Social Media

Lorong Rahasia di Kantor Pusat Kereta Api Indonesia - Staatsspoorwegen te Bandoeng

06 March 2017
Tahun 1884, kereta api di Bandung lahir. Mulanya kereta api ditujukan mengangkut dua macam benda: peralatan militer dan komoditi perkebunan (teh, kopi, kina). Urusan tersebut terpenuhi, barulah jalur angkutan manusia dibuka.




Jalur angkutan pertama yang dibuka tentu saja menuju Batavia. Markas besar kompeni.

Dibukanya jalur kereta api yang menghubungkan Bandung ke Batavia (-lewati Cianjur - Sukabumi - Bogor) ibarat menyemai pupuk pada tanaman. Tumbuh subur tanamannya. Bandung tanamannya, rel kereta api dan stasiun yang jadi pupuknya.

Bandung yang tak terjangkau bagi kebanyakan orang-orang (khususnya Belanda), mulai terlihat menjanjikan sebagai benteng pertahanan, plesiran, tempat tinggal, dan berdagang.

Orang-orang cina juga berdatangan, awalnya mereka bekerja sebagai kuli-kuli pembangunan rel kereta saja, lama kelamaan para saudagar cina yang kaya raya bermukim di Bandung juga. Abis itu ya berdatangan lah etnis-etnis lainnya.

Stasiunnya sudah jadi, dibuatlah hotel untuk menampung penumpang yang ingin istirahat atau transit beberapa waktu. Hotel sudah ada dibangunlah restoran.

Berturut-turut bermunculan tempat-tempat belanja dan berpesta, bioskop, toko buku, dan sebagainya. Wilayah sekitar stasiun Bandung menggeliat utamanya di bidang perdagangan: Braga, Asia Afrika, Kebonjati, dan wilayah Pasar Baru sekarang.

Memperingati 50 tahun berdirinya jalur kereta api di Bandung, perayaannya dilakukan dengan memasang tugu, pada pucuknya ada lampu listrik. Iya, lampu listrik pertama di Bandung. Benderang cahayanya. Pribumi dan warga kolonial berbondong-bondong mendatangi tugu ini.

Terang lampunya bagai 1000 lilin yang apinya menyala. Begitu warga mengumpamakan terangnya si lampu listrik pertama di Bandung ini.

Tugu lampu bersejarah yang juga berfungsi sebagai penanda lokasi itu sudah tidak ada. Berganti jadi tugu lokomotif yang kamu lihat dalam foto di atas. 

121 tahun kemudian sejak lahirnya jalur rel kereta di Bandung, muncul Tol Cipularang. Pola yang sama terjadi. Tapi lebih 'brutal'. Hotel-hotel bertambah jumlahnya, kafe dan restoran menjamur di mana-mana, factory outlet berderet-deret, dan wahana wisata antri minta dikunjungi. 

Ada gula ada semut. Lokasi gulanya makin terjangkau, semutnya tambah banyak. Beda zamannya, sama polanya 😁

Gitu yang diceritain pemandu tur sejarah kereta api di Bandung yang kami ikuti hari minggu (26/2/2017).


Tur Jalan Kaki Staatsspoorwegen te Bandoeng (SS)

Tur jalan kaki yang saya, Indra, dan Nabil ikuti ini judulnya Staatsspoorwegen te Bandoeng (Tur SS). Tur ini membahas sejarah perkeretaapian di Bandung. Peserta dibatasi 25 orang saja. Staatsspoorwegen yang disingkat SS artinya jalur kereta api negara Hindia Belanda.

Hari minggu yang menyenangkan. Mataharinya cerah, langitnya biru. Kalau ikut tur kayak begini rasanya kayak olahraga jalan kaki, dengan bonus-bonus di dalamnya. Saya bisa masuk ke sebuah gedung tua yang selama ini cuma saya bisa lihat dari luar pagar, dikasih buku sejarah kereta api Hindia Belanda, dan memperoleh sebuah kartu pos watercolour gambar stasiun kereta api Banjar. 

Juga tentu saja bisa sampai di rumah tepat sebelum Bandung hujan besar. Hahaha. Bandung lagi hujan tiap hari nih, biasanya hujan turun setelah jam 12 siang.


Sejarah kereta api di Bandung pernah saya baca beberapa kali. Tapi mengikuti tur jalan kaki temanya khusus kereta api begini malah baru banget. Walau sebagian informasi yang diceritakan pemandunya -Dicky Soeria Atmaja- sudah saya ketahui dari buku-buku yang saya baca, tapi seru juga mengetahui ulang ceritanya dan tambahan informasi lainnya.

