Social Media

Image Slider

Daftar Toko Bahan Kue di Bandung (Murah-murah!)

22 April 2019
Toko Bahan Kue di Bandung ada banyak. Ada yang mahal, murah apalagi.

Berhubung mau masuk bulan Ramadan, waktunya saya ngasitahu toko-toko bahan kue yang rekomendid. Sebab apa? barangkali butuh rekomendasi toko bahan kue di Bandung supaya budget bikin kue keringnya bisa ditekan tapi rasa tetep enak :D heheheh.

Baca juga: Beberes Lebaran Sewa GO-CLEAN Aja

Ada 2 toko bahan kue  di Bandung yang jadi andalan saya berbelanja bahan kue. Toko Sejati dan toko belakang Pasar Baru. Selain murah-murah, produknya juga bagus. Di toko belakang Pasar Baru itu saya belanja keju edam buat bikin kue kering keju. Ibu mertua saya sih yang suka belanja di sana. Saya kebawain :D

Jadi langsung aja nih!

1. Toko Sejati

Toko bahan kue termurah se-Bandung. Andalan saya belanja bahan kue.
Bisa digojekin.
Kalo datang langsung, ambil kertas terus tulis pesanan. Kasih aja ke pelayan toko dan tunggu dipanggil.
Jl. Suniaraja 20
Tlp 022-420.1760

2. Dwi Berkat

Di sini butter wysman termurah se-Bandung.
Bisa digojekin.
Jl. Belakang Pasar no. 118 Gardujati
Tlp 0813.1222.2908

Belakang Pasar Baru ini surganya toko-toko loyang dan toples. Kenapa? MURAH!

3. Toko Harum

Ibu mertua saya kalo belanja di sini. Tapi stoknya gak lengkap.
Di sebelah Lotek Kalipah Apo.

4. Mutiara Kitchen

Gak ada bahan kue, tapi buat peralatan memasak kue di sini murah-murah banget!
Datengin tokonya yang di Bypass. Stoknya lengkap.
Tempat belanja favorit karena bersih, gak panas, dan enak aja kayak belanja di supermarket.
Bypass 497 seberang Bank Mandiri.

5. Sepanjang Kalipah Apo

Banyak toko perlengkapan masak. Langganan saya Toko Subur.
Di jalan ini juga ada distributor cokelat elmer (CV Sakura).

6. Toko Bahan Kue Bandung

Jl Baranang Siang 75B

7. TBK Lili

Jl Leuwipanjang no. 4
Gak punya no teleponnya.
Lebih murah dari Toko Sejati.

8. Ibu Cucu

Pasar Barat no. 29
022-242.163.24

Kalo bertanya, kok gak ada Kijang Mas? Mahal itu mah :D

Nah sekarang waktunya belanja bahan kue. Atau udah? hehehehe. Selamat datang, Ramadan! Selamat berbelanja di toko bahan kue murah-murah di Bandung!

Wisata Malang: Museum Bentoel dan Berburu Ketan Bubuk

21 April 2019
Kalo ada satu kota yang ingin saya datangi lagi, itu Malang.

Rasanya kayak ada urusan yang belum selesai di sana. Dan bila saat itu tiba, saya mau suami -Indra- juga ikut!

Tahun lalu, hanya saya dan Kubil yang main ke Malang. Indra di Bandung aja. Sayang juga.

Tanpa dia, berada di kota apel tersebut selama empat hari terasa ada yang kurang.

Ibu dan anak berkeliling kota, si ibu gak bisa baca peta. Hahaha. Niatnya mau menyusuri bangunan antik di sana berdasarkan peta yang saya bawa. Hasilnya? kesasar.

Tapi saya gak butuh Indra untuk bacain peta. Anggap aja rencana ke Malang ini sebagai honeymoon. Hadiah buat kami berdua sebab kami bisa bertahan satu sama lain selama...delapan tahun! Hehe.



