Social Media

Akhirnya Naik ke Puncak Monas Bersama Indonesia Corners

28 October 2016
Tulisan sebelumnya dapat dibaca di Berkunjung ke Balaikota Jakarta

Naik bis wisata kota? Mauuuuuu! Ini kedua kalinya saya menumpang bis wisata kota. Pengalaman pertama di Surabaya.

Lucunya di Bandung juga ada bis wisata kota. Bandros namanya. Sudah pada tahu kan ya? Bandros adalah akronim Bandung Tour on The Bus. Namun tidak satu kali pun saya pernah menaikinya hahahaha kasian :D Saya membuat blog ini dan belum pernah naik Bandros. How irony is that :P 

Seru juga ya naik bis Jakarta City Tour. FYI bis wisatanya Jakarta ini namanya Mpok Siti. Lucu ya hihihi :D 

Ini pertama kalinya saya menumpang bis bertingkat. Bisnya bersih dan proper. Dan kayaknya semua orang pengen duduk di tingkat dua bisnya hahahaha. Untung aja peserta Jakarta Night Journey cuma 30an orang. Masih lebih dari cukup kapasitas lantai dua menampung kami semua. 

Tersedia 14 bis yang beroperasi tiap hari. Yes betul, hari kerja dan akhir pekan. Fasilitas ini gratis aja coba :D Di Bandung tahu gak berapa uang harus dibayar kalau naik Bandros si Bus City Tour itu? 800K saja, Kak. Harus booking dulu ke pengelolanya. Itu pun bisa dicancel oleh pihak mereka kapan saja bila pemilik Bandros mau pake. Yaelah Bandung belajar dari Jakarta lah perihal bus City Tour ini :P




Ini buat yang ingin jalan-jalan di Jakarta tanpa menghabiskan banyak uang, mesti nih naik bis ini. Duduknya di bangku di lantai dua ya. Asyik soalnya bisa lihat pemandangan lebih leluasa dari ketinggian. Beda sensasinya dengan melihat Jakarta dari lantai dasar bis. Sehari-hari kan sudah naik ojek dan taksi online, kendaraan pribadi, atau angkutan umum. Sekali-kali lah menumpang kendaraan yang ada memberi efek 'tinggi' kayak Jakarta Bus City Tour ini. 

Disarankan weekday sih menumpang bisnya, lebih sepi pengunjung. Di hari sabtu kemarin kami menumpang bis rute History of Jakarta. 


Jakarta Bus City Tour

Bis ini ada tiga rutenya:
1. Art and Culinary
2. History of Jakarta
3. Shopping Experience/Jakarta Modern

Senin sampai Sabtu Jam : 09.00 - 17.00 
Minggu : 12.00 - 20.00
(jam keberangkatan bis random, tapi gak nunggu lama sih, sekitar 20 menitan)

Lebih lengkap tentang rutenya kamu bisa baca di www.transjakarta.co.id pilih directorynya yang layanan khusus bis wisata. 




Sekilas Masa Lalu di Kota Tua Jakarta 

Sepanjang jalan menuju Kota Tua, saya foto-foto dari dalam bis. Sesampainya di Kota Tua, saya menatap lautan manusia di sana. Edan penuuuuuhhhh banyak orang! 

Gak banyak kegiatan kami sebagai peserta Jakarta Night Journey di sini. Hanya foto-foto sebentar saja lalu kembali ke bis. Terus saya panik motretnya karena waktu yang pendek jadi bingung mana dulu yang difoto euy heuheuehue banyak sekali photo-material di sini.

Dari dalam bis ada pemandu wisata khusus Kota Tua sih yang bercerita. Sayang saya gak memperhatikan karena asyik melihat pemandangan di luar bis :D 

Kelak saya mau balik lagi ke Kota Tua. Menyusuri satu per satu gedungnya yang kuno. Memotret detail-detail pada bangunannya. Memegang dindingnya. Moto vibe Kota Tua. Masuk ke museumnya. Dan mendengar pemandunya ngomong hahahaha :D 

Saya baca-baca sejarahnya, Kota Tua ini bisa dibilang cikalnya kota Jakarta ya. Mengamati deretan gedung kunonya dari dalam bis, saya jadi ingat bangunan tua di Surabaya yang saya susuri tahun lalu. Bentuknya mirip, suasananya juga sama. 

