Social Media

Image Slider

Proses Kreatif Menyusun Artikel di Blog Bandung Diary

27 February 2018
Sebelum masuk ke inti tulisan tentang proses kreatif blogging, saya mau cerita dulu. Bentar doang, lima detik baca cerita curhat ini. Hihi.

Belum lama ini dalam sebuah whatsapp group, seorang teman meminta saya bertugas jadi panitia reuni SMP. Merasa gak punya kapasitas, saya menolak. 

Tahu gak jawaban dia apa? "Cieee gak mau bantuin, enakan ngerjain blog ya soalnya tinggal nulis."

Waduh tersinggung saya dibuatnya. Hahaha. 'Cuma nulis aja' katanya. Walo bete tapi thanks to him! Karena saya jadi kepikiran buat bikin postingan ini. Bete tapi produktif lah hahaha.

Mari saya bedah formula ‘cuma nulis di blog’ itu gimana.



Pilih Tema Blog dan Taro Ciri Khas dalam Tulisan-tulisannya

Traveling adalah tema besar Bandung Diary. Walau daya jelajah blog ini banyaknya Bandung, saya gak ragu menyebut blog saya temanya traveling. 

Traveling kan tema yang luas. Untuk mengerucutkannya, saya membuat kategori dari tema traveling. 



1. Kuliner
Bahas traveling pasti nyerempet tema kuliner. Saya usahakan bahas kulinernya gak banyak-banyak karena saya bukan food blogger. Di dunia nyata juga saya jarang jajan. Kalaupun jajan, tempatnya itu-itu aja.

2. Cool Places
Nah ini nih kategori yang khusus membahas tempat-tempat wisata. Biasanya saya bagi lagi nih kategorinya:
  • Tempat wisata yang banyak dicari di google
  • Sebuah tempat yang 'saya banget, masa bodo ada yang baca atau enggak'
3. Catatan Perjalanan
Lah ini mah di dalam blog tema traveling kudu ada lah. Gak usah dibahas lagi ya hihi. 

4. Playlist
Tulisan tentang playlist pendek-pendek aja. Lha isinya cuma daftar lagu. Ini mah kategori suka-suka. Iseng tapi menambah rona warna blog. Seenggak-enggaknya sih buat saya ngilangin jenuh nulis aja. 

Tema Blog adalah Koentji 

Menentukan tema besar sebuah blog membantu saya merumuskan mau nulis apa. Saya jadi lebih fokus, lebih terjadwal nulisnya, dan tahu ingin mendatangkan pembaca yang kayak gimana. 

Sering gak kamu ngeblog terus bingung dan bertanya: ugh nulis apa ya di blog.


Selama ini saya gak mengalami momen kayak gitu. Belagu amat ya. Enggak sih, ini cuma the perks of living in big city kayak Bandung. 

Banyak cerita yang bisa saya angkat jadi tulisan, banyak kegiatan di kota ini. Jadi saya emang diuntungkan dengan kotanya sih :D 

Contoh Membuat Konten Kreatif untuk Blog Bandung Diary

Teorinya gampang, bagaimana prakteknya? Oh ya lebih susah lagi. Hahaha. 

Gini deh, saya kasih dua contoh kasus. Saya jembrengin proses kreatifnya dari cari ide sampai tulisannya jadi dan dibaca banyak orang ya.





Traveling Kategori Kuliner

Tahun 2015 gaya menulis ala listcycle (dibuat tersusun, daftar) ngetren banget. Bahkan sampai sekarang masih banyak yang nulisnya pake gaya ini. Saya termasuk yang jarang nulis ala listcycle.



Ceritanya saya lagi mentok karena stok foto habis. Gak bisa jalan-jalan karena kesibukan.



Jadi saya scrolling daftar tulisan sendiri di blog. Hey tiba-tiba kepikiran gimana kalau saya daur ulang tulisan kuliner jalanan di Bandung yang ada di blog. 

Saya buat satu tulisan yang menggabungkan beberapa review kuliner saya dalam satu daftar panduan. Dan jadilah tulisan berjudul Street Food Around Bandung.

Saya bikin tulisan ulang, ceritain satu per satu kuliner jalanan di Bandung secara umum dan dikasih keterangan umum. Tidak lupa foto juga mesti saya sertakan sebagai pelengkap tulisan. Satu kuliner, satu foto.








Kalau dibuat proses kreatifnya secara detail, kira-kira begini bentuknya:

1. Ide :

Pengen bahas kuliner jalanan di Bandung, ada 10 macam kuliner.