Selain mau menginap di hotel di Malang yang agak fancy (minimal ada kolam renangnya. Lol), saya mau ajak dia ke tempat-tempat yang saya pernah kunjungi. Standar aja sih kalo di Malang tempat buat turis itu-itu aja.

Udah bisa nebak ke mana aja serunya kalo di Malang?

1. METIK APEL

Tentu saja. Hahaha. Batu di Malang ini ibarat Lembang di Bandung. Banyak tempat wisatanya. Surga buat turis. Kecuali macetnya. Karenanya mesti pintar pilih waktu ke sana.

Kegiatan metik apel ini memang remeh. Tapi enggak kalo kamu turis. Ternyata seru-seru aja hunting apel mana yang matang. Gak butuh banyak toh yang penting pengalaman metikin apelnya. Terutama buat si Kubil, anak kecil yang banyak ingin tahunya.

Bagi orang dewasa kayak saya, metikin apel juga menyenangkan. Semacam kegiatan motorik yang sederhana namun memberi kesan adem (dan gatal digigit semut :D).

Nah bila metik apel sudah. Kami beranjak ke...

2. SEHARIAN DI JATIM PARK II

Banyak tempat kayak gini di Malang. Jatim Park aja ada tiga. Sampe bingung milihnya. Tapi hasil baca-baca review di google menunjukkan, untuk kali pertama di Malang, Jatim Park II udah tepat. Banget.

JATIM PARK II IS AWESOMEEEEEEE!

Tahun lalu ke sana, saya datang jam 11 siang, pulang jam 6 sore. Yak betul. Seharian di sana hahahaha. Itupun belum semua kami jelajahi.


Ada empat wahana besar di sini: kebun binatang, wahana permainan, kebun binatang lagi, museum satwa dunia.

Bagi saya, semuanya memuaskan. Gak ada komplen. Bahkan saya pikir harusnya datang lebih pagi. Tapi tempatnya juga baru buka jam 10 :D

Sejak ke sana, dalam hati ini udah bercita-cita 'saya harus ajak Indra ke Jatim Park II'. Kalo di kota ini, opsi kunjungan ke Jatim Park I, II, dan III mesti ada di paket honeymoon Malang.


3. ES KRIM OEN DAN BANGUNAN ANTIK DI SEKELILINGNYA

Kalo di Bandung, es krim Oen ini bisa dibilang mirip resto Sumber Hidangan. Ketertarikan saya pada bangunan tua, membawa saya ke Toko Oen.

Sewaktu di sana, kami nongkrong agak lama. Saya makan es krim sambil memperhatikan ruangan. Kubil menggambar. Bila Indra ada dalam perjalanan ini, dia pasti sedang foto-foto.

Di restoran peninggalan era kolonial ini saya memesan es krim gula jawa. Juga beberapa roti. Rasanya biasa aja. Seharusnya saya browsing dulu apa best sellernya Toko Oen sih. Heuheu.


Oya, di sekeliling Toko Oen banyak bangunan kolonial. Yang paling kentara dua gereja. Saya memotret keduanya. Di Bandung, saya memperlihatkannya pada Indra. Terus dia yang "bagus banget! banyak yang antik-antik di sana?"

"Buanyaakkk!," jawab saya. Makin bulat tekad ke Malang, sebulat perut-perut kami.

4. MUSEUM BENTOEL 

Biasanya museum tutup hari senin. Di sini museumnya tutup hari selasa. Pas saya ke sana pula. Hahaha.

Gagal masuk Museum Bentoel. Padahal, sejak sebelum berangkat ke Malang saya sudah ancer-ancer mewajibkan diri ke museum tersebut.

Akhirnya kami berfoto saja di depan museumnya.

Makanya, kunjungan ke dua saya ke Malang kelak, museum ini ada di urutan pertama.

5. KETAN BUBUK WHERE ARE YOU!

Selain museum, ini juga benda yang gagal saya peroleh. Wajar kalo traveling pengen ngerasain kuliner lokalnya. Di Pasar Besar Kota Malang saya berburu Ketan Bubuk.

