Social Media

Image Slider

Cara Menuju Trizara Resorts

30 June 2016
Ada tiga macam rute yang bisa kamu pilih menuju Trizara Resorts:



1. Parongpong
Masuk ke Tol Pasteur - Tol Padalarang - Cimahi - Parongpong. Di Jalan Kolonel Masturi bersiap belok kanan. Tanya saja warga setempat di mana letaknya Pasirwangi Kampung Kramat. 

2. Sersan Bajuri
Susuri jalan Sersan Bajuri - belok ke kompleks Graha Puspa - keluar dari Graha Puspa - keluar di Jalan Kolonel Masturi. Jalan masuk ke Trizara Resorts ada di sebelah kanan. 1,5 km dari pintu keluar Graha Puspa. 

3. Jalan Setiabudi
Lurus ikuti jalan Setiabudi menuju Lembang. Nanti pas sebelum masuk ke Lembang, ada jalan ke kiri. Itu jalan Kolonel Masturi (arah Parongpong). Ancer-ancernya ada pos polisi di seberangnya, sebelum patung sapi Lembang. Lurus saja ikuti jalan rayanya. Tapi hati-hati kelewat. Jalan masuk ke Trizara ada di sebelah kiri. 

Dari jalan masuk ke Kampung Kramat sampai ke Trizara, jaraknya kira-kira 1 km. Lurus saja, ada tanjakan yang edan nanjaknya, habis itu belok kiri. Ada papan petunjuk kok, harusnya gak nyasar. 200 m dari belokan tersebut ketemu deh Trizara Resorts.


Sunrise di Trizara Resorts Lembang

29 June 2016
Berkeliling Trizara merupakan keasyikan tersendiri. Saya tidak bisa berhenti memotret. Berjalan kaki saya melewati kamar-kamar yang lain dengan bunga dan taman kecil di halamannya. Sebuah kotak pos yang cute. Di antara sedikit percakapan dan canda tawa dengan teman-teman saya mengamati pepohonan dan bangku-bangku kayu. Mencium wangi udara Lembang yang segar. 

Jalan kaki di Trizara Resorts ketika sore hari saya mendapati langit yang agak kelabu. Keesokan harinya langit cerah banget.

Baca juga : Cara Menuju Trizara Resorts


Menginap semalam di Glamping Trizara Resorts

28 June 2016
Saya menghabiskan setengah akhir minggu lalu di Trizara Resort. Minggu dan Senin. Pilihan hari yang cukup absurd untuk banyak pekerja kantoran namun saya menyukainya. Semacam hari di mana kamu, wahai para karyawan dengan jam kantor, akan membenci saya dan waktu luang saya sebagai pekerja lepas-waktu. Hihihi :D

Sewaktu saya menginap di sana, hal pertama yang buat saya breathtaking banget adalah PEMANDANGAN GUNUNG TANGKUBANPARAHU-nya! Harus banget saya tulis gede-gede nih hahaha :D Karena kamu juga akan berpikir hal yang sama ketika menjejakkan kaki di Trizara Resorts. Pemandangannya luar biasa euy! 


Sore yang Indah Sewaktu Saya Berbuka Puasa di Alun-alun Bandung

27 June 2016
"Naik Damri aja yuk, sekalian ngabuburit," ajak Indra pada saya. Wah ajakan yang tidak mungkin saya tolak. Menumpang bis kota di Bandung kini menyenangkan. Ada AC, bersih, tempat duduknya juga nyaman meski jumlahnya sedikit. Berdiri di dalam bis juga tak masalah. Pegangannya oke. Koridor bisnya luas pula. Anyway di Bandung yang namanya Bis Kota kami sebut Damri.

Jalanan Bandung sudah padat. Orang-orang memacu kendaraan bagai memburu napas yang kehabisan. Tersengal-sengal. Berada di dalam Damri, saya tersenyum senang. Bertatapan dengan Indra kami menyadari bahwa pilihan menumpang bis kota menuju Cibadak adalah seratus persen benar.

Urusan ke Cibadak pastilah berhubungan perlengkapan usaha kami. Daerah yang satu ini selalu punya jawaban untuk mengurangi beban pekerjaan, baik urusan domestik maupun pekerjaan.

Di mulut Cibadak kami harus bersegera ke satu toko. Berjalan terburu-buru, secara acak saya melihat ada penjual Leupeut. Juga gorengan. Dan banyak makanan lainnya. Cibadak sore dan malam hari berganti rupa jadi kios makanan. Kalau terang hari kegiatannya jual beli barang grosiran.

Terlalu sore kami sampai di Cibadak. Benar saja dugaan saya. Toko yang kami tuju tutup. Saya gak bete. Begitu juga Indra, dia tidak ngambek. Minggu ke dua bulan puasa dan...bulan puasa gitu lho! Tiba-tiba seliweran di pikiran saya ingin hunting makanan tajil Ramadan. Makanan khas Bandung untuk berbuka puasa.