2. Eksekusi ide:


  • Scrolling tulisan sendiri di blog
  • Lihat stok tulisan sendiri di blog
  • Cek tulisan di kategori Kuliner
  • Bikin tulisan baru
  • Sertakan foto sebagai pelengkap


3. Upload ke blog


Traveling Kategori Resensi Hotel

Meski didominasi tulisan tentang Bandung, 20% blog Bandung Diary juga membahas traveling di kota lain. Salah satu yang akan saya bahas proses kreatifnya adalah tulisan tentang penginapan di Yogyakarta. 

1. Ide :

Meliput hotel hits di Yogyakarta. Sebelum berangkat ke Yogyakarta, saya cari tahu di mesin pencari. Hotel apa sih yang lagi seru-serunya di sana. 

Browsing sebentar langsung ketahuan. Saya cek di situs booking online, harganya sesuai anggaran, langsung book. 

Pergi ke Yogyakarta menghadiri acara wisudanya si adek. Tapi kan bisa disambi meliput hotel juga, mana sekalian pula saya nginep di hotelnya kan.

2. Eksekusi ide:


  • Book hotelnya
  • Bawa kamera
  • Tanya hotelnya boleh motret enggak
  • Merasakan pengalaman nginep di hotelnya
  • Foto tiap sudutnya
  • Mencatat, jangan diinget karena diinget-inget mah suka kelupaan


3. Upload ke Blog:

Sejak awal 2016, saya bikin format tulisan untuk resensi hotel. Semacam panduan gitu lah buat saya sendiri. Panduan ini yang jadi pedoman foto-foto tempatnya dan buat ngumpulin data biar gak menclok-menclok terus lupa ditulis.

Begini format tulisan kategori penginapan yang saya buat sendiri:


  • Kalimat pengantar
  • Room
  • Location
  • Food
  • Service
  • Note/Tips
Kalau bahas resensi hotel, saya tulis alamat hotelnya, website/media sosial hotelnya, petunjuk arah, harga per kamar, dan deposit.



Foto untuk Konten Blog Bandung Diary

Urusan pajang memajang foto saya pikirin juga sih. Gak cuma upload doang.

Abis moto banyak-banyak, di rumah saya sortir lagi fotonya. Edit bila perlu.

Format kelengkapan foto untuk blog Bandung Diary begini:
  1. Perbanyak foto format landscape karena tidak memakan banyak ruang panjang gawai kita
  2. Size seragam, yaitu 500px
  3. Resolusi foto di bawah 200kb (di bawah 100kb lebih bagus sih, tapi menurut saya warna fotonya jadi gak tajam)
  4. Pasang fotonya satu atau dua buah saja di awal atau tengah tulisan. Saya mencantumkan banyak foto di bagian akhir tulisan
  5. Foto harus bagus, ya paling enggak komposisi rapi, ada ceritanya, cerah, dan terang
Saya sengaja suka naro foto banyak, lebih dari tujuh foto di satu tulisan. Alasannya?

Pertama : gak sedikit kan orang yang malas baca, pengennya lihat fotonya aja. 

Kedua : signature style. Cuma buat identitas aja, branding gitu heuheuheu.

Sering sih saya ngerasa lebay kalo motret. Kayaknya kok tiap moto banyaaak banget frame yang diambil. 

Ah mari berpegang teguh pada prinsip: if it looks good, shoot it. If it looks better, shoot it again.





Terus Blognya Pake Platform Blogging Gratis atau Berbayar, Pake Hosting atau Enggak?

Nah ini. Bandung Diary resmi berganti domain sejak tahun 2016. Waktu itu sih mikirnya kayaknya udah saatnya deh gak pake nama dengan embel-embel platform gratisan lagi (e.g bandungdiary.blogspot.id).

Namun saya belum pake hosting sih. Saya masih pake platform gratisan. Ganti domain aja. 

Ohiya kamu tahu gak apa itu hosting dan apa itu domain?

Domain adalah nama dari web/blog. Kayak Bandung Diary nih nama domainnya bandungdiary.id.

Sementara hosting artinya layanan untuk naro data yang bisa diakses dengan internet.

Pendek kata, hosting ini rumahnya domain. Sama kayak rumah dalam dunia nyata, hosting ini ada ukurannya juga. Karena ukurannya beda-beda, paket pembelian hosting juga harganya beda. Tinggal pilih aja yang sesuai anggaran yang mana.

Ada sih temen yang bilang, mendingan beli hosting lah. Foto banyak, tulisan udah bejibun juga. Kalo platform Blogspot tiba-tiba dishutdown kayak Multiply gimana...

Berbekal kekhawatiran itu, saya cari-cari lah kalo mau beli hosting baiknya yang kayak gimana. 

