Social Media

#photographytalk 5 : Fotografer Favorit

25 December 2016
Halo! Ini dengan Ulu. Ini artikel dengan tema #photographytalk yang ke lima! 

Enggak, saya gak punya fotografer favorit. Pertama karena saya kan suka motonya baru sekarang aja. Kedua, sumber fotografi saya sekarang banyak banget. Pusing lah banyak yang bagus-bagus. Ketiga, saya gak pernah benar-benar merhatiin seorang fotografer. 

Jadi sebagai anak baru di dunia fotografi, saya banyak lihat foto jepretan orang. Tapi mengidolakan satu fotografer, saya belum sampai ke sana levelnya karena bingung mau suka sama karya yang mana euy. Sebagai anak milenial saya ngerasa hidup saya ini mirip dunia youtube. Baru nonton video, udah kepengen nonton video baru lainnya. Hingar bingar, hiruk pikuk banget. Berderet hal-hal yang mau saya lihat, tapi baru juga mulai udah baris hal-hal baru lainnya. Ah euy matak lieur heuheuheu. 

Jadi untuk tema '#photographytalk 5 : Fotografer Favorit' ini, saya meminta bantuan Indra Yudha Andriawan. Dia ini orang yang banyak bantu saya menyediakan suplai foto untuk blog Bandung Diary. 

Pertama, umur Indra jauh lebih tua dari saya (heuheuheu maap harus sebut umur). Kedua, dia bisa motret pake kamera analog sekaligus bisa juga cuci cetak filmnya sendiri di kamar gelap. Ketiga, dia menjalani hobi fotografi di era fotografi belum seheboh sekarang. Keempat, Indra suka baca buku dan majalah fotografi. Walo dia dan fotografi sekarang perkembangannya stagnan alias gak catch up dengan dunia fotografi kekinian, Indra tahu siapa-siapa aja fotografer favoritnya. Sekaligus ngasihtahu alasannya kenapa.

Kalau alasannya karena hasil fotonya baguus mah sekarang semua orang bisa motret bagus ya. Canggih-canggih lah. Tapi menurut saya mah ada alasan selain foto bagus lah. Dan orang yang paling tepat ngomongin ini bukan saya, tapi Indra. 

Berikut ini saya menyadur semua percakapan saya dengan Indra perihal fotografer favoritnya ya. Oleh karenanya kalau adakata 'saya' maka itu untuk kata ganti yang merujuk kepada 'indra' ya.

Ayo kita mulai. 


1. James Nachtwey

"I used to call myself a war photographer. Now i consider myself as an antiwar photographer - James Nachtwey

Nachtwey adalah fotografer perang dan konflik. Kebanyakan foto-fotonya warna hitam putih. Pertama kali mengetahui tentang James Natchwey dari DVD War Photographer yang dibeli tahun 2003.


James Nachtwey
(photo courtesy : https://naceyphotojournalistfri.wordpress.com/the-photojournalist/)

Dari video dokumenter tentangnya itu saya baru tahu kalau James Nachtwey orangnya amat sangat pendiam. Pengalamannya berinteraksi dengan konflik dan peperangan menyebabkan sikap dia yang tertutup. Kalau lihat fotografer lain, mukanya paling tidak lebih 'berisi', lebih joyfull. Kalau James Nachtwey mah enggak. Orangnya gak banyak senyum, gak banyak omong. 

Saya mengagumi komitmen dia yang kuat terhadap proses menceritakan konflik dan perang melalui fotografi. Makanya miris suatu kali melihat iklan rokok pada baligo di Jalan Riau di Bandung. Si model yang berprofesi sebagai fotografer perang yang terlihat sangat dandy dan gaya. Fotografer perang di situ dijual sebagai barang yang macho dan keren. Padahal kalau lihat fotografer spesialis perang yang asli seperti James Nachtwey, orangnya nampak pemurung dan menarik diri dari dunia luar.


