Social Media

Ke Tasikmalaya, Lihat Masjid Manonjaya

12 February 2019
Di tengah badai kesibukan kerja, kami ikut meramaikan tiket promo Kereta Api Indonesia jurusan Bandung-Tasikmalaya. Gratis soalnya. 

So, gimana perjalanannya? Adem ayem. 



Di dalem kereta api, adem banget. Sepi soalnya. Satu gerbong gak nyampe 10 orang. 

Kami duduk berdekatan dengan suami istri usia pensiunan yang hendak tamasya di Tasikmalaya. Sama seperti kami, mereka penasaran dengan tiket gratisan. "Udah pensiunan mah gini weh banyakin jalan-jalan," kata si Bapak, si Ibu mengiyakan.

Di Tasikmalaya juga sama ademnya kayak gerbong KA Pangandaran. Suasana pusat kotanya selow dan hening. 

Tujuan wisata kami di sana hanya satu: Masjid Manonjaya. Lain-lainnya gimana ketemu di jalan aja.

Terbiasa melihat dan mengalami macet di Bandung, keluar stasiun kereta api di Tasikmalaya rasanya kayak plong. Jalanan kosong.

Dari stasiun ke hotel, kami berjalan kaki saja. Di tengah-tengahnya, kami menyantap Baso Loma dan nongkrong sebentar di depan Masjid Agung Tasikmalaya.

Dibilang jalanannya sepi, enggak juga sih. Disebut ramai, tidak. Enteng aja gitu rasanya jalan kaki di sana. Trotoar gak bagus-bagus amat tapi kepake. Gak kepake-pake amat sih tapi buat tempo jalan kaki kerasanya enak banget. 

Cuacanya bersahabat karena waktu itu sedang mendung dan udah sore. 

Tasikmalaya sama kayak Purwakarta, keduanya ada di level 300an meter di atas permukaan laut. Akan tetapi, kalo kamu pernah ke Purwakarta pasti tahu beeeuuh panas di sana tuh. Sebaliknya di Tasikmalaya nih, panas enggak, sejuk enggak. Ataukah saya beruntung aja ya kena cuaca adem? 

Di Tasik, Nginep di Mana

Kami menginap di Hotel City. Hotel baru yang dindingnya retak-retak dan keset kamar mandinya berbahan karet! hadooohh lieur sugan. 

Semua yang ada di hotel ini rada-rada gak nyaman kecuali kasur dan makanannya. Makanan adalah highlight hotelnya banget sebab murah dan lezat!

Terus ada kolam renangnya. Secara saya bawa anak kecil, senenglah dia diceburin ke kolam renang. Baginya piknik ke mana aja ayo, yang penting ada gamemaster, kolam renang, dan taman bermain :D atur-atur aja sebagai orangtua, tempat mana yang bisa menyalurkan hasrat semangat-monyet si anak.

Oiya, kalo cari penginapan yang murah, Hotel City okelah. 250ribu sudah include sarapan. Tapi kalo kamu mau yang fancy, pilih Santika, Fave Hotel, dan Horison. Semua hotel tersebut dapat dijangkau dengan berjalan kaki dari stasiun kereta api.

Masjid Manonjaya, Masjid Dua Abad

Umurnya baru mau hampir dua abad kok. Sekitar 180 tahunan. Sejak serius mengunjungi masjid-masjid tua di Cirebon dan Yogyakarta, saya agak terobsesi dengan masjid kuno nih.

Rasa-rasanya, kalo punya obsesi, jalan-jalannya jadi puguh. Dahulu tujuan utama traveling menyusuri rute-rute kota tua. Sekarang nambah: pengen lihat masjid-masjid klasik.

Makanya waktu tiket promo ke Tasikmalaya ini nongol, saya cuma pengen ke Masjid Manonjaya. Gak kepikiran tempat yang lain. 

Manonjaya letaknya jauh dari pusat kota Tasikmalaya. 12 km jarak tempuhnya. Ke sana kami menumpang Grab Car. 30 menit waktu tempuhnya.




Kesan pertama menyaksikan Masjid Manonjaya, sungguh mengagumkan. Masjid seperti istana dengan arsitektur rada-rada kolonial dan jawa. 

Ada menara di kedua sisi masjid, jendela besar-besar, kolom bangunan di teras gede-gede. Kalo gak salah, tiga hal tersebut mencerminkan ciri khas bangunan Belanda. 

Nah mustaka di puncak masjid dan kolam air untuk membasuh najis di kaki yang letaknya sebelum pintu masuk, itu datangnya dari Jawa Mataram. Begitu kata artikel yang pernah kubaca. 

Masuk ke masjid barulah terasa masjidnya gak sekuno penampakan dari luar. Ada kesan 'penuh' karena kolom-kolom tambahan. Lantainya marmer. Pintu ke ruang utama masjid bentuknya modern. 

Begitu juga kondisi di dalam ruang utama. Langit-langitnya sama kayak masjid kebanyakan. Kirain nyungcung. Kerucut ke atas. Tapi gak tuh.

Teu puguh kelihatnya. 

