Social Media

Titik Renung Mukti Mukti di Selasar Sunaryo

08 October 2019
Rasanya baru kemarin nanya Kuke, kapan ya Mukti Mukti konser lagi. Gak lama kemudian dia kirim saya poster informasi konser musisi favorit saya itu!

Minggu lalu adalah minggu panjang buat saya. Kerja terus-terusan. Banting tulang. Peras otak. Haha. Namun saya tahu di ujung minggu ada acara istimewa. Sehingga walo capek, rasanya semangat terus. Senang ya kalo ada yang ditunggu-tunggu.

Lantas hari itu datang juga. Sore yang cerah di penghujung kemarau. Lokasi konsernya Mukti Mukti di Selasar Sunaryo. Bayangkan betapa indahnya di sana. Dengan berkas-berkas sinar matahari yang masuk di sela pepohonan. Angin sesekali kencang, seringnya diam. Hawa sejuk mengudara. 




Kamu tahu, Mukti Mukti adalah musisi yang tertib. Kalau dia bilang acaranya mulai jam 16, maka mulailah acaranya. Gak akan molor.

Saya sendiri tentu saja. Mengambil tempat duduk paling strategis. Pokoknya pusat semesta saya cuma ini musisi. Jantung saya deg-degan.

Dan itu dia, Mukti Mukti mulai mengambil gitarnya. Saya deg-degan. Ini dia. Ini yang saya tunggu-tunggu.

Mulailah dia menyanyi. Mulanya sendiri. Dibalut tubuh yang kurus itu, ia memetik gitar seolah-olah itulah pasangannya. Anggun, bergairah, dan penih cinta. Suaranya masih bulat sempurna merdu nian. Satu-satunya di dunia ini yang suaranya kayak dia ya dia seorang.

Cuma dua lagu yang saya hapal dari ratusan lagunya Mukti Mukti. Meski demikian, menontonnya memang gak perlu singalong, sebab kamu bakal terbius. Terpukau. Kena hipnotis. Diam-diam merenung, diam-diam tercenung.

Terpukaunya dengar ia menyanyi sampai bisa bikin...nangis! Mudah-mudahan sehat selalu ya, Mang Mukti!

Sampai hari ini rasanya saya mau minta tolong sama mesin waktu. Kembalikan saya ke tanggal enam oktober hari minggu sore-sore pukul empat di Selasar Sunaryo. Mukti Mukti ada di sana. Dia bilang konsernya bernama Titik Renung. Menonton konser kemarin, saya jatuh cinta berkali-kali pada senja belukar yang senyap, air mata di jemari, selembar daun kering yang pasrah, jantung yang masih berdegup, permukaan danau nan sunyi, dan malam-malam yang kisahnya manis mudah-mudahan...

Post Comment
Post a Comment