Kalo cari hosting, kira-kira begini yang saya cari:

24-hours Services alias Full Support

Kita semua tahu betapa menyenangkannya kalau kita pake jasa layanan dan pada waktu kita menemukan kesulitan, kita hubungi mereka, dan merekanya siaga menjawab. Jam berapa pun.

Full Suport di sini juga maksudnya si web hosting ini punya performa server dan konektivitas maksimal. Perhatiin nilai uptime web hostingnya, disarankan yang nilainya 95,5% atau lebih.

Perhatiin Term Pembayaran dan Berapa Besar Biayanya di Tahun Kedua

Udah cek nih performa web hosting gimana, sekarang perhatiin paket hostingnya. Berapa harganya, termasuk apa aja sih harganya. Gak lupa juga perhatikan pembayaran di tahun kedua, jangan kecele dengan pembayaran hosting di tahun pertama aja.

Paket Hosting Indonesia di Niagahoster.co.id


Cari layanan web hosting yang gak ribet

Nah ini. Carilah web hosting yang toolsnya ramah alias gak nyusahin :D

Saya bantuin aja cari web hostingnya gimana, biar langsung to the point. Langsung diklik aja itu linknya ya, yang teks berwarna merah :D

Cek Niagahoster deh. Akses websitenya cepat dan servernya ada lebih dari 500 di seluruh dunia. Layanan hosting murah unlimited dan toolsnya juga gak nyusahin. Sekarang udah ada 132ribu user, seenggak-enggaknya itu bisa jadi patokan kalo pelayanannya menarik, penawarannya oke. 






Saya udah sebutin juga belum kalau Niagahoster ini server uptimenya mencapai angka 99,98%. Wegh mantap jiwa! Artinya apa: servernya nyala terus, tiap transaksi bisa jalan terus. Jam berapa pun. Ini nyambungnya ke full support yang saya bahas tadi.  

Tapi bagian ini yang bisa jadi kalian suka: ada garansi 30 hari uang kembali :D

Bukan hanya menyediakan paket hosting, Niagahoster juga punya domain yang harganya terjangkau: internasional dan lokal. Terus server VPS murah, ada garansi keamanan SSL/HTTPS, ada email hosting. Wegh ada semua sampai Google Adwords juga!

Coba dibaca dulu profilnya di web Niagahoster. Abis itu cek paket hosting dan domainnya. Abis itu cek reviewnya. Dan terakhir cek promonya apa aja :D 

Yak udah begitu aja. 


Mudah-mudahan tulisan tentang proses kreatif blogging yang saya buat ini bermanfaat ya. 

Buat teman-teman yang baru mulai blogging, boleh pake cara saya. Saya juga pengen tahu proses kreatif dalam membuat konten blog ala teman-teman bagaimana, siapa tahu bisa saya tiru hehehe. 




Waktu Mencari Jam Tangan di Jalan ABC

16 February 2018
Dari rumah menumpang bis kota. Jam 10 pagi waktu itu. Memperkirakan kepadatan jalan raya di Bandung di akhir pekan jam harusnya sih masih lengang. Masih terlalu pagi untuk macet lah.


Ternyata macet…Hahaha. Saya berencana ke Jalan ABC di dekat Pasar Baru. Niatnya mah mau berburu jam tangan. Terutama yang mereknya Jam Tangan g shock. 

Fyi, Jalan ABC ini segala macam barang ada. Dari jam tangan, kacamata, alat elektronik, keran air, kunci-kunci klasik untuk hiasan, ada semua lah kecuali barang fesyen aja. 

Jam 10 naik Damri (bis kota di Bandung), di daerah Setiabudi udah mpot-mpotan itu bus jalannya. Masuk ke Sukajadi, hahaha manyun. Macet makin menjadi.

Pendek cerita setelah kemacetan bertubi-tubi di pusat keramaian, saya akhirnya turun juga dari bis dengan perut keroncongan dan hati kesal. Mestinya saya pesan ojek online aja kali ya. Mana tahu kirain (belum) gak bakal macet.

Tips 1 bepergian di Bandung di hari Sabtu dan Minggu: cek googlemap.

Dua jam lah  waktu tempuh dari Setiabudi Atas ke Jalan ABC. Mulai dari mulut Jalan ABC, saya udah bisa lihat-lihat jam tangan yang terpajang di gerobak mamang-mamang. Sayang ini perut udah berontak minta makan.

Berjalan kaki sebentar, sekitar 200 m, ketemu lah saya dengan lotek ternikmat sepenjuru bumi parahyangan :D Yes betul, Lotek Alkateri!

