Social Media

Main di Kebun Belakang, Kebun Organik di Cimahi

25 August 2016
Saya dan Indra sudah menjadwalkan akan berkunjung ke Kebun Belakang di Cimahi. Saya sudah gak sabar nunggu-nunggu waktu itu datang. Kayak anak kecil yang dijanjikan jalan-jalan ke Trans Studio setelah musim ujian hahaha. Naon deui :D

Warung Belakang adalah kios mungil yang menjual produk-produk sayur organik. Sayurnya berasal dari kebun mereka sendiri yang bernama Kebun Belakang. Lokasi kebunnya ada di belakang kiosnya. 





Setelah beberapa minggu opening, baru pertengahan Agustus lalu saya ke sana. Ke Jalan Pesantren 85 Cimahi. Pemilik Warung Belakang adalah teman sekampus saya, teman sekelas pula. Sejak saya merintis usaha sendiri bersama Indra, kami berikrar akan membeli produk teman-teman dan mendatangi usahanya. Gak akan minta diskon, gak akan minta gratisan hahaha pokoknya beli! - foto! - share! 

Sebenarnya Kebun Belakang lebih dulu muncul, menjual salad-saladnya di Instagram. Produk ini milik pasangan suami istri Misbah Dwiyanto dan Ivana Pratita. 

Saya sudah beberapa kali membeli saladnya sejak pertama kali melihatnya di Instagam. Ivana sering cerita tentang kebunnya di Cimahi sewaktu saya memesan salad. Kebunnya masih berantakan, kelak mau dibuka untuk umum, juga buka warung sayur organik. Begitu kata Ivana. Gak nyangka hari itu tiba juga untuk mereka, punya warung sendiri setelah berbulan-bulan jualan online.




Seru ya. Menanam sendiri. Panen sendiri. Jual sendiri. Makan sendiri. Sustainable dan mandiri. Bagusnya lagi sih bisa dijual untuk orang lain juga. Lagipula saat kami berbincang, Misbah berujar "saya pengen sayur organik teh harganya gak usah mahal-mahal."

Kebun Belakang gak jualan produk sendiri. Mereka juga berkolaborasi dengan produsen produk-produk sehat lainnya. Ada jamu, yoghurt, madu, tepung mokaf, juga roti.

Gak susah sih nyari Warung Belakang di Jalan Pesantren. Cari saja yang lahannya masih terbuka. Masih berbentuk Kebon. Pada bagian depannya bercokol rumah mungil. Nah itu Warung Belakangnya. 

Ngobrol sebentar dengan Ivana di dalam Warung Belakang, kami udah gak nahan mau lihat kebunnya Misbah dan Ivana. Bersama dengan anak mereka, Kiran (2 y.o), Misbah mengajak kami tur di Kebun Belakang. Kiran dan Nabil sudah terbiasa ada di kebun jadi gak canggung lihat tanah dan macam-macam benda yang mengotori tangan. Terutama Kiran sih, kebunnya adalah panggungnya hihihi. 

Pertama kali saya lihat kebunnya, penampakannya gak kayak perkebunan pada umumnya. Lahannya gak terlalu luas. Misbah juga kelihatannya belum menanam terlalu banyak. Bukan produk masal, bukan kebun produksi sekelas pabrik. Semacam kebun yang memenuhi kebutuhan secukupnya saja. 

Di sini tanamannya masih jarang dan acak banget. Macam-macam jenisnya. Gak ada yang bergerombol seragam. Tanaman yang satu selang-seling dengan tanaman lain. Tomat misalnya, bersebelahan dengan Bunga Matahari. Kembang Kol berderet-deret dengan Lettuce. Daun mint dengan Kale. Dan masih ada beberapa lainnya. 

Ada dua rumah kaca yang isinya tanaman-tanaman sayur untuk memenuhi persediaan stok salad Kebun Belakang. Kami masuk ke dalamnya, Misbah mendongeng banyak tentang permakultur. Permakultur adalah konsep berkebun (atau bertani) yang alih-alih menanam satu macam tanaman, ini malah sebaliknya menanam beragam tanaman di satu lahan yang sama. 

