Social Media

Berkunjung ke Kebon Langit Bersama Camp On Farm

10 February 2018
Hari minggu artinya hari jalan-jalan atau hari bermalas-malasan. Kami pilih yang pertama.

Pagi-pagi tancap gas ke arah Dago. Kelaparan dan rehat sebentar di depan Terminal Dago, makan nasi kuning yang rasanya gak enak 😅 

Berbekal googlemap, sekitar 20 menit lah waktunya dari Terminal Dago ke Kebon Langit. Kami mengendarai motor. Sudah tahu sih medan ke sana bakal nanjak gila, kami isi bensin pake pertamax turbo biar motornya kuat.

Pas mau nyampe banget Kebon Langit, ternyata tanjakannya menggila. Saya turun dari motor aja -sebab gak akan kuat motornya- dan berjalan kaki terseok-seok seperti sapi yang sedang membajak sawah. Khekhekhe.


Acara dimulai jam 9 pagi. Kami datang kayaknya telat 5 menit atau mungkin tepat waktu.

Kebon Langit seperti yang kami duga berdasarkan namanya, emang pas ada di sana dan lihat pemandangan, rasanya kayak nempel sama langit.  

Bersalaman dan berkenalan dengan teman-teman baru penyelenggara acara, Camp On Farm, kami istirahat dulu duduk sambil minum dan ngemil gorengan. Tapi minuman dan gorengannya hari itu beda dari yang biasanya kami santap. 

Minumannya berupa seduhan bunga telang. Rasanya... ya kayak makan bunga. Pernah makan bunga gak? Saya pernah. ya rasanya sepet-sepet wangi. 

Gorengannya : gorengan jamur champignon, bayam merah+hijau, dan pisang goreng. Minyak untuk menggorengnya minyak kelapa. Emang kelihatan gorengannya lebih 'terdidik' lah. Warnanya segar, bersih, dan sehat. Favorit saya: gorengan jamur dong. Semua gorengannya kami makan sih 😅

Abis makan-makan dan terpesona dengan air dari bunga telang, barulah kami turun ke Kebon Langit.

Kang Asep memandu kami. Beliau pemilik sekaligus pengelola warung dan perkebunan. Makanan yang ada di warungnya berasal dari kebonnya sendiri.


Kang Asep mengenalkan kami pada dedaunan herbal: mint, peppermint, mint balm, stevia, oregano, rosemary dan thyme. Empat dari daun itu kami coba makan. Daun mint sih yang tersering kami temui dan konsumsi. Namun baru lah kami ketahui bahwa mint itu ada banyak ragamnya. 

Sorgum, demikian namanya, adalah tanaman berikutnya yang ada di Kebon Langit. Ia sejenis karbohidrat, saudaranya Padi. Hanya saja Sorgum ini lebih tahan banting. Ia dapat tumbuh di tanah yang miskin nutrisi dengan frekuensi panen yang lebih sering dibanding tanaman padi. Kang Asep bercerita bahwa ia mengetahui Sorgum (atau dalam Bahasa Sundanya Rugay) dari buyutnya. 

Sorgum nih mirip jagung sih, tinggi tanamannya. Sama seperti padi, ada sorgum merah, hitam juga sorgum warna kuning. Makin pekat makin bagus gizinya. Ya mirip beras merah dan hitam itu. 

Saya sih gak menyukai tanam menanam. Berkebalikan dengan Indra, dia seneng kegiatan bercocok tanam. Selama Kang Asep berbagi ilmu berkebunnya, Indra yang menyimak serius. Nabil asyik bermain. Saya mah yah gitu aja lah foto-foto heuheu 😁

Keliling Kebon Langit gak bikin capek, kebonnya gak terlalu luas. Palingan konturnya aja yang naik turun.

Kira-kira pukul 12 siang kami kembali ke warungnya dan makan siang dengan menu Ayam Asap Rosemary. Alamak nikmat nian itu ayam. Hanya saja nasinya kurang pol karena gak pulen. 

Nabil metik jeruk lemon dan membantu Kang Asep bikin Lemon Mint Shake. Kelihatan dari mukanya, si Nabil seneng banget. 

Ikutan acaranya Camp On Farm ini niat awalnya jalan-jalan aja. Mencari udara segar, bertemu teman baru, dan istirahat dulu dari rutinitas. Sekalian juga pengen ajak Nabil main ke kebon. 

Karena pesertanya gak banyak, acaranya juga jadi kayak undangan teman aja gitu. Banyak ngobrolnya, banyak ketawanya.

Dari obrolan itu juga kami baru tahu, teman-teman dari Camp On Farm ini berkolaborasi dengan petani-petani lokal. Semacam apa ya, menggabungkan kegiatan pertanian dan perkebunan dengan wisata. Tapi bukan pertanian/perkebunan yang sengaja dibuat untuk berwisata ya. Juga bukan kayak Farmhouse yang plekketiplek tempat wisatanya banget. 