Jadinya mamam dulu deh. Sebenernya sih ini lotek porsinya dikit. Si lotek diwadahin ke kertas yang udah dibentuk kayak corong es krim. Tentu aja kurang porsinya buat saya sehingga baso tahu yang ada di sebelahnya saya pesan juga heuheuheu :D

Tips 2 bepergian di Bandung: makanan jalanannya enak-enak, jangan ragu-ragu kalau mau nambah atau pesan makanan lainnya. Stop diet go riot!

Yak sudah makan. Hati juga ikut jadi kalem. Enak nih kalau udah tenang mah berburu jam tangannya juga lebih fokus dan santai. Terus karena di sini banyak yang jual barang-barang ‘aneh’, jadinya mata jelalatan lihat barang lain. Heuheuheu. Terutama kacamata sih kalau saya mah. Jlan ABC ini surganya penggemar kacamata.

Lokasi Jalan ABC strategis untuk belanja dan mencari pengalaman traveling yang menarik di Bandung. Bila kamu termasuk pejalan yang tipenya pengen tahu tempat unik dan otentik, nah di sekitar Pasar Baru ini ada banyak. Antimainstream pokoknya mah.

bersiap belanja dan jajan :D 

Jalan ABC merupakan daerah tuanya kota Bandung. Dahulu menjadi kawasan pecinan, sekarang juga masih. Kawasan Pecinan di Bandung ini luas juga, dari Jalan Sudirman, Jalan Kebon Jati, Jalan Suniaraja, dan beberapa jalan lainnya.

Kalau  perhatikan sisi kanan kiri jalan, masih ada kok rumah-ruam tua ala arsitektur Tionghoa. Itu lho yang atapnya khas bentuknya. Kamu juga pasti bisa menyimpulkan sendiri kalau lihat rumahnya, bahwa itu rumah khas tionghoa.
Jalan ABC diapit Jalan Alkateri dan Pecinan Lama. Di jalan-jalan tersebut ada ‘harta karun’ berupa restoran dan toko kopi.

Di Jalan Alkateri ada Warung Kopi Purnama dan di Jalan Pecinan Lama ada Toko Kopi Aroma.

Tips 3 bepergian di Bandung: datangi tempat-tempat otentik.

Abis belanja di Jalan ABC, tentu aja saya jajan kopi ke Kopi Aroma. Beli kopi di sini mah ngantri euy. Tapi cepet majunya kok antriannya. Dan jangan datang di hari minggu sebab tokonya tutup.



Belanjanya cuma satu jam, jalan-jalannya yang lama. Plus macetnya sih. 

Sebelum pulang, belok ke Warkop Purnama dulu buat makan roti srikaya (highly recommended) dan teh jeruk nipis plum (highly recommeded juga nih hehehe) sambil skroling timeline instagram dan lihat-lihat hasil belanja, termasuk si Jam Tangan g shock itu. 

Colling down di warkop Purnama udah paling pas. Abis itu balik ke rumah, pesen ojek online aja. Byebye macet :D

**********


Foto: dokumen pribadi

Berkunjung ke Kebon Langit Bersama Camp On Farm

10 February 2018
Hari minggu artinya hari jalan-jalan atau hari bermalas-malasan. Kami pilih yang pertama.

Pagi-pagi tancap gas ke arah Dago. Kelaparan dan rehat sebentar di depan Terminal Dago, makan nasi kuning yang rasanya gak enak 😅 

Berbekal googlemap, sekitar 20 menit lah waktunya dari Terminal Dago ke Kebon Langit. Kami mengendarai motor. Sudah tahu sih medan ke sana bakal nanjak gila, kami isi bensin pake pertamax turbo biar motornya kuat.

Pas mau nyampe banget Kebon Langit, ternyata tanjakannya menggila. Saya turun dari motor aja -sebab gak akan kuat motornya- dan berjalan kaki terseok-seok seperti sapi yang sedang membajak sawah. Khekhekhe.


Acara dimulai jam 9 pagi. Kami datang kayaknya telat 5 menit atau mungkin tepat waktu.

Kebon Langit seperti yang kami duga berdasarkan namanya, emang pas ada di sana dan lihat pemandangan, rasanya kayak nempel sama langit.  

Bersalaman dan berkenalan dengan teman-teman baru penyelenggara acara, Camp On Farm, kami istirahat dulu duduk sambil minum dan ngemil gorengan. Tapi minuman dan gorengannya hari itu beda dari yang biasanya kami santap. 

Minumannya berupa seduhan bunga telang. Rasanya... ya kayak makan bunga. Pernah makan bunga gak? Saya pernah. ya rasanya sepet-sepet wangi. 

