Social Media

Kirab Cap Go Meh 2011, Seru Pisan!

07 January 2014

Catatan tahun 2011 yang saya simpan di Multiply, tapi portalnya tutup, tulisannya lenyap juga. Saya tulis ulang disini. 


Perayaan Kirab Budaya Tahun Baru Imlek alias Cap Go Meh tahun 2011 di Bandung adalah yang pertama kalinya sejak pemerintah Orde Baru melarangnya 44 tahun lalu. Jadi bagaikan bisul yang pecah, gunung yang meletus, sungai yang menjebol dinding, orang-orang keturunan Tionghoa yang merayakan Kirab Tahun Baru Imlek tumpah ruah di beberapa ruas jalan utama Bandung. Senyum mereka lebar-lebar, tawanya seluas angkasa. Selamat ya, kawan-kawan. Saya juga gak bisa ngebayangin seandainya saya dilarang merayakan Lebaran dan baru bisa menikmatinya secara terbuka setelah 44 tahun kemudian...



Perayaan tersebut mengakibatkan kemacetan yang panjang. Banyak pengendara yang mengumpat & mencaci entah pada siapa: polisi bisa jadi, orang-orang yang nonton juga mungkin, tapi gak tepat rasanya kalau memaki mereka yang merayakan Kirab Cap Go Meh.

Bukan orang-orang yang merayakan atau yang nonton Kirabnya yang salah. Ini mah pemerintah yang gak cerdas. Sudah tahu ini perayaan pertama kali setelah 50 tahun Kirab Cap Go meh dilarang. Tidak ada sosialiasi pengalihan lalu lintas sejak jauh hari. Pengumuman kurang banyak. Polisi sedikit. Ditambah acara openingnya telat satu jam karena apa? karena nunggu si Dada Rosada yang waktu itu masih jadi walikota perusak kota Bandung. Hohoho :D


Dalam bayangan saya, kemacetan dan lautan manusia pasti ada. Tapi nekad aja, ah. Badan saya fit siap menyelip diantara orang-orang, bawaan minim, kaki siap berlari, dan tentengan kami saat itu hanya kamera. Kami gak sibuk cetak-cetik sms, tidak update status, dan mengharamkan diri posting di twitter. Fokus pokoknya buat nonton Kirab Cap Go Meh. Kapan lagi bisa menyelam diantara haru biru bahagia mereka setelah 44 tahun dilarang merayakan Kirab Budaya Tahun Baru Imlek gitu loh :D

Di Kirab ini gak hanya ada Barongsai, masih banyak lagi simbol-simbol yang saya gak paham artinya dan maksudnya. Ada Liong, semacam ular dengan kepala naga, banyak tandu yang dipanggul beberapa orang termasuk wanita. Diatas tandu ada patung dan cara membawa tandu dengan dogayang-goyang ke kiri dan kanan. Semerbak wangi hio dimana-mana, bendera dan panji-panji berkibar gagah sepanjang kirab. 


Seru! Kunci ikutan acara ini adalah strategi manajemen waktu. Halah, lebay ya? hahaha. Tapi enggak kok. Kami datang saat acara belum mulai dan perut sudah kenyang. Kami sudah bergabung dengan pawai Barongsai di barisan terdepan saat keramaian mulai menyemut di bagian belakang. Jadi kami tidak terjebak lama dalam hiruk pikuk orang-orang.

Ini deh kayaknya Liong

Disana saya gerak dan gerak terus, sembari motret momen-momennya. Itu aja sih. Kalau diam di satu titik ibaratnya kerikil yang tergerus aliran sungai yang lagi deras, kebawa deh. Nah kami mah enggak. Ikutin arusnya sebaik mungkin saja. Kadang kami diam selama 10 menit, sering juga berlari-lari mengejar barongsai atau ikut dalam pawai anak-anak yang memegang lampion cantik.

Ah menyenangkan banget. Kebahagian yang pada merayakan kayak menular. Saya ikut seneng juga soalnya. Klimaksnya pada waktu barisan anak-anak memegang lampion mengeluarkan cahaya cantik sekali. Macam perawan berbusana rapi dan menawan yang jadi rebutan bujang di kampung saja, begitu. Hohoho. Saat itu waktu bergerak mendekati magrib. Langit biru sedikit mendung bersih dari kawanan awan. Cahaya dari lampion bikin apa ya, sentimentil, romantis, sendu, bahagia. Hehe :D


Klimaks kedua ada di depan gedung tua, bekas hotel Surabaya. Bangunannya klasik sementara kirab Cap Go Meh pertunjukkannya bersejarah dan cantik. Barongsai dan Liong menari-nari mempertontonkan sejarah. Saya gak bisa menggambarkan perasaan dengan baik. Terharu, sentimentil, tiba-tiba merasa jadi putri cina, sedetik kemudian kembali jadi rakyat jelata yang berlari-lari mengejar pawai Barongsai. Hehehe.

Seru!

Ada deh kayaknya tiga jam saya lari-lari, jongkok, jalan kaki, salaman sama Barongsai. Sadar-sadar sudah jam 8 malam saja. Perasaan waktu mulai ikut kirab masih pukul 5 sore.


Di tahun berikutnya, 2012 dan 2013, Kirab Budaya Cap Go Meh kembali digelar. Namun saya rasa pengalaman ikutan di tahun sebelumnya sudah cukup karena momennya sudah saya dapat. Jadi buat saya tidak ada yang spesial lagi. Buat yang mereka yang merayakan ya selalu istimewa :)

Kirab Cap Go Meh bisa kita lihat di banyak kota di Indonesia. Bandung, Bogor, Tegal, Singkawang, dan silakan google sendiri yak hahaha :P


Kalau ada yang bersyukur karena tidak datang ke Cap Go Meh 2011 dan senang karena tidak terjebak kemacetan manusia disana, nih saya kasihtau: YOU MISSED A LOT :P wajah-wajah haru biru bahagia yang ngerayain Kirab Cap Go Meh itu setimpal dengan apapun yang menghalangi saya disana. Dan itu tidak terjadi setiap hari, ibaratnya saya pas-pasan dengan komet Halley yang hanya muncul sekali dalam 76 tahun itu. Saya benci keramaian, sih. Kebanyakan manusia bikin pusing. Tapi buat yang satu ini mah beda, Cap Go Meh 2011 :)



ps:
1. info tentang Inpres no 14/1967 yang melarang perayaan Cap Go Meh bisa temen-temen baca
disini. Hatur nuhun temen saya, Adi Wiyono, yang ngasitau linknya :)
2. Kirab budaya Cap Go Meh memang baru dikasih ijin di Bandung taun 2011, beda-beda dengan kota lain. Surabaya atau beberapa kota pesisir yang kuat pengaruh hidup pecinannya lebih dulu merayakan Kirab budaya cap go meh secara terbuka daripada Bandung. Nah kalo perayaan Cap Go Meh-nya sendiri mah udah boleh dari taun 2001 setelah Inpresnya dicabut sama (Alm) Gusdur. 



Foto oleh Indra Yudha, tidak diedit hanya diresize :D
Post Comment
Post a Comment