Social Media

Tentang Pertanyaan yang Muncul Ketika Ajak Anak Traveling

11 October 2018
Pertanyaan yang hinggap di pikiran saya tentang bawa anak traveling adalah: saya jahat gak sih ke dia...

Sebab pertanyaan teknis traveling bersama anak kecil udah terlewati. Pergi menumpang kendaraan apa. Bawa pakaian sebanyak apa. Nginep di mana. Berapa hari baiknya. Itinerarinya bagaimana. Sudah terjawab semuanya. Udah terlatihlah begitu.

Tapi muncul pertanyaan lain yang susah jawabnya.

Penyebabnya karena saya gak bawa nabil ke tempat-tempat berlibur ala keluarga pada umumnya. Saya ajak Nabil berjalan kaki lebih jauh. Kadang kehujanan (seperti waktu jalan-jalan di Cianjur). Seringnya ya kepanasan.



Mentok-mentok ajak Nabil jalan-jalan ke tampat khusus anak-anak tuh ke Gamesmaster atau Storyland. Kalau kota yang kami datangi ada kebun binatang (yang reviewnya) bagus, saya usahakan mampir dan main di sana. Namun kebanyakan waktu traveling yang saya rancang ya untuk memenuhi kesukaan saya saja. Bukan untuk Nabil.

Ada sih idealisme tentang mendidik anak traveling sejak dini. Melatihnya jadi anak yang tangguh terhadap perubahan cuaca, kuat mengalami perjalanan yang gak ramah-anak, gak segan dengan pertemuan orang-orang baru, santai saja dengan suasana yang beda dengan di rumah. Sudah pasti itu mah. Rasa-rasanya Nabil sudah lulus kelas traveling level intermediate dengan angka A.

Akan tetapi, sering tuh dalam hati saya ngebatin.

Saya salah gak sih ajak dia ke Blitar mengunjungi situs museum dan makam Soekarno.
Saya tega banget gak sih bawa dia jalan kaki menyusuri rumah-rumah tua di Cirebon.
Saya orangtua yang egois gak sih karena bikin dia ikut keliling Kauman di Yogyakarta...

Kalo ngelihat foto-foto teman di instagram yang berlibur dengan keluarganya, saya tuh suka bicara dengan diri sendiri. "Nah begitu ajak anak jalan-jalan tuh, Luuuu! bukan kayak kamu"

Pergilah ke themepark.
Main ke wahana permainan anak.

Ke mana kek gitu. Ke Rabbit Town, ke Floating Market, ke Taman Safari, ke Dufan! Ke sana harusnya anak kecil pergi jalan-jalan.

Baru di tahun 2017 saya menyisipkan agenda untuk Nabil. Kayak berkunjung ke Gembira Loka. Di tahun ini saya dan Nabil bersenang-senang di Jatim Park II.

Jadi ya lumayan perasaan bersalah agak terkikis hahahaha.

Apakah ada teman-teman yang merasakan hal yang sama dengan saya?

Ada aja sih di instagram saya lihat ibu yang bawa anaknya mendaki gunung sejak anaknya masih bayi! Pernah gak ya terlintas padanya pertanyaan yang sama dengan yang saya tanyakan pada sendiri ini.

Saya gak tahu apa Nabil ketika dewasa nanti bersyukur karena orang tuanya ajak dia traveling ala orang dewasa. Atau jangan-jangan dia kapok :D

Tapi saya berharap banget Nabil kelak ketika umurnya 20, 30, 40, 50, 60, 70 tahun melihat foto perjalanan kami dan membaca catatan perjalanan saya lalu hatinya menghangat. Hangat karena senang, karena bahagia.


1 comment on "Tentang Pertanyaan yang Muncul Ketika Ajak Anak Traveling"
  1. Nanti ketika dewasa Nabil akan sangat bersyukur karena dia punya kenangan indah traveling yg berbeda dengan anak2 seusianya bersama bundanya. Jangan heran kalau dewasa nanti dia akan mewarisi hobi bundanya.

    Sy dulu punya teman yang selalu bawa anaknya yang masih balita untuk ikut acara2 literasi baik yang serius maupun santai. Sekarang anaknya sdh beranjak dewasa dan dia punya diksi yang bagus kl menulis. :)

    ReplyDelete