Gorengannya : gorengan jamur champignon, bayam merah+hijau, dan pisang goreng. Minyak untuk menggorengnya minyak kelapa. Emang kelihatan gorengannya lebih 'terdidik' lah. Warnanya segar, bersih, dan sehat. Favorit saya: gorengan jamur dong. Semua gorengannya kami makan sih 😅

Abis makan-makan dan terpesona dengan air dari bunga telang, barulah kami turun ke Kebon Langit.

Kang Asep memandu kami. Beliau pemilik sekaligus pengelola warung dan perkebunan. Makanan yang ada di warungnya berasal dari kebonnya sendiri.


Kang Asep mengenalkan kami pada dedaunan herbal: mint, peppermint, mint balm, stevia, oregano, rosemary dan thyme. Empat dari daun itu kami coba makan. Daun mint sih yang tersering kami temui dan konsumsi. Namun baru lah kami ketahui bahwa mint itu ada banyak ragamnya. 

Sorgum, demikian namanya, adalah tanaman berikutnya yang ada di Kebon Langit. Ia sejenis karbohidrat, saudaranya Padi. Hanya saja Sorgum ini lebih tahan banting. Ia dapat tumbuh di tanah yang miskin nutrisi dengan frekuensi panen yang lebih sering dibanding tanaman padi. Kang Asep bercerita bahwa ia mengetahui Sorgum (atau dalam Bahasa Sundanya Rugay) dari buyutnya. 

Sorgum nih mirip jagung sih, tinggi tanamannya. Sama seperti padi, ada sorgum merah, hitam juga sorgum warna kuning. Makin pekat makin bagus gizinya. Ya mirip beras merah dan hitam itu. 

Saya sih gak menyukai tanam menanam. Berkebalikan dengan Indra, dia seneng kegiatan bercocok tanam. Selama Kang Asep berbagi ilmu berkebunnya, Indra yang menyimak serius. Nabil asyik bermain. Saya mah yah gitu aja lah foto-foto heuheu 😁

Keliling Kebon Langit gak bikin capek, kebonnya gak terlalu luas. Palingan konturnya aja yang naik turun.

Kira-kira pukul 12 siang kami kembali ke warungnya dan makan siang dengan menu Ayam Asap Rosemary. Alamak nikmat nian itu ayam. Hanya saja nasinya kurang pol karena gak pulen. 

Nabil metik jeruk lemon dan membantu Kang Asep bikin Lemon Mint Shake. Kelihatan dari mukanya, si Nabil seneng banget. 

Ikutan acaranya Camp On Farm ini niat awalnya jalan-jalan aja. Mencari udara segar, bertemu teman baru, dan istirahat dulu dari rutinitas. Sekalian juga pengen ajak Nabil main ke kebon. 

Karena pesertanya gak banyak, acaranya juga jadi kayak undangan teman aja gitu. Banyak ngobrolnya, banyak ketawanya.

Dari obrolan itu juga kami baru tahu, teman-teman dari Camp On Farm ini berkolaborasi dengan petani-petani lokal. Semacam apa ya, menggabungkan kegiatan pertanian dan perkebunan dengan wisata. Tapi bukan pertanian/perkebunan yang sengaja dibuat untuk berwisata ya. Juga bukan kayak Farmhouse yang plekketiplek tempat wisatanya banget. 

Ini mah kami diajak datang ke sebuah areal pertanian dan perkebunan lalu diajak keliling perkebunannya serta bercengkrama dengan petaninya secara langsung. Mengenal dalem-dalemnya dunia perkebunan dan mengetahui asal muasal beberapa bumbu yang tersaji di meja makan. 

Kebon Langit ada di utara Bandung, dekat Tebing Keraton. Dari Kebon Langit, pemandangan ke arah kota Bandung indah sekali. Kami bisa menyaksikan pegunungan lainnya di selatan dan timur Bandung. Megah lah. Pemandangan makin dramatis ketika ada pesawat yang melintas karena pesawatnya sejajar dengan tempat kami berdiri. 

Kalau teman-teman ada waktu luang di akhir pekan, coba sesekali ikutan acara kayak gini.

Buat anak-anak setelannya masih cocok. apalagi agi orang dewasa kayak kita ini yang mudah kena serangan lelah batin. Capek kan ngurusin terus laporan keuangan, proposal untuk klien, perjuangan nyari pasangan hidup, nyuci baju, piring kotor, mengetik tanpa henti, jawab-jawabin pesenan di whatsapp, dandanin muka, bikin tutorial, nyetrika hijab, mandiin anak, baca timeline medsos isinya ujaran kebencian dan nyinyir-nyinyiran, dsb, dst, dll.