Kayak misalnya nih, saya baru tahu kalau jalur kereta api di Indonesia ini inisiatif pembangunannya dilakukan oleh perusahaan perkebunan, bukan negara (pemerintah kolonial). Kalau di Bandung aja sejarah panjang kereta api dimulai tahun 1884, kalau ditarik mundur, rencana pembangunan jalur kereta api udah ada sejak tahun 1840 untuk kepentingan militer.

Saya selalu ngerasa ada sentimentil yang beda kalau naik kereta api. Kayak ada romantika yang entah sedih entah bahagia. Ternyata memang sudah semestinya begitu. Jalur kereta api di Hindia Belanda jadi saksi bisu dari tanam paksa, VOC yang kaya raya dari teh, gula, kina, dan kopi, peperangan, politik etis, perkembangan teknologi, dan masih banyak lainnya. 

Ngomong-ngomong -sebagai catatan- tur jalan kaki ini menyenangkan karena tempo berjalannya nyaman, cara bertutur pemandunya juga rapi. Juga tentu saja koleksi foto bangunan tua kami bertambah. Kekurangnya di bagian leaflet (peta kawasan tur SS).

Gak informatif isi leafletnya, kurang cantik buat dijadiin koleksi. Ada dua peta (satu peta tempo dulu, satu peta kayak ambil dari google map) terpampang di leafletnya. Di samping peta tercantum daftar nama tempat kunjungan tanpa keterangan tambahan. Garing sih menurut saya mah. Kayaknya kalau dibuat lebih apik desainnya bakal lebih menarik (dan informatif) buat dibaca setelah ikutan turnya oleh peserta tur atau pun yang bukan 😀

FYI penyelenggara tur ini adalah Icomos - Unesco. Icomos ini lembaga resmi di bawah Unesco PBB. Kantor pusatnya di Paris, Prancis. Icomos pusat ini punya cabang-cabang sebagai perpanjangan tangan di 120 negara, salah satunya di Indonesia.

Kalau kamu termasuk orang yang baru tahu tentang Icomos ini, ya sama saya juga. Icomos kerjaannya berhubungan dengan heritage (warisan budaya/alam). Unesco mengarahkan Icomos menjadi partner pemerintah, begitu yang Pak Dicky ceritain. 


Turntable, Artefak Staatsspoorwegen Masih Ada di Bandung!

Terus terang aja motivasi saya daftar tur ini karena melihat salah satu daftar kunjungan tur: ke kantor pusat Kereta Api Indonesia (KAI) di Viaduct. Ternyata highlight tur ini buat saya bertambah dua.

Pertama, saya masuk ke lorong rahasia SS. Kedua, di awal tur dibahas tentang Turntable (Pemutar Rel) milik SS yang artinya Turntable ini tua banget umurnya. Dan negara yang punya Turntable ini udah jarang banget. Teknologi kereta juga kan beralih ke diesel dan listrik. Bahkan di Eropa aja gak ada Turntable dong.

Turntable dipake untuk memutar jalur gerbong kereta api. Bentuknya lingkaran besar. Bayangin mundurin kereta seberat ton-tonan kayak apa dulu susahnya. Berkat teknologi Turntable ini nih keretanya bisa putar balik.

Dan artefak SS ini masih ada dong di Bandung. OMG saya ke mana aja ya kok baru tahu dan rasanya terbelakang banget ya baru sadar sekarang 😂

Lokasinya di samping Ci Kapundung, seberang Jalan Pasir Kaliki Paskal Hyper square! Dari pinggir jalan kelihatan Turntablenya. Beberapa hari setelah tur SS ini saya niatin ke Pasir Kaliki dan lihat langsung turntablenya. Waaaah besar sekali ya turntable ini.

Saya foto sih tapi gak jelas ketutup daun dan pagar gitu turntablenya. Ah browsing aja deh Turntable kayak gimana. Atau datang langsung ke Pasir Kaliki, turun di depan Paskal Hyper Square, berdiri di jembatannya dan lihat ke arah stasiun Bandung. Turntable ada di sebelah kiri.


Bangunan-bangunan Penting di sekitar Stasiun Kereta Api Bandung

Oke cukup dulu euforia turntablenya 😂

Kalo diperhatiin sepanjang rel kereta api Bandung ini bangunan penting semua. Semua bangunan ini ada dengan stasiun kereta yang jadi jantungnya. Sayang banyak jalur rel yang udah mati di Bandung.