Photo courtesy : @jamesnachtweyofficial

Pernah nonton film tentang veteran perang Vietnam gak? Nah mirip-mirip gitu lah James Nachtwey. Tapi James Nachtwey mah lebih terkendali kondisi jiwanya. Ya mungkin sih. Bayangkan saja kalau jadi James Natchwey yang terus-terusan melihat tragedi, kematian, kepedihan, kehancuran...

"i have been a witness, and these pictures are my testimony. The events i have recorded should not be forgotten and must not be repeated." -  James Natchwey.

Cek Instagram James Nachtwey untuk melihat foto-fotonya lebih banyak. 


2. Steve Mccurry

Pertama kali mengetahui bapak ini dari majalah National Geographic versi Bhs Inggris di tahun awal 2000an. Ya betul, foto cover yang terkenal dengan julukan 'Afgan Girl' populer sekali. Tahun 1985 majalah NG menerbitkan majalah dengan cover foto seorang gadis Afganistan bernama Sharbat Gula.

Steve Mccurry
Photo courtesy : http://alchetron.com/Steve-McCurry-239106-W


Setelahnya saya mulai mengikuti karya Steve Mccurry. Dari foto-foto jepretan beliau, saya paling senang mengamati foto portraitnya. Setiap dia motret orang, saya amat sangat menyukai bagian matanya. Semua orang yang difoto Steve Mccurry selalu menunjukkan 'sesuatu' di matanya. Ada kesan misterius, tapi juga ada kesan lain yang mendalam dari orang yang ia foto. Kesan mendalam itu ada di bagian matanya, seolah-olah tiap subjek fotonya mengalami kehidupan penuh perjuangan.


Photo courtesy : @stevemccurryofficial

Jadi penasaran apa yang Steve Mccurry lakukan waktu memotret hingga ia dapat sorotan mata dari subjeknya yang begitu dalam. Apa ia mengajak subjeknya ngobrol? Apa dia berkenalan dulu atau langsung motret?

Teknik editing foto-fotonya juga mengerikan. Ah pokoknya editing fotonya sadis!

Cek foto-fotonya di Instagram Steve Mccurry.


3. Norbert Wu

Norbert Wu adalah fotografer wildlife khusus kehidupan laut. Pertama kali tahu tentang Norbert Wu dari majalah Photoasia (majalah yang sekarang sudah saya gak lihat lagi, tutup kali ya?). Di samping foto-fotonya yang bagus, hal yang paling saya suka dari Norbert Wu adalah tips dan triknya dalam teknik fotografi dan...bisnis!


Photo courtesy : http://www.norbertwu.com/nwp/subjects/seals_web/gallery-06.html

Misalnya gini, zaman dulu motret bawah laut belum ada peralatan secanggih, sevariatif, dan seterjangkau sekarang. Si Norbert Wu ini dia bikin sendiri alatnya karena anggarannya terbatas. Kita sekarang dimanjakan berbagai macam filter foto, dulu Norbert Wu menyusun sendiri filternya. Ribetnya lagi dia motret di dalam air, bukan di darat. Kebayang repotnya berkali-kali lipat dan dia bahagia melakukan semua itu. 'orang gila' :D 

Dari Norbert Wu pula saya belajar teknik Piggy Packing. Cmiiw ya. Piggy Packing adalah cara untuk mengatasi jadwal selama kita mengerjakan assignment dengan menyisipkan jadwal untuk pekerjaan yang lain, tanpa mengganggu pekerjaan utama. Misalnya, Norbert Wu ada assignment motret Manta Ray. Tapi dia juga menyisipkan jadwal untuk motret kehidupan Anjing Laut. Terus terang aja saya dan Ulu mempraktekan teknik Piggy Packing ini dalam kehidupan kami sehari-hari.

Piggy Packing juga sempet dibahas dikit kok di novel Supernova yang Partikel. Walau gak disebut Piggy Packing, tapi pekerjaan Paul The A Team ya gak jauh-jauh dari Piggy Packing :D

FYI, saya gak menemukan akun Instagram Norbert Wu. Mencari foto profilnya di internet juga susah. Hasil fotonya lebih mudah kita dapatkan ketimbang foto mukanya :D

Cek websitenya di http://www.norbertwu.com/


4. Sebastiao Salgado

Orang ini super sakti :D Sakti dan sakit lah hehehe. Lebih tepatnya sih 'sakit' dalam makna positif. Dia adalah seorang doktor di bidang ekonomi yang beralih menjadi fotografer. Spesifiknya mah jurnalis fotografer. Sebastiao Salgado mendapatkan highlight dalam karirnya sewaktu memotret peristiwa penembakan Ronald Reagan. 

