Tur jalan kaki di Kotagede selesai pukul 17.30. Kupikir daripada kembali ke penginapan lebih baik saya cari makan dulu. Ke arah Pasar Legi saya berjalan dan berhenti di sana menyantap makan malam lezat bernama gudeg krecek.
Makan malam yang nikmat. Duduknya menghadap bangunan pasar. Langit menghitam, magrib sudah menjelang. Selesai makan saya beranjak jalan kaki lagi sambil memotret bangunan tua di pinggir jalan.
Terakhir kali saya menyisir jalanan kotagede di tahun 2016. Sudah berlalu terlalu lama.
Saya mencari satu pintu tua diantara jalanan tersebut, yang pernah saya jadikan latar berfoto. Meski agak ragu apakah bakal menemukannya karena hari sudah gelap dan tidak yakin otak saya akan mengingatnya.
Ternyata ingat. Bahkan warna cat pintunya masih sama. Hijau tua. Tapi agaknya jalanan aspal mengalami peninggian. Mungkin diaspal beberapa kali, entahlah. Di gedung pintu tersebut berada ada spanduk bertuliskan DIJUAL.
Sembilan tahun lalu saya menggendong nabil di punggung. Indra berada di seberang jalan dan memotret kami berdua. Saya memandang pintu itu dari seberang dan membayangkan berada di sana bersama nabil. Memang betul waktu terbangnya cepat sekali padahal hari demi hari dan tahun demi tahun berlalunya bukankah lama.
Sedikit berjalan lagi saya bertemu toko buku Natan. Sayang tokonya baru tutup, waktu sudah menunjukkan pukul hampir 19.00 sedangkan tokonya tutup saat magrib.
Tahun 2022 saya pernah berkunjung ke toko tersebut siang-siang di hari jumat yang mendung. Niatnya mau mampir lagi, apa daya kemalaman.
Saya berjalan lagi sebentar. Tanggung. Ada toko es kelapa muda, saya jajan dulu satu butir. Seperti di bandung, trotoar di sini sama buruknya. Tidak dirancang buat pejalan kaki.
Azan isya terdengar. Barulah saya pesan ojeg online, waktunya pulang, sori maksudnya kembali lagi ke penginapan.Kapan-kapan saya datang lagi ke Kotagede tapi tidak sendirian.
Post Comment
Post a Comment