Jam 10 pagi waktu itu. Sesampainya di lokasinya, lapak ketan bubuknya sudah bubar.

Saya kesiangan!

Sebagai sesama pemamah biak, saya mau ajak Indra mencari Ketan Bubuk lagi. Nanti mah harus datang lebih pagi.

6. SATE KOMOH DI PASAR BARU KOTA MALANG

Kuliner yang satu ini berhasil masuk perut saya. Makan tiga tusuk. Kubil menyantap satu tusuk. Kalo Indra ada di sana, dia pasti makan 10 tusuk :D

Khusus untuk kuliner Malang, saya browsing datanya via internet. Dari web Kompas saya peroleh informasi mengenai kios-kios kuliner yang direkomendasikan di Pasar Besar Malang.

Sate Komoh khas kuliner Jawa Timuran. Terbuat dari daging sapi bagian hasnya. Dicampur dengan bumbu rempah-rempah. Lalu dibakar. Ukurannya lebih besar dibanding sate biasa. Walo besar-besar, tapi empuknya jangan ditanya. Gak susah gigitnya.

Sate Komoh ada di Waroeng Lama H Ridwan. Warung makan yang ada sejak tahun 1925. Lokasinya ada di dalam Pasar Besar. Di antara kios-kios pakaian.

Unik sih saya suka tempat-tempat yang gak fancy begini. Suasananya, hawanya kayak bukan di tahun 2019.


Terus kapan mau ke Malang lagi nih?

Segera!

Begitulah Malang dan rencana besar saya memboyong Indra ke sana. Tentang ingin berbagi hal-hal yang menyenangkan, itu yang terjadi saat saya di Malang tanpanya.

Saya hanya kirim foto via whatsapp saja saja padanya waktu itu. Sedang makan apa, enak gak, main di mana, nyampe hotel jam berapa, mainnya seru, nyasar segala, gak dapet ketan bubuk, blablabla.

Memang benar kata Christopher McCandless: happiness is only real when shared, bersama orang terkasih. Malang, tunggu kami datang!




Foto: dokumen pribadi

Acara Bedah Buku 'Journey To Samarkand' di Khalifah Tour

18 April 2019
Seminggu yang lalu (Sabtu 13/04/2019) saya menghadiri bedah buku. Journey To Samarkand judul bukunya. Ditulis oleh jurnalis Kompas Gramedia, Marfuah Panji Astuti.

Lokasi bedah buku di kantor sebuah tour & travel bernama Khalifah Tour.

Traveling tema tematik pasti saya tertarik. Saya rasa itu yang membuat saya hadir di sana.


Penulis yang sapaan namanya 'Mba Uttiek' ini bukan cuma suka sejarah peradaban Islam. Tapi cintaaaaaaaaaaaaaa banget.

Oya, buku tersebut merupakan buku ketiganya dalam rangkaian tema Jelajah Tiga Daulah.

Bukunya yang pertama, Journey To Andalusia. Lanjut yang kedua, Journey To Ottoman. Nah yang baru terbit tahun ini adalah perjalanannya di Uzbekistan, Journey To Samarkand.

Samarkand, menurut penulisnya, merupakan kota yang memukau. Saking menawannya, bawaan orang yang ke sana jadi puitis. ''Berbunga-bunga,'' kata Mba Uttiek.

Bila di Andalusia ia merasa patah hati. Di Ottoman, muncul kebanggaan bangkitnya peradaban Islam. Maka di Samarkand rasanya seperti sedang jatuh cinta. Tutur Mba Uttiek sungguh-sungguh.

Penulis yang juga wartawan ini mengakui bahwa sebagai jurnalis, ia memiliki beban bila tidak menulis dan menerbitkan buku.

Ditambah statusnya sebagai muslim, ia mengatakan bahwa menulis adalah jalannya berdakwah.