Jalan-jalan dulu di kota sendiri sebentar aja, ketemu orang baru, menghirup udara segar, lihat warna-warni bunga dan rerumputan.


















Teks : Ulu
Foto : Ulu

Jalan-jalan ke Cianjur, ke Museum dan Lihat Pabrik Roti Legendaris

09 February 2018
Liburan singkat di Cianjur ini terlalu singkat. Terlalu cepat. Saya harus balik lagi ke sana dengan tempo perjalanan lebih pelan.

Tahu gak berapa hari saya ada di Cianjur? 24 jam. Manusia modern namanya juga: riweuh. 



Target tujuan saya ke Cianjur ada dua: Sate Maranggi Cianjur dan ke Museum Bumi Ageung Cikidang.

Hamdalahnya gak cuma dua tujuan tersebut yang terlunaskan tapi juga ada tiga tempat lainnya nih yang kami datangi. Apa aja? (fyi, saya kayaknya bakal tulis beberapa tempat secara detail di postingan terpisah).


1. Pabrik Roti Tan Keng Cu

Mesti ke sini sebelum jam 1 siang. Dari museum Bumi Ageung kami berjalan kaki. Fajar memandu kami lewatin gang-gang kecil. Lewat pinggir jalan raya mah berisik banyak mobil dan panas, gitu katanya. 

Bila ada yang menarik dari pabrik ini, itu adalah ruang pemanggangan roti. Sekarang saya tahu gimana itu roti-roti dipanggang. 

Waktu masuk ke pabrik roti Dji Seng (yang ini di Bandung), saya juga lihat ruang yang sama tapi gak ngerti gimana cara mereka bakar rotinya ya.

Ruangannya kecil gitu. Cuma ada bolongan di tembok, di balik si tembok ada ruangan besar buat nari roti-rotinya.


Sekarang mah jadi tahu. Mereka panggang roti kayak masukin pizza ke tempat pembakaran, roti ditaro ke 'oven' pake sendok ceper panjang dan besar dari kayu itu lho kayak sosodok. 

Tapi sebelum rotinya masuk, ini ruang mungil dibakar pake api. Kalau kita ada di pemanggangan itu kayaknya tinggal tengkorak aja heuheuheu. 

20 menitan api menyala (apinya keluar dari alat, gede kayak gunshot tapi lebih gede lagi), matiin apinya, masukin rotinya. 

Dan saya ada di sana dari rotinya dibuat, apinya nyala, roti dimasukin, sampe rotinya matang! Sungguh proses yang menakjubkan hahahaha. Terutama proses bakar rotinya, wow baru lihat yang kayak gitu. 

Terus saya beli rotinya, tahu gak berapa harganya? 1500. SERIBU LIMA RATUS! Dalam hati menghitung profit mereka berapa heuheuheu. 

Saya beli roti tawarnya, TIGA RIBU RUPIAH! Emang sih ukurannya kecil, tapi saya gak mengira semurah itu juga...

Fyi, Roti Tan Keng Cu ini tertua di Cianjur. Udah ada sejak tahun 1926. Lebih tua dari almarhum kakek saya. 

Hatur nuhun udah ajak kami ke sini, Fajar. Kayaknya kalo gak sama dia, gak mungkin deh bisa masuk sampe ikutan bikin rotinya heuheuheu.


2. Museum Bumi Ageung Cikidang

Dari kapan mau ke museum ini sejak pertama kali melihatnya di Instagram. Nah barulah kesampaian di bulan Desember 2017! 

Kontak dulu Fajar via WA. Tentuin hari dan jam. Ketemu lah kami akhirnya. Fajar menjemput kami di penginapan. Kami berjalan kaki bentar lihat pusat kota, makan bubur, barulah ke museum.


This museum is awesooommmeee! Ini tuh milik pribadi, keluarga dari keturunan Prawirediredja II, Bupati Cianjur dahulu kala. Menempati rumah yang dibangun tahun 1866, museum ini ada di jantung kota Cianjur. 

Terus isi museumnya apik tenan. Saya rasa latar belakang ilmu Fajar (dia fotografer dan lulusan desain interior kalo gak salah), mendukung seleranya untuk naro dan majang barang. Enak banget lihat penempatan-penempatan koleksi di sini. Rapi, apik, terawat, dan yah terlihat dicintai lah. 

Koleksinya ya sudah pasti koleksi keluarga Prawiradiredja. Walo begitu gak pribadi-pribadi amat karena peran beliau sebagai bupati kan pasti memperlihatkan banyak Cianjur di masa lalu kayak apa. Jadi ada tuh foto-foto lama Cianjur di sini. 