Teringat pada penjual Leupeut saya mengajak Indra melongok kiosnya. Feeling so good about food. Dan saya gak salah memilih Leupeut Cibadak ini. Rasanya ENAK BANGET!

Saya sih waktu lihat Leupeut-nya sudah terbersit perasaan amat yakin ingin membelinya. Kamu suka ngalamin juga gak sih momen-momen kayak "ini nih kayaknya enak nih makanannya, saya gak kecewa, pasti enak". Nah saya sering ngalamin kayak gitu dengan hanya melihat makanannya :D 

Membungkus Leupeut kami menyonsong tukang gorengan. Kali ini feeling kuliner Indra yang menyala. Insting Indra mengatakan bahwa Gorengan Tahu (Gehu) di situ enak. Saya sukanya Bala-bala, jadi saya membeli 5 bala-bala. 

Apakah enak? EDAN ENAK BANGET! Banyak gorengan yang enak (dan tidak sehat, iya saya tahu). Tapi yang satu ini beda euy enaknya (tapi tetap saja tidak sehat, saya juga tahu itu). Susah jelasin enaknya hahaha. Pokoknya ini tukang gorengan udah saya tandain! Harus beli ke orang itu lagi kalau jajan gorengan di Cibadak. 

Melihat jam di smartphone. Waktu berbuka puasa masih 1 jam lagi. Ke mana ya, jalan-jalan sambil lihat pemandangan kota. 

Kami menyusuri Cibadak saja dan berlabuh di food court Sudirman Street! 

Alamak banyak kios makanan yang seru-seru di sana. Kebanyakan kios makanan berbahan daging babi. Lucu banget, martabak babi juga ada dong hihihhi :D Kami cuma browsing saja melihat tenan makanan di sana. Sebagai muslim, saya gak bisa makan menu mengandung daging babi. Tapi mencari makanan yang halal juga relatif mudah kok. Ada juga tenan yang menjual makanan halal. 

Masalahnya kami belum pengen makan di Sudirman Street. Karena Alun-alun adalah tujuan kami berikutnya. 

Tinggal 14 tahun di Bandung dan saya baru mengalami yang namanya berbuka puasa di Alun-alun 1x doang. Itu juga dalam rangka Taraweh Keliling bersama teman-teman. Acaranya buka puasa dengan makan pempek di Pempek Faisal lalu Taraweh di Masjid Agung. 

Akhirnya saya bisa juga mengalami momen berbuka puasa di tempat bersejarah tersebut. Bersama Nabil dan Indra, memakan Leupeut yang lezat, duduk pada sebuah bangku taman menghadap kompleks rumah walikota Bandung. Saya merasa sore itu indah sekali.

Kami sholat di Mushola kantor harian surat kabar Pikiran Rakyat. Berjalan kaki ke arah Braga dan melihar air mancur di Taman Vanda. Bandung setelah jam berbuka puasa saat itu sepi. Menyenangkan euy. 

Membaca Buku: Java Beat in The Big Apple

18 June 2016
Lagi gak banyak keluar rumah nih. Selain bekerja, saya baca buku saja. Dan entah kenapa bulan puasa ini waktu luang saya banyak sekali. Ini saya yang pengangguran apa bagaimana...huhuhu.

Secara tidak kebetulan bulan Mei 2016 saya ikutan workshop membaca dan menulis resensi buku. Pematerinya bernama Ollie. Di dunia perbukuan Indonesia namanya sudah terkenal. Sewaktu presentasi, Ollie -yang sudah menerbitkan 28 buku ini- cerita kalau ia membaca 2 buku per hari. 

Dalam pikiran saya saat itu I was like DUA BUKU PER HARI, MBAK? Apa Mbaknya gak makan? gak mandi? gak tidur? gak kerja?

Enggak ding becanda. Ollie bekerja di dunia tulis menulis dan perbukuan, maka membaca buku baginya gak cuma pekerjaan kali ya tapi juga hiburan. Tinggal di Jakarta pula, ke mana-mana macet. Sambil kena macet di mobil ia membaca buku. Belum lagi teknik membaca yang ia kuasai sudah canggih banget. Skimming, scanning, membaca dengan jari di bagian tengah buku, daaan sebagainya. 

Merasa mendapat suntikan untuk membaca lebih rajin, saya pulang ke rumah dan mulai sortir buku yang belum saya baca. Banyak ternyata hahaha. Saya mulai dari yang ringan-ringan dulu deh. Sudah 4 buku nih berhasil saya selesai baca.

Kalau sudah niat memang membaca itu pada dasarnya bisa dilakukan ya setiap hari ya. 