Ada Bank Indonesia di Braga
Gedung Karesidenan (sekarang rumah dinas Gubernur jawa Barat) di Kebon Karet
Kantor Pusat KAI di Viaduct
Gedong Papak yang dulu gudang kopi dan sekarang jadi kantor walikota (Balaikota)
Gedung Pergudangan yang sekarang jadi Paskal Hyper Square
Pabrik Kina
Gudang persediaan perusahaan kereta api negara terbesar se-Indonesia di Cikudapateuh
Sampai dengan pabrik militer Pindad

Jalur rel kereta api di Bandung dulu nyampe ke Buah Batu, Dayeuh Kolot, dan Ciwidey. Sayang banget yah aset ini udah mati dan diduduki warga. Entah aset ini masih milik kereta api atau bukan. Tapi kalau mereka mau mengaktifkan jalurnya lagi, pasti ada penggusuran besar-besaran. 

Eh saya kasih tahu dulu rute SS te Bandoeng ini ya: 

Stasiun kereta api pintu utara 
Stasiun kereta api pintu selatan
Balik lagi ke pintu utara
Jalan Kebon Kawung
Jalan Kebon Karet
Potong jalan masuk ke kompleks Kantor Pusat KAI lewat pintu belakang 
Kantor Pusat KAI
Jalan Perintis Kemerdekaan
Jalan Braga
Balaikota

Rute pendek, durasi turnya juga singkat. Jam 9 pagi mulai jalan,  sebelum jam 1 siang beres. Kami menghabiskan banyak waktu di kompleks kantor pusat KAI, terutama di museum dan di auditorium. Keduanya ruang-ruang yang kental antiknya.


Lorong Rahasia SS itu adalah Museum Bawah Tanah

Yup. Lorong rahasia yang dimaksud adalah museum bawah tanah milik KAIyang berada di kompleks kantor pusatnya.

Masuk museumnya aja unik banget, cuma muat 1 orang jalurnya. Di dalam bunker ada dua lorong saling terhubung. Di ujung kedua lorong ini ada ruangan sempit muat 3 orang dewasa. Di ruangan ini dulu ada lorong lain. Entah deh ke mana arah lorongnya. Pintu lorongnya sudah ditutup.

Di dalam museum bunker ini ada foto-foto dokumentasi pembangunan stasiun se-Jawa Sumatera. Saya mau foto satu-satu tapi kuota memori terbatas. Jadi yah foto dikit aja. Kebanyakan sumber foto-fotonya dari web KITLV.

Bagian mengagumkannya adalah betapa detailnya orang-orang Belanda ini mendokumentasikan pembuatan dan bangunan aset stasiun kereta api. Gak cuma itu sih, foto-fotonya juga bagus sekali. Rapi-rapi dan beberapa foto manis banget komposisinya.

Kayaknya foto dokumentasi SS banyak deh gak cuma satu dua, bisa jadi ada foto-foto detailnya. Foto-foto kayak gitu bakal kepake banget kan kalau ada rel, kereta, atau bangunan yang rusak. Minimal bisa tahu lah pake baut apa, berapa jumlahnya, bentuknya gimana. CMIIW.

Dari lorong bawah tanah, kami menaiki tangga dan kembali melihat langit biru. Berkumpul dan ngobrol sebentar di bawah Porot Karet Munding yang daunnya lebat-lebat, baru deh masuk ke gedung utama Kantor Pusat KAI.


Yeaaay Masuk ke Bangunan Tua, Kantor Pusat Kereta Api Indonesia 

Sama kayak nasib bangunan tua di seluruh Indonesia, ada yang mati enggan hidup tak mau, namun ada juga yang kondisinya amat terawat. Gedung tua yang satu ini terawat banget.

Kantor pusat KAI ini bangunan kuno yang bagus banget masih cakep luar biasa. Lokasinya mojok di Jalan Perintis Kemerdekaan, di sisi sungai Ci Kapundung, dekat dari Balaikota kantornya Ridwan Kamil.

