Ramsih adalah nama Ibu dari penulis bukunya. Jadi bisa dibilang buku ini adalah biografi. Kisah nyata seorang anak di sebuah kampung di Padalarang Bandung tahun 1960an.
Ceritanya
si penulis, Iwan Yuswandi, membuat proyek nulis mengenai ibunya sendiri.
Tulisannya rampung sejak 10 tahun lalu. Tahun 2021 mulai dia rapi-rapiin
lagi tulisannya. Di Hari Ibu 22 Desember, bukunya naik cetak sebanyak 10
eksemplar aja.
Saya beli
bukunya gara-gara gak sengaja baca resensi di instagram. Peresensinya
kenal si penulis. Kebetulan nama penulis dimention. Juga untungnya penulis mencantumkan nomor hp di bio instragam.
Rupanya
buku ini hanya tersebar di lingkaran kecil penulisnya. Namanya juga
proyek independen, proyek pribadi. Gak heran cuma dibaca teman/keluarga
sendiri. Saya orang di luar lingkaran si penulis. Hehe. Beruntung dong bisa beli bukunya!
Ceritanya
buku Ramsih ini berlatar dusun Parakan Kopo dan Cikubang. Ada juga
Tagog Apu. Lokasi cerita dalam buku ini semuanya di Padalarang. Setingan
tahun 1950-1960an.
Ramsih yang ditulis dalam buku adalah Ramsih usia 8-12 tahun. Penulisnya menjalaskan desanya Ramsih, Parakan Kopo dan Cikubang, secara rinci:
"Irigasi
itu mengalir tenang sepanjang hari. Dari mulai habis kampung terakhir,
setelah menuruni jalan setapak, jembatan yang menghubungkan aliran air
irigasi terlihat kokoh.
Kurang lebih lima kilometer dari jembatan tua itu untuk menuju rumah Ramsih.
Dari
sisi kiri tembok lapuk irigasi, jalan sempit tampak menggurat ke depan
dan berkelok-kelok. Jika menuju Kampung Parakan Kopo dari arah Kampung
Cipulus, tepian irigasi sebelah kanan merupakan tebing dan bukit-bukit
landai."
Keseharian Ramsih bisa kita baca di buku ini. Lengkap dan detail. Pukul
dua dini hari Ramsih bangun tidur dan bantu ibunya menumbuk padi.
Dilanjut jalan kaki dan gegeroh di sungai, sekalian nyuci baju. Abis itu
cari jukut buat makanan kambing-kambing asuhan Ramsih.
Gak bisa bayangin sih saya, anak kecil umur delapan tahun udah bangun pukul dua malam. Kenyataannya begitu ada.
Ada
juga satu bab menarik, cerita tentang DI/TII. Di Cikubang para pria akan
mengungsi ke arah dayeuh (kota) bila malam tiba. Sementara di rumah
hanya ada istri, ibu, dan anak-anak. Di buku ini dikasihtahu mengapa
terjadinya demikian, kok bisa malah perempuan yang ada di rumah sementara para pria bersembunyi. Baca aja sendiri. Hehe.
Terus
banyak kelakuan orang di zaman dahulu kayak adopsi anak dari keluarga
sendiri. Ramsih diadopsi kakaknya sendiri dan dibawa keluar kampung
gitu. Diingat-ingat lagi, budaya menitipkan anak memang budaya kita gak sih? Saya pun dahulu diasuh oleh kakaknya nenek sebab ibuku hamil besar dan harus mengurus satu anak bayi.
Kembali ke Ramsih, di rumah kakaknya ia membantu menyelesaikan pekerjaan domestik. Usia 10 tahun baru masuk sekolah. Lalu umur 12 harus berhenti sekolah karena sesuatu hal. Di buku ini dijelaskan alasannya dan pilu banget.
Bayangin,
pengen sekolah tapi gak bisa lanjut sekolah. Ramsih cuma bisa natap
anak-anak pergi-pulang sekolah dari warung kakaknya.
Namun
anak Ramsih nih, Iwan Yuswandi yang menulis buku ini, adalah pekerja di
bidang perbukuan. Dia adalah ilustrator, penulis buku anak-anak, dan
menjadikan ibunya sebuah buku.
Wah di surga ibunya bangga banget kali yah!
Bagus bukunya. Kekurangannya hanya gak ada dialog dalam bahasa sunda, itu aja.
Mungkin saat mengetahui buku ini kamu akan bertanya, siapa dan mengapa Ramsih. Saya pun demikian, tida mengenali penulis apalagi kenal ibunya. Buku yang sangat terasa personal bagi penulis bukan saya.
Namun di sisi lainnya, penggambaran penulis akan Padalarang tempo dulu itulah yang saya ingin ketahui. Kita gak akan memperoleh deskripsi Tagog Apu seperti di buku ini bukan kalau bukan warga setempat yang menulisnya.
Deskripsi tentang DI/TII. Perbukitan di sana. Pekerjaan warga apa saja. Peran perempuannya bagaimana. Binatang peliharaannya apa. Transportasi umumnya ada gak. Dan sebagainya. Memang terlihat gak menarik, tapi relevan atau tidak menurutku pasti ada yang membuat pembaca dan cerita saling terhubung. Kurasa itu makanya saya tamatin bukunya.
Kalo mau beli bukunya di IG penulis @iwan.yuswandi.