Ada beberapa hal yang Mba Uttiek ucapkan perihal tip menulis catatan perjalanan. Tipnya sudah dan akan saya praktekkan. Apa aja?
  1. Riset. Riset. Riset
  2. Menentukan framing. Maksudnya begini. Sebelum traveling, kamu sudah tahu akan membuat catatan perjalanan. Membuat karya tulis. Nah agar tulisannya fokus dan terarah, tentukan temanya sedari awal. Dalam buku tersebut misalnya, framingnya menyusuri jejak peradaban Islam. 
  3. Mencatat saat perjalanan. "Karena perasaan sewaktu di tempatnya langsung memberi efek wow yang berbeda bila kita endapkan ekspresinya setelah beberapa hari," tutur Mba Uttiek. Karenanya ia sangat menyarankan mencatat. Mau nulis di buku, di notes smartphone, atau langsung ditulis dalam bentuk status di media sosial. Intinya, tangkap momen dalam bentuk tulisan pendek.  
  4. Membuat outline. "Outline bermanfaat supaya tulisan kita gak ke maa-mana, tidak mengulang, dan tidak ambigu," kata Mba Uttiek lagi. 
  5. Terakhir nih, baru masukan data dan fakta. 
Mba Uttiek cerita, perjalanan yang ia pilih adalah dalam rangka mengonfirmasi apa yang ia dengar dan baca. Dari kisah Shalahudin Al Ayubi yang ayahnya bacakan saat ia berumur 4 tahun hingga buku-buku yang ia lahap setelahnya: perjalanan Ibnu Battutah, Imam Bukhari, Peradaban Ustmani, termasuk Sejarah Umat Islam karya Buya Hamka. Dan masih banyak lagi buku-buku lainnya.

"Ketika sudah datang ke sana, kita bisa mengonfirmasi sejarah. Dan saya sudah tahu dulu ceritanya apa saja. Ada cerita sejarah Islam apa," tutur wanita berkaca mata tersebut.

Traveling dengan Khalifah Tour

Perjalanan Mba Uttiek menjelajahi peradaban Islam gak ia lakukan sendiri. Perjalanannya diorganisir sebuah biro perjalanan. Khalifah Tour namanya.

Berlangsungnya bedah buku 'Journey To Samarkand' juga tanpa sengaja. Ibaratnya mah, yang riset data Mba Uttiek. Pemandu perjalanannya Khalifah Tour.

"Mba Uttiek sudah berkali-kali traveling dengan Khalifah Tour, jadi kenapa tidak bedah bukunya diselenggarakan di kantor Khalifah Tour sekalian," ujar Rustam Sumarna, CEO Khalifah Tour yang juga hadir dan beberapa kali safar dengan Mba Uttiek.


Dalam acara ini disebutkan bahwa Khalifah Tour bukan hanya penyelenggara biro perjalanan haji dan umroh. Mereka juga punya paket perjalanan ke negara-negara yang kental sejarah Islamnya. Halal Tour namanya.

Pak Rustam menambahkan, Khalifah Tour gak hanya jalan-jalan senang, selfie, dan belanja. "Kami juga menyediakan pemandu yang paham sejarah Islam."

Halal Tour tersebut meliputi: Mesir, Palestina, dan Jordania (Yerussalem). Namun Khalifah Tour juga melayani paket-paket perjalanan privat. Ke Dubai, Turki, Korea Selatan, Jepang pun bisa. Seperti yang Mba Uttiek jalani.

Selain ke tiga negara Halal Tour, Khalifah Tour menawarkan paket traveling ke Uzbekistan. Berupa paket 10 hari Uzbekistan atau paket 10 hari Uzbekistan + Rusia.

Kenapa memilih Khalifah Tour?

"Saya rekomendasikan travel agent dibanding bepergian sendiri, lebih karena urusan makanan. Kalo dengan Khalifah Tour, sudah jelas halalnya" ujar wanita yang sudah bekerja 22 tahun sebagai wartawan tersebut.

