Social Media

Places I Want to Visit : Bersepeda Kayu di Temanggung

12 February 2016
Serial pertama travel bucket list, saya bahas tentang kota-kota pusaka yang masih kental aroma tuanya. Teman-teman bisa baca tentang kota kecil bernama Lasem, Sawahlunto, dan Laweyan, juga tentang kenapa saya milih kota tersebut untuk saya datangi. 

Ada satu tempat yang saya ingin sekali kunjungi. Lokasinya di Jawa Tengah, 9 jam perjalanan dari kota Bandung kalau menurut google map. Gak terlalu jauh dari kota Yogyakarta. Temanggung namanya.

Saya sekarang bahas tempat yang 'alam banget', ndeso banget. Satu hal yang menarik tentang tempat yang akan saya bahas ini, di sini ada sentuhan modern yang bisa berdiri berdampingan secara harmonis dengan kehidupan desanya. Ini kadar keinginan saya pengen ke sana sudah menggembung seperti balon udara yang sedang terbang ke angkasa.

Homestay Omah Kelingan
Photo Courtesy : dev.spedagi.org

Temanggung. Ada apa di kota kecil sunyi senyap tersebut?

Sekitar tahun 2009, saya mengenal nama Singgih Susilo Kartono. Tempat saya bekerja 4 tahun lamanya dulu adalah Mahanagari. Perusahaan desain kreatif ini dipimpin oleh Ben Wirawan. Bos saya itu lulusan Fakultas Seni Rupa ITB. Pak Singgih adalah kakak kelasnya bos saya.

Suatu hari bos saya cerita tentang radio kayu yang sedang laris manis di pasar Eropa. Magno mereknya. Tahu siapa yang buat radio itu? Pak Singgih, kakak kelasnya itu. Lha sejak itu saya kenal sebatas cerita saja tentang Magno, radio kayu buatan orang Temanggung.

Pak Singgih membangun bisnisnya dari desa Kandangan, Temanggung, di kaki Gunung Sumbing. Kota kelahirannya. Kampung halamannya. Saya browsing tentang Magno dan mulai mengikuti berita seputar kekuatan ekonomi dari desa ala Pak Singgih ini.

Lebih lengkap tentang Pak Singgih, kamu browsing saja untuk mendapat informasi lebih rinci. Saya suka semangatnya tentang kembali ke desa, membuat Indonesia lebih kuat dari desa. "Akan datang suatu masa di mana banyak orang tinggal di pelosok tapi dia terkoneksi secara internasional karena adanya teknologi komunikasi," begitu kata Pak Singgih yang juga mengutip pemikiran Alvin Toffler dalam bukunya berjudul Future Shock.


Magno - Radio Kayu dari Tumenggung
Photo Courtesy : www.panik-design.com

Singgih Susilo Kartono
Photo Courtesy : www.dgi-indonesia.com

Saya ingin punya satu Magno, tapi harganya belum bisa saya jangkau. Saya gak pernah mempermasalahkan harga, apalagi untuk benda sesederhana Magno. Agak antitesis ya. Sederhana dan mahal. Kita suka mikir kalau sederhana itu gampang. Padahal menjadi sederhana jauh lebih sulit daripada menciptakan sesuatu yang rumit. Karena pada dasarnya manusia senang menjadi rumit barangkali. Saya lihat Magno dari fotonya saja sudah terbayang sulitnya mewujudkan benda kayak gitu. Membeli Magno, buat saya sih sama dengan membeli karya seni. Membeli cerita, barang koleksi.

Ngomong-ngomong setelah bertahun-tahun membangun Magno, Pak Singgih merintis sebuah produk lainnya. Spedagi, singkatan dari Sepeda Pagi. Spedagi terbuat dari kayu dan digunakan pada pukul 06.00 - 06.30.

Spedagi adalah program jalan-jalan yang Pak Singgih buat di Temanggung. Ia tidak sendirian sih kelihatannya karena Spedagi berkolaborasi dengan warga setempat. Homestay disediakan dan penginapannya lucu-lucu banget bentuknya. Unik. Acara kunjungan untuk para tamu juga disiapkan. Tur sepeda jalan-jalan keliling sekitar Temanggung.

Membangun bisnis tuh ternyata gak mesti jor-joran gimana gitu. Santai saja. Kalem dan tetap sederhana. Di zaman yang serba canggih dan njelimet ini kenapa hal bernama sederhana itu susah sekali diwujudkan ya. It takes a bloody courage to be humble, to be simple. Yet still beautiful.

Produk-produk yang lahir dari pemikiran Pak Singgih ini bagus-bagus ya. Semuanya punya cerita dan saling bersinergi.

Saya mau berkunjung ke Tumenggung dan menginap di sana dua hari tiga malam. Bersepeda dengan Spedagi, bangun pagi langsung melihat pesawahan, berbelanja produk milik warga, dan mendapat sudut pandang baru tentang sebuah desa. Mengingat Temanggung sekarang saya harus mengutip puisinya Joko Pinurbo, "kota kecil ini semacam sisa surga yang direnovasi. Semacam puisi yang terlahir kembali setiap pagi".

Temanggung adalah salah satu contoh tentang menguatkan Indonesia dari desa. Stronger villages = stronger Indonesia.

Follow Instagram Spedagi.


Homestay Omah Yudhi
Photo Courtesy : Aris Widjaya

Omah Kelingan
Photo Courtesy : Spedagi

Homestay Omah Yudhi
Photo Courtesy : Laviniaelysia

Homestay Omah Kelingan
Photo Courtesy : Spedagi

Homestay Omah Tani
Photo Courtesy : Spedagi


Spedagi
Photo Courtesy : Petra Ardi



2 comments on "Places I Want to Visit : Bersepeda Kayu di Temanggung"
  1. Saya pernah ke kediaman Pak Singgih ini. Betah banget yaa...naksir radio magnonya tapi hrs nabung dulu biar kebeli. hihi

    ReplyDelete
  2. Hihihi... MAGNO emang keren bangeeeet!

    Tadinya kirain dikau mau nulis soal travelling report gitu. Semoga dimudahkan ke TMG yah

    ReplyDelete