Saya nanti tulis panjang lebar tentang museumnya di postingan berikutnya yah. Fotonya juga banyak nih. Hahaha.

Sementara itu follow akunnya di Instagram ya, @bumi_ageung_cikidang. 


3. Geco

Fajar ajak kami makan siang di Kantin 81. Deket banget sama Roti Tan Ken Cu. Ini nih tempatnya ya kayak warteg biasa sih cuma gak ala warteg jualan makanannya. 

Geco itu ya makanan yang ENAK BANGET SAYA BISA NAMBAH DUA PORSI! Tapi harganya mahal jadi satu porsi cukup hahahaha. Rasanya manis kecut gurih. Loteknya juga aduduh nikmat tiada tara. Minumnya es markisa. Wagh porsi makan siang yang lezatnya terkenang.


Geco ini isinya mie, tahu goreng, kentang goreng (bentuknya wedges), dan tauge. Kuahnya rada asem warnanya kuning merah.

Kayak biasa ya makan di Cianjur mah selalu ada bumbu pepes, yaitu potongan bawang daun dan bumbu entah apa mungkin kunyit yang dikukus. Bubur yang saya makan di pagi hari ada juga bumbu ala pepes begitu.


4. Sate Maranggi Cianjur

Sebentar saya harus ketik ini pake capslock. SATE MARANGGI TERENAK DI PENJURU GALAKSI BIMA SAKTI. 

Parah ini enaknya. Saya dan Indra makan dua porsi. Dua porsi! 

Lezatnya luar biasa. Dagingnya mungil-mungil, empuknya alamak mantap nian, bumbunya hwaadduuuhhhh ngetik ini aja rasanya air liur saya udah luber. Manis rasanya. Sambelnya sambel oncom. Sate dimakan dengan nasi kuning atau ketan bakar. Saya rekomendasikan ketan bakar. 

Delapan tahun lalu saya ke Gunung Padang Cianjur, sebelum pulang ke Bandung makan di sini nih di Sate Maranggi Cianjur di Warung Jajar. Hari terbaik kala itu, saya menemukan harta karun kuliner yang nikmatnya melekat di hati (lebay, ceu :D). 

Pokoknya ke Cianjur mah ini kuliner wajibnya. Sate Maranggi Cianjur. Belinya mesti di Warung Jajar, sebelah Baso Senggol (fyi, basonya enak paraaahhh! Dulu tahun 2010 saya makan sate maranggi dua porsi, plus basonya satu porsi. Wong edan!)


Demikian tempat-tempat utama yang kami datangi.

Di antara itu kami juga mampir ke: toko kelontong yang tegelnya kuno banget, jajan tauco di toko Tauco Cap Meong, makan bubur di Bubur Sampurna, ke Stasiun Kereta Api Cianjur yang jadul gedungnya, melihat bekas bioskop tempo dulu, termasuk merhatiin dikit rumah-rumah tua yang penampakannya udah mengkhawatirkan. 

Sebentar. Ada yang kelupaan diketik gak yah. Kayaknya udah deh. Banyak juga ya dalam sehari doang hahaha. Ini pun masih sempet jalan kaki muter kota moto-moto bangunan lama. Gak semuanya sih ya tapi dapet lah. 

Oiya, ini pun kepotong hujan, mestinya kami ke Pendopo. Tapi karena ada si Nabil yang udah capek dan kehujanan, kami balik ke hotel dan istirahat. 

Kota-kota kecil tuh menarik ya untuk dijelajahi. Terutama kalo kita ditemani warga lokal. Kayak saya waktu di Jogja ditemani Aan, di Cianjur ini ditemani Fajar. Enak gitu jadi lebih cair waktu ngobrol dengan warga lokal lainnya. Bagian menarik lainnya sih, bisa dapet perspektif lain tentang kotanya. 

Kayak Fajar yang sedikit cerita tentang moto kota Cianjur sekarang, Cianjur Jago. Tapi yah itu dibahasnya ntar deh. 

Kayaknya kalo kamu ke Bandung, ditemani warga lokal juga pasti nambah cerita. Bukan cuma bagian senengnya aja, tapi juga ada sisi lain yang turis susah dapetin lah. Kayaknya sekarang kan Bandung di mata turis tuh nyenengin banget ya (kecuali macetnya heuheu), tapi ada gak sih sisi lain Bandung yang bisa menambah sudut pandang kamu melihat kota ini. Ada atuh, tapi mesti warga lokal deh yang bisa ceritain.

Balik lagi ke Cianjur, kontak Fajar ya kalau kalian main ke Cianjur. Highly recommended.














