Beberapa waktu lalu saya main ke De'Ranch. TV swasta nasional banyak yang meliput tempat wisata ini. Saya pikir saya juga boleh deh nyoba main kesana. Toh dari rumah deket.
Dua alasan saya gak pernah datang ke tempat wisata populer di Bandung Utara adalah karena kedekatan lokasinya dengan rumah saya. Males :D Juga karena kemacetannya. Seolah-olah semua orang dari penjuru Nusantara hanya menuju Bandung utara alias Lembang. Ya, disanalah De'Ranch berada: l e m b a n g.
Saya mau mencari tahu, memang apa sih yang kalian para turis cari di Lembang?
De'Ranch mungkin bisa jadi petunjuk pertama saya. Hari Rabu adalah waktu yang tepat buat ke De'Ranch karena bebas macet. Selasa - Jumat saya rekomen adalah waktu yang baik untuk berwisata di Bandung. Sabtu dan Minggu itu rentan macet.
Dari Jalan Setiabudi saya melancong ke Lembang dengan kendaraan berupa Angkot. Biayanya 3ribu. Jarak tempuhnya kira-kira 13 kilometer. Waktu tempuhnya kira-kira lagi adalah 20 menit.
Angkot tidak membawa saya sampai di muka De'Ranch. Harus jalan kaki dulu dari tempat Angkot menurunkan saya. Cuma lima menit saja dan sampailah saya di tempat wisata yang banyak kudanya ini.
Sesaat saya mau menikmati udara Lembang. Sejuk. Dingin. Udaranya jernih sebersih air mineral. Oksigen masuk ke semua rongga badan buat badan terasa ringan. Ini dia yang mereka, turis, suka rupanya. Satu: u d a r a.
Biaya masuk ke De'Ranch terbilang murah, lima ribu rupiah perorang. Itu pun jadi 'tiket' untuk dapat satu gelas susu murni yang rasanya bisa kita pilih sendiri. Saya pilih rasa Strawberi waktu itu. Manis dan enak.
Saya mengamati area bermain di De'Ranch. Wah lumayan ya luas juga lahannya. Bukit besar berdiri gagah di depan teras De'Ranch. Di belakang bukit itu ada yang lebih juara lagi: Gunung Tangkuban Parahu. De'Ranch punya halaman belakang yang indah sekali. Saya suka.
Disini banyak kuda. Banyak rerumputan yang bisa diinjak bahagia. Banyak kursi dan meja makan. Dan, banyak pilihan makanan dan jajanan. Seru!
Pada dasarnya De'Ranch menawarkan konsep wisata kuda. Wisata ala koboi-koboi di Amerika. Jadi kita pilih, mau naik kuda atau delman. Kita dibawa keliling lapangan. Kalau berkuda kita diwajibkan (tapi kayaknya gak wajib juga sih :D) memakai rompi koboi & topi koboi. Seorang mamang (tukang, sundanese) mendampingi kita selama berkuda. Kita diatas kuda, mereka jalan kaki memegang tali kekang. Luas lapangannya gak bisa saya kasihtau karena saya memang gak tau. Lapangan sepakbola aja kayaknya lebih kecil dari lapangan De'Ranch.
Kuda bukan satu-satunya objek wisata disini. De'Ranch melengkapinya dengan banyak area bermain buat orang gede dan buat anak kecil. Misalnya area pemancingan, bersepeda, trampolin, dan semacam gokart-gokart-an.
Saya bermain ayun-ayunan dulu. Saya pikir-pikir ini pemandangan alam di luar kompleks De'Ranch luar biasa sekali. Cantik sekali. Hijau dan tinggiiiiiii sekali. Saya main ayunan sambil nontonin pemandangan bukit & gunung. Lagipula, kapan terakhir saya main ayun-ayunan ya... sudah lama sekali. Saya main ayunan-ayunan dengan gaya kaki menendang-nendang Gunung Tangkuban. Hehehe.
Dari Ayunan saya beralih ke yang lain. Jalan kaki. Masih dalam rangka pengamatan medan :)) Orang-orang datang kesini karena mencari tempat untuk melepas penat atau mengajak bermain anggota keluarga. Bisa juga dalam rangka kunjungan sekolah atau kerja. Satu yang gak bisa terpisahkan dari tempat ini ya udaranya. Sarana wisata lainnya adalah penunjang agar kita-kita berlama-lama disana, terus makan deh.
Di De'Ranch, harga tiket masuknya murah. Harga tiket per arena wisatanya yang gak murah. Jadi saya gak akan bermain banyak-banyak disini. Hehehe.
Habis jalan kaki sebentar, saya putuskan satu objek yang mau saya coba: delman. Saya tidak tertarik bersepeda. Juga tidak mau memancing. Tidak mau yang lain. Hanya delman. Saya masih terkesima dengan bukit dan gunung. Dengan lahan yang dipunya De'Ranch, saya rasa cara terbaik menikmatinya adalah dengan naik delman. Udaranya sejuk, pemandangannya cantik, angkutannya tradisional. Cocok. Ibaratnya manusia lagi pake pakaian yang matching, semuanya saling cocok.
Ongkosnya dua puluh lima ribu. Dalam hitungan saya ini mahal. Tak apa, untuk sekali ini saja. Satu delman, untuk tiga orang. Empat dengan kusirnya. Saya suka sekali sama delman di De'Ranch. Tanpa De'Ranch, delman gak akan semenyenangkan ini. Tanpa hari rabu, delman yang saya naiki gak akan sesyahdu ini suasananya. Saya berada di waktu dan tempat yang tepat.
Delman adalah alat transportasi jaman nenek saya masih muda. Sekarang pun masih ada. Namun keberadannya bersaing dengan klakson dan badan dari mesin roda dua & empat. Jalanan gaduh. Jalanan berdebu. Kuda menebar kotoran dimana-mana, kusir tak peduli dengan itu. Pusing saya.
Tapi disini, sepertinya saya seolah-olah sedang jadi nenek saya di Bandung tahun 30an. Hening, hijau pohon, dingin, sejuk. Aahh berapa kali saya ketik kata 'sejuk' disini ya :D Etapi inget ya, datangnya pagi-pagi bukan di hari sabtu dan minggu biar dapet keheningannya.
Kusir delman saya bercerita bahwa dahulunya lahan De'Ranch ini yang punya orang Belanda. "Ada banyak kuda dan kandang-kandangnya", cerita Bapak Kusir. Saya tebak, orang Belanda itu juga tinggal disini. Tebakan saya salah. Hahaha :D Rupanya hanya kandang-kandang kuda saja. Apa ya istilahnya... istal kuda?
Paling gak, pemandangan yang saya nikmati ini juga pasti diminati orang-orang Kolonial itu. Saya rasa orang-orang Belanda yang dulu pernah tinggal di Bandung pasti memilih spot ini untuk ditinggali. Walau pada akhirnya 'hanya' jadi kandang kuda :D toh mereka nongkrong juga disini, seperti turis-turis jaman sekarang.
Cuaca Lembang mengingatkan mereka dengan cuaca di Belanda yang dingin. Waktu saya berdiri di lapangan De'Ranch yang menghadap ke arah bukit dan gunung, saya membayangkan sayalah orang Belanda itu. Ini yang mereka suka. Pemandangan tropis dengan cuaca yang mirip dengan tempat lahir mereka.
foto diambil dari webnya De'ranch di http://deranchlembang.com/id/