Social Media

Enam Bulan #dirumahaja

16 September 2020

Masih musim covid-19. Hari ini tercatat tenaga medis yang wafat 116 orang. Saya masih diam di rumah. Sesekali keluar rumah lagi-lagi urusan kerja saja. Tidak ada nongkrong, tidak ada mudik. Belum satu detik pun saya berkumpul dengan keluarga, apalagi Ibu. Sedih sih. 

 

Enam bulan ini udah ngapain aja? 

 


Gak ada skill yang bertambah selain latihan sabar dan bersyukur. Sebab saya kena efek pandemi. Bisnis saya di Fish Express baik-baik saja. Malahan omset naik. Hamdalah.   

 

Saya daftar kelas-kelas online. Seru juga ikutan kelas jarak jauh begini. Awalnya saya pesimistis dengan keberadaan kelas online. Mengikuti kelas seperti itu macam orang ambisius yang gak mau kalah dengan zaman. Apa sih. Walah ternyata saya malah menyukainya. Pret dipoyok dilebok ya kamu, Ulu. 

 

Kemudian, saya mulai legowo untuk gak masak. Jujur aja saya capek masak. Sekarang saya berserah diri pada Warung Nasi Ceu Mimin. Chef rumahan yang apik dan bersih. Bismillah semoga makanannya bebas dari covid-19. 

 

Saya masih jalan-jalan. Sesekali saja bersama Indra dan Nabil. Saya gak rekomendasikan jalan-jalan berkelompok kecuali dengan pasangan. Musimnya masih pagebluk begini soalnya. Kami jalan kaki sekitar Cibadak saja. Terakhir kalinya keluar rumah kukurilingan tgl 17 Agustus 2020. Pagi-pagi waktu itu, jalanan kosong melompong kecuali di Alun-alun. 

 

Pernah juga beberapa kali saya ikutan tur virtual. Di Semarang sampai ke Jepang. Tur sejarah dan tur horor. Hahaha seru juga. 

 

Kurasa selama enam bulan ini saya belajar buat gak memberi batasan ke diri sendiri. Jangan apatis. Pun jangan ambisius. Santai saja. Tenang. Namun jangan menganggap hal-hal yang gak kamu gak ketahui adalah hal yang gak mungkin, gak penting. 

 

Menghadapi covid-19 pun saya menempatkan diri pada posisi netral. Saya diam di rumah, namun sesekali keluar rumah. Dengan catatan untuk bekerja saja. Tapi, saya gak bisa julid dengan teman-teman yang sering berkegiatan di luar rumah. Meskipun klise ya 'ekonomi harus tetap berputar' tapi beneran kerasa kok emang kegiatan di luar rumah perlu ada bagi sebagian orang. 

 

Saya punya pilihan. Akan tetapi saat saya berhadapan dengan pilihan keluar rumah, itu jalan terakhir. Saat itulah saya pikir kasihan amat yang gak ada pilihan buat diam di rumah aja ya. Mau gak mau mesti keluar rumah dan bekerja, kalau tidak....

 

Jadi, saya gak bisa bersikukuh dengan bilang 'ayo diam di rumah'. Kupikir, ya kalo harus keluar rumah yasudahlah. Kalian pake masker lah. Jaga jaraklah. Keluar rumah buat kerja ajalah. Tahan-tahan dulu ketemu keluarga bila kondisi darurat sajalah. Maksudku, kalo mau keluar rumah, jangan lupa tanggung jawab physcal distancingnya. Zaman masih begini soalnya. 

 

Pada sehat-sehat semua ya. Kalo kamu masih bertekad diam di rumah saja, bagus. Kalo kamu adalah tenaga medis yang kebetulan nyasar ke blog ini dan membaca tulisan ini: terima kasih banyak, semoga sehat-sehat terus ya, detik per detik yang kalian lakukan selama pagebluk ini adalah jaminan yang membawa kalian ke surga. Amin. 

 

Dan, semoga kita dikasih banyak rezeki, beneran buanyaaaak sekali rezeki. Mari kita gunakan rezeki ini untuk belanja. Belanja produk teman, jajan produk siapa saja yang ada di instagram dan twitter dan facebook dan status wa. 

 

Amin. Amin. Amin.

Post Comment
Post a Comment