Social Media

Membaca Aroma Karsa

22 November 2020
Saya teh baca semua buku Dewi Lestari. Tapi baru satu yang saya resensi sekarang. Ke mana ajaaaa :D

Terbit: 2018
Judul: Aroma Karsa
Penulis: Dewi Lestari
Penerbit: Bentang
Halaman: 700
Genre: Fiksi 

Sejak halaman pertama, novel ini sudah menjerat saya gak karu-karuan. Tidak ada satupun halaman yang membosankan. Saya bergiliran baca novelnya dengan suami. Saya yang pertama sebab saya istri (emang kenapa kalo istri). Saya selesaikan novelnya dua hari. Suamiku tiga hari. 




Aroma Karsa adalah novel tentang Jati Wesi dan Raras Prayagung. Jati Wesi punya indra penciuman yang super tajam. Raras Prayagung punya obsesi pada Puspa Karsa dan ia pikir Jatilah yang bisa membawa Puspa Karsa padanya. 

Awalnya saya pikir Raras ini tokoh antagonis. Eeeeh gak tahunya garis batas antara antagonis dan protagonis di sini nih tipis amat. Oiya, Raras Prayagung adalah pemilik Kemara, perusahaan parfum nasional kelas internasional. 

Lantas hadir anaknya Raras, yaitu Tanaya Suma. Ia memiliki hidung tikus macam Jati. Suma dan Jati skill nyium-nyium aromanya agak beda. 

Kalau Jati tumbuh di Bantar Gebang yang spektrum aromanya luas dari buah, logam, sampai mayat manusia. Suma justru terbatas banget karena pengaruh obat yang ia konsumsi sejak kecil supaya gak muntah-muntah akibat mencium aroma. 

Kebayang gak? Jati gak bisa minum obat kayak Suma lha wong miskin bagaimana mungkin ke dokter. Hidup saja dengan ada. Karena itu penciuman Jati tumbuh bebas karena keterbatasan. 

Mereka bertiga dan satu tim berisi beberapa orang yang dikumpulkan Raras pergi ke Gunung Lawu untuk ekspedisi Puspa Karsa. Raras sebagai donatur dan pemprakarsa. Jati dan Suma sebagai alat pelacak. Ada juga satu kapten tentara untuk menjaga. Satu profesor arkeolog. Satu ahli taksonomi. 
 
Puspa Karsa apa? Wha baca sendiri novelnya. Panjang soalnya susah jelasinnya lagian nanti spoiler juga :D 

Kehidupan Jati dan TPA Bantar Gebang seru bacanya. Gimana Jati menghalau bau busuk dari kasurnya, gimana dia mengutarakan bau mayat yang ia temukan enam meter di bawah permukaan sampah, misalnya.

"Kalau mayat manusia, seperti ada bau buah-buahan. Mirip nanas. Atau, apel," (hal 40)

Ekspedisi di Lawu juga seru. Kejar-kejaran sama Kiongkong si kelabang raksasa. Terus ketemu penduduk dari desa di gunung yang tidak bisa dilihat mata manusia: Dwarapala. Siapa yang mati, siapa yang bertahan. Ketemu harimau. Jatuh dari tebing. Dimarahin kuncen Lawu. Hilang dua hari di Gunung Lawu nan angker, tapi si Jati merasa hanya pergi beberapa jam.

Walo ini novel fiksi, kuharap cerita itu nyata semua. Kalau mendaki gunung, saya mikir pasti ada penghuni gaib yang tinggal di sana. Setelah baca Aroma Karsa, senang juga apa yang saya bayangkan (kamu juga mungkin ya) tertulis dan jadi cerita yang meyakinkan begitu. Rinci pula. Dan kegaiban itu bukan tentang pocong loncat-loncat di luar tenda kita atau kuntilanak bergelantungan sambil ketawa. 

Baguslah ini novelnya. Paling cepat bisa dibaca tiga hari. Meskipun ada konten ilmu pengetahuan, tapi gak terasa berat dibaca. Ringan aja gaya bahasanya meski ada beberapa kosakata yang gak tahu apa artinya. Ada intrik keluarga. Romantisme Jati dan Suma yang hangat dan manis. Dan kemistisan Gunung Lawu yang mendebarkan, tentu saja. 

Plotnya maju terus dikit mundurnya dan apik gak bercela. Konfliknya seru amaaaatttt dengan akhir cerita yang mengejutkan. Naratornya orang ketiga. Latarnya Bekasi, Jakarta, dan Gunung Lawu. 

Kekurangan novelnya...apa yah. Gak ada. Palingan satu kalimat di halaman 607 agak ganggu sih. Jati dan Suma ternyata saudara sepersusuan. Kalau di agama saya mah yang sepersusuan gak boleh jadi pasangan kan. Yha tapi ini konteks ceritanya bukan tentang islam dan pada dasarnya Jati dan Suma, mereka itu...mereka bukan...maksudku...mereka adalah...yhaaa baca ajalah di novelnya :D 

Pesan moral dari novel baca aja sendiri. Paling bosen dan paling gak suka nulisin pesan moral tuh wkwkwkwk :D 

Saya kasih bintang cepuluuuuh buat Aroma Karsa ⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐



1 comment on "Membaca Aroma Karsa"
  1. aroma karsa ini justru buku kedua yang saya baca dari dee lestari dan emg seru mba dari awal sampe akhir, gak bisa skip deh wl pun tebel banget yah dan tulisannya kecil2 tapi ini enak banget dibacanya bikin penasaran terus

    ReplyDelete