1. Victorian Ghost Stories

Terdiri dari empat cerita pendek berteme horor di Eropa dengan latar tahun 1800an. Buku berbahasa Inggris ini mudah dicerna. Saya sempat berhenti di cerita ke 2 karena mulai takut sendiri dengan ceritanya :D

Tapi keesokan harinya saya baca lagi. Cerita no 2 adalah yang paling menyeramkan untuk saya. Berjudul Telephone.

Playlist #8 : Pakai Otakmu!

16 June 2016
Kemarin saya menyusun playlist secara emosional. 

Bulan Ramadan tahun ini dipenuhi orang yang berpikir dengan dengkul. Guys, sudahi lah urusan warung-razia dan menghormati-orang-puasa ini. Saya rasa sudah cukup, klimaksnya sudah lewat dan kami (saya) sudah mengerti maksudnya. We get it! 

So stop it please... Banyak orang yang mulai membahas di luar konteks macam membandingkan dengan Nyepi sampai Jokowi yang dianggap anti-Islam. Seriously...

Belum lagi yang share berita yang tambah menyulut lainnya. Meneruskan api hormat-menghormati toleransi blablabla yang sesungguhnya untuk saya hipokrit banget. Berita perdana menteri Kanada mengimbau warga non-muslim ikut berpuasa lah, meme tentang menghormati orang yang sedang ujian lah, ibu warteg yang dirazia ternyata pengusaha lah. Stop it...please. Saya gak ngerti ya kenapa kita punya banyak sekali energi untuk mendebat masalah ini, share beritanya lagi, share saja terus. 

Why dont you show the love of Islam? 

Kenapa harus kebencian dan perdebatan yang gak beres-beres yang harus kita perlihatkan pada umat yang lain sih? 

Stop it... Go get yourself an Alquran and read it. Read it a lot and praktikkan kebaikannya. Spread the love, guys. Stop humiliating yourself by sharing the same horrible news all over again. Please atuhlah, kenapa tiap momentum agama mayoritas di negeri ini harus diisi dengan perdebatan tiada henti macam dagelan. Kita gak lebih dari tontonan konyol untuk umat yang lain. 

Ok. 

Karena Yogyakarta Tak Pernah Membosankan

14 June 2016
Yogyakarta tidak pernah membosankan. Beberapa kali ke kota Yogyakarta (berikutnya saya tulis Jogja), ada beberapa hal yang sudah tunai saya lakukan. Masih banyak yang belum tuntas saya kunjungi.   

Jadi saya membuat daftar apa saja yang ingin saya lakukan di Jogja. Jalan-jalan at its best dengan mengunjungi tempat-tempat berikut ini:


1. Walking Tour Kali Code


Saya gak pernah tahu tentang Kali Code sampai Indra cerita lho. Perkampungan di sisi sungai ini unik banget. Rumah kumuh pinggir kali itu sudah cerita klasik negara berkembang kayak Indonesia. Namun seorang arsitek bernama Romo Mangunwijaya (Alm) mengubah perkampungan kumuh ini jadi bersih, teratur, dan unik! Bangunannya dicat warna-warni. Sebenarnya sih bentuknya tetap kampung, hanya saja dibuat lebih 'manusiawi' dan keren banget! 

Photo Credit : simplesillyjourney.com

Cara Menuju The Lodge Maribaya

13 June 2016
Halow. Berikut ini saya kasih tahu cara ke The Lodge Maribaya. Tulisan tentang The Lodge Maribaya secara utuh dapat kamu baca di Jalan-jalan ke The Lodge Maribaya dan Bertengger di Sky Tree. 

Oke. Ini dia caranya. 

Jalan-jalan ke The Lodge Maribaya dan Bertengger di Sky Tree!

12 June 2016
Musim hujan citarasa kemarau akhir-akhir ini di Bandung. Sudah masuk bulan ke enam dan kawasan Priangan masih diguyur hujan.

Dalam cuaca yang meriang, saya dan teman-teman sesama blogger hendak menuju Desa Cibodas di Maribaya, Lembang. Ceritanya mau jalan-jalan. Sebuah teras mungil yang menggantung di atas pohon bernama Sky Tree sedang hits di Instagram. Sky Tree ini lah yang menarik minat kami ke sana. Hashtag #thelodgemaribaya menjadi kunci mencari lokasinya.

Saya bertengger di Sky Tree, difoto Putra Agung The FoodXplorer

Makan Siang di Parc C Cafe & Co-Working di Dago

05 June 2016
Bersama Indra dan Nabil, kami makan siang di luar. Tepatnya sih ke Dago. Ceritanya Munggahan. Eh pada tahu enggak, Munggahan apa? Munggahan itu makan-makan bersama sebelum tiba waktunya berpuasa. Sepertinya ritual Munggahan ini tidak hanya dianut orang Sunda saja. 

Selain kami, coba komen di sini siapa yang makan-makan di luar bersama teman-teman dan kerabat tepat sebelum hari pertama puasa datang? hihihi :D