Tidak hanya jaminan makanan halal, bila bicara halal artinya mencakup semua kegiatan seperti: jam sholat dan pemilihan penginapan.

Artinya, traveler seperti Mba Uttiek gak perlu riset banyak mengenai akomodasi dan urusan lain. Risetnya lebih ke kebutuhan data aja mau lihat apa dan mengapa. Sisanya, Khalifah Tour yang urus.

Kecakapan pemandu dalam bertutur juga terjamin. Utamanya handal dalam pengetahuan sejarah Islam.

Khalifah Tour
Jl. Brigjen Katamso no. 11 Bandung
022-888-5617
0813.2000.8448

Setelah bedah buku ini saya jadi mikir. Di jalan pulang ke rumah kayak termenung gitu. Kayak ada banyak pertanyaan muncul. Seperti disuruh ngaca dan bertanya pada diri sendiri.

Perjalanan-perjalanan yang saya lalui atas dasar kecintaan saya pada apa.

Jadi, Saya Menulis Blog di IG Stories...

14 April 2019
Saya udah cerita belum sih kalo saya nulis blog di ig stories?

Gak ada kerjaan amat ya nulis dobel-dobel, di stories dan di platform blogspot ini. Untuk tulisan yang sama.

Justru sebaliknya, karena banyak kerjaan saya nyempetin melakukan itu semua. Kalo enggak, otak saya stres dilindas-lindas pekerjaan atas nama uang :D




WHY?

Uang. Uang. Uang. Capek juga hidup dipake kejar uang terus. Sesekali mikirin kesejahteraan batin. Buat saya sih dengan menulis. Ini alasan pertama.

Kedua. Saya butuh interaksi. Menulis untuk blogspot, sulit membuat orang berkomentar. Mereka harus nulis nama di kolom, belon link. Kalo males, mereka bisa pilih anonim.

Tapi saya gak mau ngobrol sama anonim. Heuheu.

Di stories, orang bisa komen langsung. Dan ya saya menyukai kemudahan tersebut.

Karena kemudahannya itu, saya menantang diri sendiri agar tulisannya bikin orang mau komen :D

HOW?

Untuk tulisan yang sama, mengapa saya bikin dua versi tulisan?

Sebab: saya menulis ulang, mengemas tulisan lama dan tiap platform tersebut beda karakter penggunanya.

Di ig stories, orang kayaknya males baca teks panjang. Mesti gayanya foto-foto gitu. Gambar bukan teks.

Sementara tulisan saya di blogspot panjangnya hadeuuhhhh bikin males baca gak sih? :D wwkwkwkwk. Mudah-mudahan enggak ya.

Maka dari itu, di ig stories saya nulis pake prinsip: sederhanakan, fokus, pendek.

Udah baca tulisan blog saya di ig stories belum?

Saya pake kalimat pendek, bukan majemuk.
Tulisan saya juga gak mbeleber ke mana-mana.
Satu paragraf, 3 kalimat udah kebanyakan.

WHEN?

Bebas aja saya upload sesuka hati dan sesesampatnya saya rekonstruksi ulang tulisan.

Pengennya mah terjadwal. Misal satu minggu sekali upload tiap malam senin. Tapi komitmen saya belon ada. Takutnya jadi bacot doang heuheuheu.

Kemudian Apa?

Jadi nih, tulisan di blogspot saya bisa 1500 kata. Di ig stories cuma 600 kata. Menurut saya itu masih kepanjangan. Saya perlu belajar mangkas tulisan lagi.

Bagian menariknya, saya menyukai proses pangkas-memangkas tulisan sendiri. Memang mengorbankan idealisme. Namun di sisi lain, saya juga belajar untuk fokus aja.

Gak usah semua mau diceritakan. Fokus. FOKUS.

Dan menahan ego. Ya, belajar menahan ego.

Sejauh ini udah 3 tulisan saya upload ke stories. Masih miskin foto. Entahlah saya gak menyukai teks yang ditempel ke foto, apalagi banyak foto. Selera saya begitu. Tapi saya juga membuka diri dengan selera orang lain.