Menginjak tangga dan teras gedung saja rasanya udah kayak bangsawan. Saya berdiri menghadap arah Viaduct dan Jalan Perintis Kemerdekaan. Oh begini rasanya lihat rakyat jelata seliweran, bisik saya dalam hati 😁

Kolom bangunan dan gedungnya sendiri mewah banget sih. Intimidatif lah buat rakyat kecil kayak saya ini. Bisa masuk ke teras gedungnya saja sudah berasa istimewa. Seperti pakaian, arsitektur bangunan juga bisa jadi pembeda miskin dan kaya, terutama mereka yang ingin dianggap penguasa.

Interior bagian dalam gedungnya gak sekuno yang saya kira. Seingat saya mah ubinnya gak antik. Tembok dilapis wallpaper. Pengen sih masuk ke kamar pimpinan KAI, tapi jelas gak boleh 😀

Kami berjalan menuju auditorium.

Di dalam auditorium kami beristirahat. Ruangannya besar sekali. Langit-langit tinggi banget. Dekorasi dindingnya juga bagus khas kolonial lah bentuknya. Di dekat langit-langit ada kerawang/ventilasi.

Satu hal yang teristimewa dari auditorium ini adalah balkonnya yang mungil. Balkonnya mirip di Gedung Merdeka gitu bentuknya kayak penggaris busur, setengah lingkaran. Ih cantik banget balkonnya, ada pintu geser segala. Kata Pak Dicky dahulu auditoriumnya dipake buat pesta-pesta, makan-makan. Wah pantas ya ruangnya gede.

Tur yang mengasyikkan. Kalau ada waktu luang dan tur ini kembali diadakan, kamu mesti deh ikutan. Itung-itung jalan-jalan menyusuri jalur penuh romantika dan belajar sejarah. Tur kayak gini harus ada lebih sering dan lebih banyak.

Senang rasanya BUMN yang satu ini mulai menyadari keberadaan asetnya. Sempat salah urus sebelum Jonan melakukan revolusi besar di dalam tubuh Kereta Api Indonesia, kondisi kereta api di negara ini jauh lebih bagus. Pelayanan oke, fasilitas nyaman. Tapi semoga PT. KAI gak berhenti di situ aja mengingat sejarah panjangnya yang sayang kalau gak dikenang.

Semoga jalur-jalur lama yang ditutup mulai dibuka lagi. Kalau ngomongin jalur rel di sekitar Bandung, saya pengen jalur ke Ciwidey diaktifkan lagi, jalur Bandung - Cianjur dibuka lagi, dan stasiun Cikajang juga aktif kembali.

Kelak kalau anak saya menikah, saya punya cucu, cucu saya beranak dan cicit saya berkembangbiak, seperti apa dia akan mengenang sejarah kereta api ya...

Dan wahai PT KAI, sebagai pelanggan kereta api yang lebih sering lapar daripada ngantuk di dalam kereta, saya mohon kembalikan menu pecel-pecel itu ke dalam kereta. Walau pedagang asongan udah dilarang, tapi bisa kan kolaborasi dagangin menu lokal di restoran kereta api, bukan menu-menu mie instan serta daging berselaput terigu dan saos pedas berbahan kimia saja.




Stasiun Bandung pintu selatan, dulu ini pintu masuk utamanya
sekarang salah satu kantor KAI, dahulu hotel
Rumah (dinas) Gubernur Jawa Barat, 200 m dari Stasiun Kereta Api Bandung
Di dalam kompleks Kantor Pusat KAI, ini gardu listrik

Gedung Arsip
Pintu dan lorong menuju museum bawah tanah KAI
Di dalam museum

Gedung Pusat KAI



Auditorium Gedung Pusat KAI

Gardu kereta, di Jalan Braga




Teks: Ulu
Foto : Indra, Ulu. Difoto dengan Lenovo A6000
24 comments on "Lorong Rahasia di Kantor Pusat Kereta Api Indonesia - Staatsspoorwegen te Bandoeng "
  1. beruntung banget Ulu dan keluarga bisa termasuk 25 orang yang ikut tur ini,
    menyenangkan banget siiiih...
    berarti nambah satu lagi Museum Kereta Api di Indonesia selain di Semarang, Ambarawa dan Sawah Lunto
    salut deh buat PT KAI untuk usahanya menjaga sejarah

    gardu listrik itu mirip Babon Anim di Kotagede (ini menurut kisah penulis tamu di blogku)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya hehehe. Ini tur berbayar, Mba Monda. Saya peserta terakhir yang daftar, setelah itu pendaftaran ditutup :D

      Babon Anim apaan, Mba? Coba ah saya mau browsing.