Ada kolom lebih gede lagi di sana. Saka tunggal atau saka guru istilahnya. Namun saya baca-baca, kolom di ruang itu bukan asli yang dulu. Tahun 2009, Tasikmalaya digucang gempa, ini masjid ikut ambruk kecuali kolom-kolom di teras.

Jadi pada dasarnya, sedikit banget porsi keaslian masjidnya. Sisanya hasil renovasi yang dibuat mirip kayak bentuk asli.

Kenapa bisa Manonjaya punya masjid sebesar ini, kemegahan masjid ini simbol dari apa? Kabupaten Tasikmalaya umurnya tua banget sih, Manonjaya ibukotanya. Kota Tasikmalaya baru ada tahun 76.

Bagian masjid yang jadi favorit saya adalah dinding pagar di teras. Semacam dinging setinggi perut. Kayaknya itu masih asli deh. Kalo pernah lihat bangunan lama masjid-masjid di foto antik, nah dinding itulah yang kulihat. 

Di depan Alun-alun ada satu pohon besar. Beringin. Eh bukan, Pohon Karet Munding kayaknya. Kira-kira lima menit kemudian kami nongkrong di bawah pohon itu. Makan bubur, ngemil kacang rebus, dan minum es kelapa muda bareng warga Manonjaya.

Bubur di sini bertabur potongan timun. Kerupuknya diremek-remekin dan ditaro di atas bubur. 

Alun-alun sebagai jantung kegiatan, biasanya dikelilingi sekolah, pasar, kantor pemerintah, dan penjara. Di sini ada semua kecuali penjara. Cmiiw.

Merasa cukup dan puas, kami kembali ke kota Tasikmalaya. Makan Mie Golosor. Jalan kaki lagi ke stasiun kereta api dan pulang ke Bandung.

Kesan Tentang Kota Tasikmalaya

Bila ada satu hal lain yang kami sukai di kota Tasik, itu adalah sungai-sungai yang airnya bersih.

Keuntungan jalan kaki sih, bisa merhatiin sungainya. Sampah mah ada aja, tapi airnya jernih. Ada yang keruh, tapi masih bisa saya lihat dasar sungainya. Ini kenapa bisa airnya jernih-jernih begini ya di Tasik...

Selokan di depan Masjid Manonjaya pun airnya bening banget!

Gak heran ikan-ikan hasil olahan dari Tasikmalaya lezatnya parah luar biasa. Olahan menu ikan ala Tasikmalaya merusak standar kenikmatan masakan ikan di kota lain.

Kalo kamu ke Tasik, selain warung-warung baso, mampir juga ke restoran yang menunya ada ikan. Ikan mas, ikan nila, ikan-ikan sungai gitulah. Airnya bagus gitu, pasti ikan-ikannya juga enak! Pantesan ya Ikan Beunteur ada banyak di Tasik (dan Ciamis).

Tahu Ikan Beunteur kan? ikan-ikan kecil yang cuma bisa hidup di air sungai (dan danau) bersih jernih. 

Tasikmalaya jauh dari Jakarta, jauh dari Bandung. Bisa jadi areal industri di sana gak banyak kayak di Purwakarta ya? karena itu tempo kotanya masih rada selow dan air sungainya jernih. Mungkin ini mah, cmiiw. Industri apa yang banyak di Tasik? peternakan ayam setahu saya mah. Kolam-kolam budidaya ikan juga kalo kata Indra.

Tapi ngomongin Tasik ingatnya industri bordir yang kesohor. Kalo kamu beli tikar di pasar babadan, tas-tas belanja dari rotan, bisa jadi datangnya dari Tasik tuh. Skill craftynya orang-orang Tasik kelas advanced banget cenah.

Demikian celoteh sok tahu saya tentang Tasikmalaya. Haha. Pernah ke Tasik gak? atau jangan-jangan kamu orang Tasik? Punya cerita tentang Kota Tasik, sok komen di bawah :)

Februari ini masih ada kereta api gratis dari Bandung ke Tasikmalaya. Ayo dimanfaatin fasilitasnya. Sayang nih dilewatin. Coba digoogle aja kuliner-kuliner seru di Tasik. Atau jelajahi kawasan wisatanya yang hits, sebab contek jalan-jalan ala saya mah kelihatannya bosenin :))))) kata ibu saya sih gitu ahahahh :)))))

Saya perhatiin nih, pemkot Tasik dingin-dingin aja ngadepin tiket promo gratis ini, padahal momen bagus buat menjamu orang-orang metropolis mau buang uang di Tasik. Gubernur Ridwan Kamil dan PT. KAI aja yang antusias promosiin jalur Gambir - Tasikmalaya. Tasikmalayanya cuek. WHYYYY, Pak Bupati Tasik?!


KA Pangandaran Gambir - Banjar. Transit di Bandung jam 11.40
Nyampe di Tasik jam 15.30
gak banyak bangunan antik di Tasik
gak pake kata 'laundry'
Mie Golosor, nyoba dua tempat mamam baso dan menurut saya biasa aja sama kayak di Bandung
sebelon checkout, rate buat hotelnya 6/10
bubur di Alun-alun Manonjaya
Masjid Manonjaya





teks: ulu
foto: ulu, indra
Post Comment
Post a Comment