Karenanya, saya masih belajar naro foto dan teks di stories. Gak apa-apa pelan-pelan aja. Saya gak cari uang dari sini, tujuannya hanya memuaskan diri sendiri.

Meski begitu, saya juga mau tulisan saya dibaca. Dibaca banyak orang. Karenanya saya gak keberatan harus kompromi idealisme. Toh gak mengubah saya jadi orang yang berbeda juga. Masih ulu yang sama :D

Saya juga mesti belajar desain. Walo simpel aja sih modal aplikasi foto hahaha. Tapi kan selera warna saya buruk. Selera naro-naro teks dan foto jelek. Masih harus latihan nih. Ada satu temen, desainer, dia ajak kolaborasi. Nah! Menarik ajakannya.

Gak cuma foto, saya juga harus mikirin template. Ya, template teksnya.

Saya sebagai sukanya yang simpel aja, pilih warna putih dengan aksen ikon di pojok kanan bawah. Menurut saya cukup. Tapi saya tahu itu terlalu membosankan?

Begitulah saya emang orangnya. Bosenin heuheuehu :D

VIEW?

Sejauh ini sih kecil hahahaha ya kalo dibandingin Amrazing atau Nicholas Saputra atau travel blogger selebgram. Followers saya 3000, Ceu :D 

Dari tiga stories blog, angka di Forward gak lebih dari angka Impresi. Artinya, ada yang baca stories blog saya. 

Saya masih nulis di blog kok. Stories blog cuma jalan pintas aja. Sekali upload dalam waktu 24 jam, saya bisa dapet impresi 200-300. Sementara di blogspot ini gak gitu. Angka viewnya naik pelan-pelan. Udah mah saya nulis gak pake teknik SEO juga sih :D 

Terus, sejak upload stories, jumlah view yang cek profil angkanya bertambah! 

Jadi, saya rasa saya cukup berhasil membuat interaksi di instagram Bandung Diary. Bukan interaksi yang fenomenal. Hanya saja, ada pergerakan sedikit mah atuh wekekekeke. 

Ya begitulah kira-kira cerita stories blog saya. Awal-awal mah masih semangat nih ngerjainnya. Entah besok, minggu depan, bulan depan, tahun depan. Saya harap mah semangatnya nyala terus. 

Kamu follow Pinot juga gak? Saya selalu baca twit-twitnya dan jujur aja semangat begini nih, selain dorongan dari diri sendiri, juga karena motivasinya Pinot. Berkreasi aja teruslah. Gak tahu karya kita akan bawa kita ke mana. Just do it.

Kalo mau baca blog versi ig stories saya, cek ke akun @bandungdiary dan lihat highlightnya.

Tengkyu! 

Perlakukan Tempat Sebagai Entitas Hidup (Kelas Menulis Perjalanan Bersama Windy Ariestanty)

10 April 2019
Saya daftar jadi peserta workshop kepenulisan. Kelas pendek tentang menulis tema perjalanan. Mentornya Windy Ariestanty. Organisatornya Nalawa Patra. Biaya workshopnya 100ribu.

Windy editor sekaligus penulis buku. Beliau juga menggawangi beberapa travel web. Intinya mah saya ikutan acara ini karena mentornya :D

Jadi ilmu apa aja yang saya dapat?

Di kelas ini, pembahasannya dikerucutkan tentang menulis perjalanan naratif. Story telling cenah kata Mba Windy.

Artinya, kami diajak nulis bukan deskriptif-style. Tapi naratif. Kebayang gak?

foto dapet pinjem dari nybookseditor.com

Saya catat beberapa hal tentang menulis catatan perjalanan gaya naratif, berdasarkan penjelasan Mba Windy
  • Gak mesti nulis kegiatan kronologis
  • Bukan tulisan review
  • Bukan tulisan panduan perjalanan
"Menulis tulisan naratif, berangkatnya dari persoalan. Kegelisahan apa yang mau kamu bahas dalam tulisan?"
Begitu kata Mba Windy.

