Social Media

Image Slider

Showing posts with label 30haribercerita. Show all posts
Showing posts with label 30haribercerita. Show all posts

Menonton Love Story

15 January 2022

Pertama-tama, saya harus beritahu bahwa tulisan ini berisi spoiler film. Hati-hati. Udah saya ingetin nih, jangan ngambek. Hehe.

 

 

Yang seumuran saya mungkin ingat awal tahun 2000 di Metro TV pernah ada program pemutaran film satu minggu satu kali. Saat itu kutonton film judulnya Love Story. Film lama tahun 1970.

Muda mudi bernama Jenny dan Oliver, mereka berasal dari bibit keluarga berbeda. Si Oliver bangsawan, nama belakangnya Barret IV. Jenny rakyat biasa.

Kuliahnya Oliver jurusan hukum, ia menjalani hidup sesuai standar prosedur keluarga. Jenny ambil jurusan musik, sesuai kehendaknya sendiri. Tidak heran Jenny berjiwa free spirit dan Oliver menyukainya.

Oliver sangat memuja, mencintai, dan mengagumi Jenny.

Lalu ceritanya bergulir standar saja: pacaran bucin. Setelah menikah lebih banyak berantemnya, mulai dari cari kontrakan sampai kehabisan uang. Meski berantem melulu, mereka bucin banget. Gemes!

Pendek cerita Jenny sakit. Oliver mati-matian cari uang, memberi pengobatan untuk istrinya. Sementara Oliver sendiri kesusahan cari kerja. 

 



Menggenggam tangan Oliver di sebuah kamar rawat di rumah sakit, Jenny menghembuskan napas terakhirnya. Damai dan tenang.

Oliver bergegas pergi keluar rumah sakit. Berjalan dia ke arah taman (lapangan?) yang tertimbun salju. Pemandangan sekelilingnya warna putih, salju semua.

Suara piano sebagai backsound masuk. Pernah dengar lagu berjudul Where Do I Begin - Andy Williams? Instrumental solo piano bermelodi lagu itulah yang mendampingi duka mendalam Oliver sejak ia berjalan dari rumah sakit sampai dia duduk termenung di bangku taman.

Di ujung film, Oliver duduk di sebuah bangku panjang. Kamera menyorot zoom out punggungnya saja.

Monolog Oliver berkata, "what can you say about a 25 year old girl who died? That she was beautiful. And brilliant. That she loved Mozart and Bach. And the Beatles. And me."

Begitulah. Bila dilihat dari sudut pandang saya hari ini, bukan di tahun 2000, Love Story adalah film yang cringe sebetulnya. Namun entah mengapa tiap kali saya menceritakan ulang filmnya, terutama di bagian akhir, tubuh saya meresponnya berbeda: dengan air mata 🥺

Jajan Keripik Kiloan

13 January 2022

Udah beberapa kali nih saya beli keripik cireng. Tahu kan cireng, aci digoreng. Nah itu teh ada versi keripiknya.

Kira-kira tujuh bulan lalu sehabis vaksinasi covid-19 yang pertama, di tengah jalan pulang saya dan Indra mampir ke toko keripik kiloan. Di sanalah saya melihat keripik aci. Tokonya di sekitar Masjid PUSDAI.

Saya belilah sedikit. Gak tahunya keterusan abis enak, hehe. Namun kutemukan fakta bahwa gak semua toko keripik kiloan menyediakan keripik aci yang enak. Definisi enak adalah tidak floury, keripiknya tipis dan keras, bantat lah gitu. 

 


Terakhir kali saya jajan keripik kira-kira tiga hari lalu. Di Bojongsoang lokasinya. Toko Chika Cemerlang namanya. Ini toko yang kuperhatikan gak jarang bikin macet sebab pembelinya yang datang dengan mobil, parkirnya di jalan menghalangi kendaraan lain. Lha memang tidak ada area parkirnya di sini, orang-orang males kali cari parkiran di Bojongsoang di mana coba, paling ke supermarket terdekat.

Kucatat dan kubeli:

Kerupuk seblak 250 gram harganya 12.000
Gurilem manis 250 gram harganya 10.000

Rekomendasi keripik lainnya: keripik cireng tentu saja! Enak wkwkwk apalagi kalo ditaburi mie goreng telor. Cuma masih kalah rasa dari keripik cireng yang kubeli tujuh bulan lalu itu.

Antara satu toko dengan toko lain mungkin beda harga tapi harusnya gak beda jauh. Kitu weh atuh! Sok tah dipeser dipeser dipeser!
 

Dari Nol

02 January 2022

#30haribercerita

 

Saya berpartisipasi lagi dalam program #30haribercerita. Berhubung nih saya jarang banget menulis untuk blog, maka saya akan pergunakan momen berkomitmen saya pada 30 HBC untuk menulis ulang di blog.

Yah saking lamanya saya gak nulis. Selama pandemi saya jarang banget bepergian untuk jalan-jalan. Kebanyakan kerja melulu. Saya gak lagi review hotel, tempat makan, atau menulis cerita jalan-jalan. Asli sehari-hari saya hanya berisi Fish Express. Menemani kubil belajar. dan nonton di Netflix. Juga baca buku.

Sejujurnya saya juga mempertanyakan mau saya bawa ke mana arahnya @bandungdiary. Saya pingin jadi akun biasa aja, bukan akun ala-ala influencer. Dan rasanya saya sudah melakukannya. Apa sebaiknya saya ganti nama akunnya?

Dengan demikian saya cerita hal-hal yang saya kunjungi dalam keseharian aja buat akun instagram @bandungdiary. Bukan cerita yang fancy sebab begitu memang hidup saya. 


Namun untuk blog kupikir itu hal yang berbeda. Atau saya aja yang sebaiknya berhenti berpikir bahwa Bandung Diary seharusnya berisi rekomendasi wisata?

Ah yah kita lihat aja arahnya bagaimana seiring waktu berjalan. Fish Express membutuhkan saya lebih banyak ketimbang Bandung Diary rupanya.

Ciao.