martani pabrik cerutu jogja


Di belakang pabrik ada bangunan bekas kapel, tempat ibadah umat kristen. Kita tahu prinsipnya penjelajah kolonial adalah 3G: glory, gold, dan gospel. Nah Taru Martani juga dirancang demikian. Misi penyebaran kristen katolik juga terjadi di pabrik ini. Sekarang kapelnya berfungsi jadi ruang loker pegawai Taru Martani. 


Di depan kapel ini pula turnya berakhir. Alon Mlampah memberi kami suvenir ala Taru Martani.


Bila ingin membeli produk Taru Martani bisa datang ke pabriknya. Ada koperasi di sana dan bisa beli eceran.  Kalo beli online bisa buka Tokopedianya instagram @tarumartani1918coffee, klik saja link di bio akun tersebut. 


Begitulah sekilas cerita dari Turnya Taru Martani. Detail-detail tahun, nama, kronologis cerita silakan diketahui saja langsung dengan mengikuti turnya Alon Mlampah.


Jogja seru amat walking tournya! Matur nuwun, Alon Mlampah! Saya harus nabung agak banyakan nih biar bisa sering-sering ke Jogja sih ikutan tur jalan kaki di sana. Hehe.



taru martani pabrik cerutu jogja

taru martani pabrik cerutu jogja

taru martani pabrik cerutu jogja


Photo courtesy: Ulu