Sebastiao Salgado membuat beberapa proyek fotografi yang rentang waktu pengerjaannya tahunan. Saya baca malah ada yang 1 proyek buku yang ia kerjakan, makan waktu pembuatan 10 tahun. Hasilnya? luar biasa! Cek buku fotografinya berjudul Genesis.


Sebastiao Salgado
Photo courtesy : https://id.pinterest.com/kskittyfrog7/sebasti%C3%A3o-salgado/

Sebastiao Salgado pernah datang ke Indonesia dan memotret di sini. Beberapa fotografer Indonesia mendampinginya memotret di Indonesia. Di majalah Fotomedia yang saya baca (majalahnya udah gak ada, by the way), beberapa fotografer lokal itu menulis testimoninya tentang bagaimana rasanya bekerja bersama Sebastiao Salgado. Salah satu fotografer menceritakan kalau Sebastiaou Salgado tidak makan dan tidak minum sewaktu memotret. Katanya supaya fokus motret, Salgado puasa. 

Untuk mengenali objek lokasi fotonya, Sebastiao Salgado pernah berjalan mengelilinginya selama 10x. Determinasinya kuat. Ia sendiri pernah mengatakan begini: tidak ada satu pun kamera di dunia ini yang dapat menyaingi kerja keras saya.

Baca tentang Sebastiao Salgado lebih banyak di link yang saya kasih ya. Atau browsing aja langsung di Google. 


5. Michael Yamashita

Beliau adalah seorang travel photographer. Dari Michael Yamashita saya belajar menangkap spirit of the place. Pertama kali tahu tentang Michael Yamashita dari proyek fotografi yang beliau buat, yaitu tentang Laksamana Cheng Ho. Buku fotografinya itu berjudul ZHENG HE, Tracing The Epic Voyages of China's Greatest Explorer.


Photo courtesy : https://www.amazon.com/Michael-S.-Yamashita/e/B001JOKG3C

Selain memuat foto perjalanan di dalam buku Laksamana Cheng Ho, beliau juga pernah menerbitkan buku fotografi perjalanan menyusuri sejarah Marcopolo, tentang Great Wall China, juga tentang New York, dan beberapa lainnya.

Jauh sebelum travel photography muncul di Instagram dan begitu memuakkan (sorry, begitu kata Indra :D), foto-foto jepretan seorang Michael Yamashita sangat amat menggugah dan bergelora. Tak ketinggalan setiap karyanya disertai sentuhan human interest yang mengagumkan.




Belasan tahun lalu saya pernah menghadiri workshop fotografinya di Jakarta, yes Michael Yamashita pernah mampir ke Jakarta dan menjadi pembicara pada sebuah workshop fotografi.Follow Instagramnya di @yamashitaphoto.

Saya belum bahas fotografer Indonesia favorit saya. Ada Ramasurya, Nicoline, Sonny Sandjaya, dan beberapa lainnya. Saya bahas di postingan berikutnya ya. Cek dan silakan baca semua tulisan bertagar #photographytalk juga ya di label Photography. Terima kasih dan selamat Natal bagi teman-teman yang merayakannya ☺




Tulisan ini diceritakan oleh Indra Yudha dan ditulis kembali oleh Nurul Ulu. 
3 comments on "#photographytalk 5 : Fotografer Favorit"
  1. Mantaaap. Bukan seperti melihat foto biasa ya, Ulu. Kayak ada "nyawa" di dalam fotonya.

    ReplyDelete
  2. yang photographer perang itu gak cuma menantang menghasilkan foto bagus tapi juga bertaruh nyawa, ya. Keren hasil fotonya

    ReplyDelete