Kalau diperhatiin sebenarnya konsep permakultur lebih ramah lingkungan. Burung dan serangga yang kerap datang ke kebun dan makan tanaman, gak dianggap sebagai musuh. Tapi sebagai sesama makhluk hidup yang cari makan. Makanya Misbah menanam beberapa bunga matahari, bunga kamboja, juga menebar banyak daun mint. Maksudnya sih menghadang serangga dan burung agar mereka tidak menyerang tanaman sayurannya. Kayak "nih saya kasih makan bunga matahari, jangan serang kembang kol saya ya" :D

Saya perhatiin sih di banyak daun bunga matahari ada banyak ulet bulu. Hiiiii getek :D






Untuk pupuknya Misbah membuat kompos sendiri. Dari pelepah batang pisang, bubuk kayu, kebanyakan sih sampah organik dari tumbuhan. Belum lagi pembibitan sendiri. Saya bayangin ini bukan pekerjaan gampang. Well okay memang tidak ada pekerjaan yang gampang. Tapi menurut saya, bekerja mengurus makhluk hidup itu capek banget :D 

Resiko mati lah. Harus dipantau terus lah. Disayang-sayang seperti kita menyayangi manusia lah. Diajak ngobrol lah. Mana saya sih percaya kalau urusan tanam-menanam kayak gini ini tuh 'gimana orangnya'. Pasti kenal istilah "tangan dingin". Apa aja yang ditanam pasti jadi. Nah Misbah itu orang kayak gitu. Magic lah orang-orang yang suka bercocok tanam dan tanamannya tumbuh sampai bisa dipanen. 

Ya emang sih urusan bakat alami cuma 1%. Sisanya 99% adalah kerja keras. Dikata gampang nyangkul tanah di bawah terik matahari dan berjam-jam mengurus tanaman atau harus nyenggol ulat bulu gitu :D 

Bertemu orang-orang seperti Misbah dan Ivana, saya merasa dunia ini akan baik-baik saja. Hari itu saya pulang setelah mencium wangi daun mint, memotret kembang kol merah, merinding lihat banyak ulat di pohon Bunga Matahari, menyantap Roti Gandum, Yoghurt rasa anggur, dan membawa pulang 3 ikat Pakcoy.






Kunjungi juga Warung Belakang
Di Jalan Pesantren 85 Cimahi
Di depan Sugih Jaya Motor/Clean 8

Buka Sabtu dan Minggu
07.30 - 15.00

Cek Instagramnya di @kebunbelakang


Cara Menuju ke Kebun Belakang


1. Berhubung saya dari Setiabudi - Bandung, saya ambil jalur ke Gegerkalong - Cihanjuang. Angkotnya Cimahi - Ledeng. Turunnya di Cimahi, habis itu jalan kaki deh sampai ke Jalan Pesantren dan naik angkot ke arah Jalan Raya Cimahi. Tidak saya sarankan ambil jalur ini sih kecuali sudah terbiasa berjalan kaki. 

2. Pergi ke arah Cimahi. Cari Jalan Pesantren. Cek di Google Map :D 


Teks : Nurul Ulu
Foto : Indra Yudha




Oiya, follow Bandung Diary di Facebook. Thank you so much!



18 comments on "Main di Kebun Belakang, Kebun Organik di Cimahi"
  1. Ini di cimahi Bandung ya ? seger-seger banget ya sayuran nya kayaknya tanpa pestisida nih :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, di cimahi. cimahi bukan bandung sebenernya mah :D

      Delete
  2. Adeemm. Ah d kampung ada begini. Tapi ragu sama pasar di Pekalongan

    ReplyDelete
  3. Oh di cimahi ada Kebun organik ya? baru tau -___-"

    ReplyDelete
  4. itu foto yang paling atas, gede-gede gitu sayurannya, ya?

    ReplyDelete
  5. Sayurannya kayaknya renyah banget buat dilalab.

    ReplyDelete
  6. Memang seneng banget kalo menanam sendiri, memetik sendiri, dan bisa menghasilkan. Lahan yang luas sangat menunjang passion suami isteri yang gigih mengusahakan tanah menjadi lahan yang indah dan manfaat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya betul, bu Yati. beda kalo tinggal makan aja mah ya, kalo hasil berkebun sendiri rasanya lebih melankolis :D hehehehe

      Delete
  7. Ah Bandung selalu ada aja yang baru :( banyak tempat belum saya kunjungi

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe :D begitulah. ayo atuh kapan ke bandung, mba fika?

      Delete
  8. haduuh...,ngiler lihat sayur2nya.. segar dan cantik
    catet ah

    ReplyDelete
    Replies
    1. bisa dibeli online, mba monda. lihat fotonya di atas, terus pesen ke mereka biar ilernya gak terus2an hehehe :P

      Delete
  9. Teh, punten mau nanya kalau di kebunbandung isa belajar bekebun juga kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya gak ngerti pertanyaannya :D kebunbandung teh apa & di mana? Kebun Belakang maksudnya? setau saya mah enggak kalo di Kebun Belakang, langsung aja kontak mereka untuk bertanya langsung ya.

      Delete