Saya mengerti maksudnya. Kalo jalan-jalan, biasanya saya tentuin tujuan dulu. Bukan traveling berdasarkan hits atau tidak tempat tersebut. Namun berdasarkan minat saya. Saya sukanya apa. Saya mau lihat apa. Saya mau menuntaskan rasa penasaran pada apa.

Tapi saya gak nyangka kebiasaan tersebut berperan besar dalam menulis catatan perjalanan gaya naratif sih. Baru tahu malahan :D hihihi.

Lantas Mba Windi menambahkan begini.

"Bagi teman-teman yang mau bikin catatan perjalanan naratif, sebelum kamu pergi traveling coba tanya diri sendiri. Apa alasan kamu pergi ke tempat tersebut?"

Untuk keren-kerenan?
Untuk memanjangkan ingatan?
Untuk memuaskan rasa penasaran?
Untuk yaaahh mau jalan-jalan aja gak niat mau memecahkan rasa gelisah, pengen senang-senang aja?

Saya catat lagi beberapa tip dari Windy perihal menulis catatan perjalanan bergaya story telling. Here goes!
  1. Bikin struktur tulisan, bukan urutan peristiwa
  2. Tujuan ceritanya apa
  3. Pilih pengalaman mana yang bisa membangun cerita
  4. Menulislah untuk diri sendiri. Bila menulis untuk pembaca, fokuskan mereka pada cerita. "Bukan pada banyaknya waktu dan uang yang kamu habiskan di sana," kata Mba Windy.
  5. Eksplorasi dengan panca indra. Sentuh, raba, cium aroma. Mba Windy bilang: otak bisa lupa, tapi sentuhan dan aroma melekat lebih lama dalam ingatan.
  6. Riset. Riset. Riset. Dan risetnya jangan cuma googling. Sebab Mba Windy bilang: internet membuat kita mendangkalkan konten!
Kelihatannya ribet bikin tulisan naratif? Enggak kok. Kata Mba Windy, nulis mau beribu-ribu kata bisa banget, mau cuma 700 kata juga ya kenapa enggak.

"Saat menulis catatan perjalanan naratif, perlakukan tempat sebagai entitas hidup," tutur Mba Windy lagi. Edan euy banyak banget kalimat-kalimat dia yang bisa dijadiin kutipan :D

Terus di sesi pertanyaan, ada satu orang yang pertanyaannya bagus dan emang kepikiran sih saya juga.

Gimana caranya menahan ego untuk gak nulisin segala macam dalam satu tulisan? Kan pengennya orang lain tahu apa yang kita alami, yang kita rasakan, yang kita lihat.

Mba Windy jawab: Gak apa-apa. Wajar banget. Bikin skala prioritas dan buat tabungan ide. Tempat yang didatengin cuma satu, tapi idenya banyak. Sehingga tulisannya bisa lebih dari satu.

Sayangnya dalam kelas tersebut, kami praktek nulis satu kali. Khusus nulis paragraf pembuka aja, dikomenin Mba Windy gitu. Jadi kita bisa revisi tulisannya nih.

Kata Mba Windy, paragraf pembuka penting banget. "Saya aja kadang mikir berhari-hari buat nulis paragraf pembuka," gitu dia bilang. Sepertinya itu bahasan berbeda ya. Bisa bikin kelas lain lagi buat bahas nulis paragraf pembuka hehehe.

Kepingin saya sih kelas kayak gini bisa maraton. Karena kalo cuma sekali, cuma sebatas teori. Kalo maraton, bisa ada prakteknya. Tapi pasti biayanya gak cuma 100ribu sih. Hehehe.

Oiya, dari kelas menulis ini saya langsung praktekin lho. Saya bikin satu tulisan berjudul Blitar dan Wajah Asing Soekarno. Boleh dibaca dan dikomenin :D