      Delete
  2. Duh, seru ya tur nya, jadi nambah banyak banget ilmu baru..

    ReplyDelete
  3. Seru banget Mbak. Ini kalau mau ikutan (seandainya ada diselenggarakan lagi) caranya bagaimana, ya? Kadang akses masuk ke gedung-gedung bersejarah itu perlu banget sebab bisa melengkapi penjelajahan. Datang ke gedung tua tapi cuma bisa foto luarnya saja itu kurang afdol!
    Bandung kini menjadi pusat ya bagi kereta api. Itu gedung kantor pusat dulu bekas kantor pusatnya SS ya, Mbak? Untuk museumnya apa dibuka untuk umum? Pingin deh ke sana kalau ke Bandung lagi, hoho.

    ReplyDelete
    Replies
    1. 1. Iya bekas kantor SS
      2. Dibuka untuk umum tapi masuknya agak ribet, mesti kirim surat dulu, mesti ada izin dari direksi
      3. Saya dapet info acara dari grup WA euy, coba cari FB icomos indonesia, atau browsing icomos indonesia. mereka secara rutin bikin acara kayak gini.

      Masalahnya gedung2 tua ini aksesnya susah buat dimasukin. Bisa jadi karena jadi kantor penting atau emang pemiliknya gak mau buka rumahnya untuk orang asing. Tapi emang bagusnya gak cuma lihat dari luar ya karena pengalaman berada lebih dekat dengan bangunan tua bakal kerasa kalau bisa masuk ke dalam bangunannya.

      Delete
  4. Ah, aku jd mupeng! Pertanyaanku sama kayak Mas Gara, apa ini rutin diadakan? Infonya bisa diakses kemana?

    Hm, aku pengen juga jd bangsawan sehari dan bergumam kayak yg Mb Ulu rasain ini : Oh begini rasanya lihat rakyat jelata seliweran~ wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha bangsawan abal-abal ya, Mba Prita :D

      Browsing Icomoc Indonesia, Mba. Nanti kalau ada acara lagi saya share di grup ID Corners ya.

      Delete
  5. baru sekali ke stasiun Bandung. soal perkereta apian, kau malah ngeh pas baca tetralogi buru nya Pram dibanding pas ke lawang sewu (yang merupakan gedung kereta pertama)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya informasi bisa darimana aja emang ya :) katanya minggu ini mau ke bandung nay, ayo atuh ketemuan

      Delete
  6. wah saya ketinggalan sama tur yg satu ini ><. pasti seru deh melakukan tur bareng icomos sama KAI

    ReplyDelete
    Replies
    1. seru banget, mba :) adem, kalem gitu acaranya hehehee

      Delete
  7. Wah asyik banget teh ulu bisa mengakses tentang sejarah Stasiun Bandung. Bangunan ny masih berdiri kokoh dan banyak yg vintage lg.. Ah jadi kangen Bandung kalau baca postigan te ulu.. 😢

    ReplyDelete
    Replies
    1. hayuk atuh kapan ke bandung? kita ketemuan jalan2 bareng hehehe

      Delete
  8. Seru banget kak, tambah pengetahuan baru.
    Di Bandung sering ada walking tour begini?

    ReplyDelete
  9. Beruntung bgt teh bisa dapet akses ke sana. Pengen jugaa. Btw, foto-fotonya bagus bangeeet😍

    ReplyDelete
  10. Waaah teh ulu teu ngajak-ngajak😀 seru pisan acaranya. Asyek yah jjs sambil dapat ilmu, menggali kenangan dan menikmati gedung tua. Duh rasanya gimanaaaa gituh 😄😍👍

    ReplyDelete
  11. Mauuu duh seru banget kayaknya ikutan tur kayak gini. Selama ini kalau ke stasiun Bandung cuma numpang lewat doang. Ternyata panjang sejarahnya.

    ReplyDelete
  12. kemarin mau ikutannn aleut yang iniii tapi telat daftar. sebel. lain waktu mau ajak malika sama bapaknya ah.. makasih teh uluu infonyaa

    ReplyDelete
  13. Merasa belum sah jadi tukang naek kareta lokal Raya kalau belum ke sini. Huhu. Nuhun Teh, tulisannya. :)

    ReplyDelete
  14. Hallo admin, perkenalkan saya rizky, mahasiswa tingkat akhir yang sedang meneliti tentang kereta api di Priangan. Adakah kontak admin yg bisa saya hubungi. Terimakasih

    ReplyDelete