Foto: Ulu

The Wayang Homestay di Yogyakarta: Murah dan Menyenangkan (ps: wifinya jelek)

08 February 2018
Selamat datang di postingan pertama tahun 2018 :D 

Saya belum kasihtahu ya, terakhir kali jalan-jalan di Yogyakarta kami menginap di The Wayang Homestay. Anggaran tidur yang terbatas, saya cari penginapan yang ramah anak dan ada AC. Cari-cari daftarnya di Agoda dan baca reviewnya, pilihan jatuh ke Wayang Homestay di Jl. DI Panjaitan. 



Kesan pertama menginjakkan kaki ke tempat ini, aduduhhhhhhhhh hangatnya...Bukan hangat cuaca yah itu  mah udah pasti :D

Seharian itu kami gak berhenti berkegiatan dari jam 8 pagi. Saya dan Nabil abis jalan kaki dipandu teman baik melihat-lihat masjid antik dan kampung kuno

Terus saya boyong anak kecil ini ke Gembira Loka. Wow Jogja punya kebun binatang terbaik! Kami berdua menyukai kebun binatang tersebut dan merekomendasikannnya buat teman-teman sekalian. Keren!

Kami ada di Gembira Loka sampai tempat itu tutup hahaha. Janjian ketemu sama Indra, dia ajak kami ke daerah Imogiri. Ya deket-deket situ lah buat makan Sate Klathak yang terkenal. Apa ya nama satenya saya lupa lagi. 

Kaki capek. Perut kenyang. Tapi ya rasanya ini badan udah letih. Jam 9 malam baru nyampe The Wayang Homestay. Saya bawa ransel. Indra menggendong Nabil yang tidur. Baru buka pintu, ada mas-mas yang melihat kami, dia lagi nyapu, dan senyumnya LEBAR BANGET :D

Detik itu di mana saya melihat si masnya senyum menyambut kami, rasanya kayak lagi mau numpang nginep di rumah sodara. Hahahaha. Mana ini hotel juga sebenernya rumah sih, terasnya mungil. Sederhana tapi apik.  

Orang itu bernama Mas Jack. Proses check in gak lama. Dia bahkan, menurut saya ini thoughtful, komen kami kelihatan capek hahahaha. Kamar kami di lantai 2. Pas di ujung tangga. 

Kamar Deluxe, dapet sarapan, ada AC, kamar mandi shower, ranjangnya twin dan kami minta ranjangnya disatuin aja. Menginap dua malam totalnya cuma 400ribu. 

Kamarnya luas juga. Faedahnya kamar agak luas ya terasa lapang aja gak sesek. Secara saya dan Indra ukuran badan gak kecil. Si Nabil mau main di kasur bisa, di lantai juga leluasa. Terus naro barang juga cuek hahaha. Berantakan to the max masa bodo :D

Kamar mandinya kayak di rumah sendiri. Biasa banget lah. Bersih aja mantap. Ada air anget. Enyaaaak. 

Fyi, air minum-kopi-teh tersedia 24 jam. Sarapannya nasi goreng dan rasanya enak.



Ohiya, di sini WIFInya jelek, gak kepake lah. Simpan aja hapenya terus tidur. Nonton tivi aja gimana, channel tv kabelnya menurut saya mah oke punya, kayak di rumah sendiri cuma tanpa BBC aja. 

Apalagi ya, udah sih gitu aja. Tempatnya palingan yah bukan di pinggir jalan yang ramai. Justru masuk ke daerah pemukiman warga. Sepi suasananya. 

The Wayang Homestay punya stok sepeda buat dipinjem tamu. Kami kepikiran sih pake sepedanya dan jalan-jalan sekitar hotel. Tapi rencana doang sebab sehari semalam pertama kami cuma tidur melepas rasa capek. Makan-tidur-makan-tidur. Begitu aja. Baru lah di hari ke dua berangkat lagi, plesir ke Borobudur

Penginapan mungil yang menyenangkan ini saya rekomendasikan banget kalau teman-teman ke Yogyakarta. Tempatnya apa ya...Jogja banget lah. Duh kota yang satu ini kenapa ngangenin banget yah, artistik, tradisional, dan pesona 'jawa' yang hangat. Kecuali orang Jogja yang naik motor tuh ya gak santey banget dan makanan jalanan yang menurut saya rasanya gak seenak di Bandung. Walo demikian, aku cinta padamu, Jogjaaaaaa! 

Saya gak foto banyak di sini. Kamar pun gak difoto. Kayaknya foto saya ini gak nolong banget untuk menggambarkan suasana penginapannya hahahaha sori ya. Cari aja di google foto hotelnya :D