Social Media

Menginap Seribu Malam di Mulih Ka Desa

08 August 2023

Hanya satu malam saja kok. Keinginan awalnya saya dan indra mau cari pemandangan yang segar-segar. Udaranya sejuk dan banyak pohon. Di bandung tempat kami tinggal juga banyak pohonnya tapi di sana kami cari uang dan bertahan hidup. Sehingga stres adanya. Lalu ketemulah dengan penginapan Mulih Ka Desa di Garut.


 nginep di mulih ka desa garut

 

Impresi pertama saya terhadap penginapannya gak terlalu bagus. Apalagi waktu masuk ke bungalownya. Seperti sudah lama kosong tempatnya. Saya pikir saat itu “wah kok begini aja ya”. Di kamar mandi ada banyak nyamuk kebon berhamburan. Saat itu saya tahu harus segera cari warung dan beli obat nyamuk.

Airnya lancar tidak ada masalah. Air panasnya pun mantap sekali! Ada televisi tabung dan kami tidak nonton. Entah ada wifi atau tidak, saya tidak bertanya.

Indra seperti biasa terlihat rileks dan damai. Dia langsung suka tempatnya.

Kami bersantai di kamar hingga sore hari. Mendung di luar dan rasanya malas sekali keluar kamar. Namun indra bilang lihat pemandangan sore yuk. Ya sudah hayuk, kataku.

Di luar hawanya dingin bukan main. Namun dingin segar khas gunung. Saya kenakan jaket. Khawatir masuk angin. Kami kelilingi tempatnya dan itulah saat-saat saya mulai jatuh cinta pada tempatnya.

Memang tempatnya terlihat lama kosong, tapi masih terurus. Banyak kembang yang terpotong rapi. Jalan setapak tanah yang organik tidak terlalu dibuat-buat alaminya. Beberapa lampu di sudut menyala warna kuning.

Ada tiga saung di tepi danau. Satu saungnya ada pengunjung sedang makan-makan. Saya berfoto.

Angin bertiup kencang, pepohonan bergoyang dahannya. Daun-daun seperti hendak berjatuhan tapi tidak. Ada pohon besar di sana, pohon karet, kata indra. Banyak sekali pohon yang saya lihat.  

 

nginep di mulih ka desa garut


Di restoran saya bertanya pada bapa-bapa yang duduk berjaga di sana. Ada pohon apa saja di sini, Pak? Dia menjawab antusias. Ada pohon nangka, rambutan, kayu putih, matoa, pisang, ki acret, mahoni, dan beberapa nama lainnya termasuk kembang-kembangan yang saya tidak ingat namanya. “Terus itu teh pohon karet,” katanya sambil menunjuk pohon yang dimaksud.

Tuh kan betul pohon karet, ucap indra.

Kami kembali ke kamar setelah membungkus dua obat nyamuk. Bapa-bapa tadi sempat cerita bahwa dinas kehutanan melarang pengambilan kayu hutan. Sementara Mulih Ka Desa punya ciri khas makanan yang dimasak di atas tungku. Untuk keperluan tungku mereka harus punya kayu bakar. Masalahnya penggunaan kayu bakar itu sudah dilarang.

Pantas saja saya lihat di depan tiap bungalow ada tungku. Namun tungkunya kosong. Bapa tersebut memberitahu bahwa sebelumnya tiap kamar dibekali satu ceret (ketel besar) berisi air minum. Ceretnya disimpan di atas tungku tersebut.

Sekarang saya paham mengapa ada banyak nyamuk merdeka di bungalow. Tidak ada lagi asap kayu bakar di Mulih Ka Desa.

Ditambah kasus pandemi, Mulih Ka Desa sekarang sedang dalam pemulihan. Baru buka lagi dan sedang dalam usaha bangkit kembali.

Malam itu saya tidur nyenyak. Ranjangnya besar dan luas, size kingbed. Ada suara-suara pohon ditimpa angin sehingga bunyinya agak horor. Namun indra meyakinkan saya itu betulan suara kayu-kayu pohon.

Sementara itu para nyamuk tewas dihantam obat nyamuk bakar. 

 

nginep di mulih ka desa garut
sore di mulih ka desa


nginep di mulih ka desa garut
pagi-pagi di mulih ka desa


 

Pagi datang dan saya buka pintu kamar selebar mungkin. Sayang sekali kalau saya tiduran saja. Kami jalan-jalan keliling penginapan dan jatuh cinta lagi. Hawanya segar murni bersih. Gunung Cikuray terlihat jelas. Pepohonan yang kemarin sore seperti orang ngamuk, pagi itu nampak kalem. Pagi yang mesra di Mulih Ka Desa.

Saya hirup udara banyak-banyak! Kalau bisa saya bungkus udaranya dan bawa ke Bandung. Terasa sekali bersihnya!

Saat matahari muncul di sela-sela pepohonan berkasnya masuk dan jatuh ke rumput, saya jatuh cinta lagi dengan panorama Mulih Ka Desa. Benar-benar cocok namanya: pulang ke desa.

Kami sarapan di saung. Ya Tuhan makanan Mulih Ka Desa enak semua! Rasanya segar dan gurih. Harusnya malam tadi saya pesan makan di restorannya saja bukannya pesan makan online dari restoran lain. Saya benar-benar tidak tahu bahwa masakan Mulih Ka Desa seenak itu. Bahkan makan siang pun saya santap di sana dan ya Tuhan enak sekali! Nila bakar dan tumis oncom genjer itu sangat memabukkan!

Sampai di mana tadi? saung ya?

 

nginep di mulih ka desa garut

nginep di mulih ka desa garut


Kami nongkrong di saung selama tiga jam. Bengong melihat danau dangkal dan ikan-ikan gemuknya. Ngobrolin tentang rencana punya kebon dan balong. Menghitung-hitung mengenai kemungkinan pindah ke kampung. Dan hal-hal penuh impian lainnya yang ada fananya tapi kami harap terjadi. Kami juga tertawa-tawa membicarakan kelakuan teman dan keluarga yang kocak.

Ah betapa damainya suasana dari tempat kami duduk lesehan di saung itu. Dan perasaan jatuh cinta saya makin bulat.

Sehingga saya putuskan akan kembali ke Mulih Ka Desa. Entah kapan tapi begitu saya bertandang lagi ke Garut, Mulih Ka Desa sudah masuk kantong wajib kunjungan.


nginep di mulih ka desa garut
tumis oncom genjer yang nikmat!

Post Comment
Post a Comment