Ini mah kami diajak datang ke sebuah areal pertanian dan perkebunan lalu diajak keliling perkebunannya serta bercengkrama dengan petaninya secara langsung. Mengenal dalem-dalemnya dunia perkebunan dan mengetahui asal muasal beberapa bumbu yang tersaji di meja makan. 

Kebon Langit ada di utara Bandung, dekat Tebing Keraton. Dari Kebon Langit, pemandangan ke arah kota Bandung indah sekali. Kami bisa menyaksikan pegunungan lainnya di selatan dan timur Bandung. Megah lah. Pemandangan makin dramatis ketika ada pesawat yang melintas karena pesawatnya sejajar dengan tempat kami berdiri. 

Kalau teman-teman ada waktu luang di akhir pekan, coba sesekali ikutan acara kayak gini.

Buat anak-anak setelannya masih cocok. apalagi agi orang dewasa kayak kita ini yang mudah kena serangan lelah batin. Capek kan ngurusin terus laporan keuangan, proposal untuk klien, perjuangan nyari pasangan hidup, nyuci baju, piring kotor, mengetik tanpa henti, jawab-jawabin pesenan di whatsapp, dandanin muka, bikin tutorial, nyetrika hijab, mandiin anak, baca timeline medsos isinya ujaran kebencian dan nyinyir-nyinyiran, dsb, dst, dll.

Jalan-jalan dulu di kota sendiri sebentar aja, ketemu orang baru, menghirup udara segar, lihat warna-warni bunga dan rerumputan.


















Teks : Ulu
Foto : Ulu

12 comments on "Berkunjung ke Kebon Langit Bersama Camp On Farm"
  1. Januari kemarin ke sini..suka banget sama pisgor dan bala2 bayam nya :) Minumannya jg enak-enak n sehat hehe..

    ReplyDelete
  2. Aduhh viewnya kece beraaattttt, kebayang nyaman dan sejuknya hawa di sana

    ReplyDelete
  3. cakep ya teh aku belum pernah eksplor Bandung sangkilang dekeut ti Cimahi hahaha..

    ReplyDelete
  4. "....Emang kelihatan gorengannya lebih 'terdidik' lah..." aku nyengir nyengir sendiri baca ini.

    ReplyDelete
  5. Wuih, seru pisan eta mah makan minum di tengah-tengah alam teerbuka, sembari memandangi gunung membiru di kejauhan. Segeer mata, seger di lidah. Cocok dinamai Kebun Langit plus Warung Langit. Btw, dulu di belakang rumah pas masih di Jambi sempat tumbuh sorgum tapi nggak kaya yang di foto itu warna biji-bijiannya. Lebih terang, entah hijau atau putih lupa saya. Cuma yang bikin heran itu tumbuh sendiri karena cuma segerombol gitu, nggak ada yang menanam. Kok bisa ya? Konon, sorgum ini bisa diproduksi jadi semacam gandum.

    ReplyDelete
  6. Ahh ini tempat mojok aku, kalo sore2 weekday dengerin suara alam meni merdu, sambil memandang view bandung plus nyemil bala bala bayam organik, pisang goreng, ngopi hideung,Nikmat pisaaan.
    Ato kalo pulang jalan kali dari tahura, lumpat kadieu, hayu uluuu mojok di warung langit..

    ReplyDelete
  7. Teteh meni seruu ih, tau aja ada wisata kebun gini.. pengen atuhlah, daftarnya ke camp on farm itu ya berarti?

    ReplyDelete
  8. Duh mni asik pisan tempatna, Lu.. anak2 jadi bebas explore banget yah. untung namina sanes konsonan langit, ahahaha

    ReplyDelete
  9. Lu, kalo ke kebon langit harus daftar dulu atau bisa langsung dateng?

    ReplyDelete
  10. Oh jadi ini rahasia kecantikan teteh (( minum teh bunga ))
    Wkkwk....aku jadi inget film horror jaman dulu. Dan kenyataannya, aku juga pernah ngunyah melati.
    (( oeekk...karena nenek dulu suka naruh di tempat tidur, jadi kemakan deeh... **mimpi apa doyyan?? ))


    Iyayya...bener..bener, teh.
    Kita harus lupain sejenak rutinitas harian yang melelahkan...dan tafakkur alam di Kebon Langit.

    ReplyDelete
  11. Seru ih... Tp baca aksesnya kok jd serem ya hehe...

    ReplyDelete
  12. teh kalo kesana bisa mandiri ga ? ato emang udah paketan harus daftar dulu camp on farm ? tempatnya adem banget kayanya, apalagi belum banyak pengunjung juga jadi bisa lebih nikmatin suasana haha

    ReplyDelete