Jakarta dan Surabaya tipikal kotanya serupa. Pemerintah Kolonial Belanda merancang kedua kota tersebut sebagai kota dagang. Kota berbisnis. Makanya kali banyak gedung-gedung pemerintahan, pergundangan, dan perdagangan. Dibuat besar-besar dan megah dan berdekatan untuk memudahkan urusan berdagang dan kirim-kirim barang. 

Sementara itu kota tempat saya tinggal, Bandung, dirancang orang Belanda sebagai tujuan berlibur dan bersantai. Makanya di Bandung ada beberapa hotel bersejarah berdekatan lokasinya dengan destinasi belanja, makan-makan, dan tempat nongkrong yang sama legendarisnya juga.

Pendek kata sejak zaman dulu di Jakarta banyaknya gedung-gedung kantoran lah. Di Bandung banyaknya bangunan hiburan. 





Jadi konsep 'kerjanya di Jakarta, liburannya di Bandung' itu sudah ada sejak jaman kolonial. Waktu zaman kereta api belum ada, kalau Bandung kejauhan, mereka berhenti di destinasi bersantai terdekat Jakarta, yaitu Buitenzorg (Bogor) saja. Tapi setelah eranya jalur kereta api Batavia - Surabaya dan Batavia - Bandung dibuka langsung booooommm! Berbondong-bondong pengusaha dan keluarga orang Belanda datang ke Bandung untuk liburan, Bandung Parijs Van Java. 

Kita benci penjajahan Belanda. Berkat mengeruk harta kekayaan alam kita, orang Belanda bisa membangun infrastruktur yang baik di sana, di tanah Belandanya sendiri. Namun gak bisa dipungkiri juga sih legacy tata kota rancangan Belanda ini bagus-bagus, rapi, dan estetis. Contohnya ya di Kota Tua. Kalau Bandung ada di daerah Asia Afrika - Braga. Bentuk bangunannya bagus, tata kota apik, namun sejarah peristiwa di dalamnya gak semua enak untuk dibaca/didengar sih. Ya namanya juga zaman penjajahan :D




Monumen Nasional a.k.a MONAS yang Monumental!

Tujuan akhir di penghujung sore. Berkali-kali ke Jakarta, ini kali pertama saya ke Monas. Biasanya lihat dari jauh saja. Tertarik naik ke puncak Monas pun tidak. So ya gak ada harapan tinggi-tinggi datang ke tugu paling terkenal se-Indonesia ini. 

Sebagai orang non-jakarta, tinggal pun bukan di Jakarta, saya agak-agak kaget sih lihat antrian mengular yang mau ke Monas. Seriously pada niat banget antri lama-lama ya. Apa istimewanya tugu yang total tingginya 132 m itu sampai rela nunggu berjam-jam sih?

Indonesia Corners membawa kami ke puncak Monas dan di sana saya baru tahu ikon Jakarta ini memang istimewa. 

Gak ada yang gak indah kalau kamu memandangnya dari ketinggian 115 m pada malam hari kan? Di antara angin kencang dan euforia ala turis, saya menyaksikan Istiqlal dan Katedral, semua tol dalam kota, jalan layang, gedung-gedung mall dan apartemen, terus apalagi ya landmark Jakarta saya gak hapal hihihi. Bagus lah pemandangannya. Romantis-romantis gimana gitu menyaksikan panorama 360 derajat Jakarta malam hari. 




Di Puncak Monas dan Lampu Malam Jakarta yang Berkilauan

Pemandangan kota yang saya lihat di malam hari itu indah banget. Lampu-lampu bangunan berpendar. Ugh cantik banget. Everybody's happy. Ada yang langsung nge-vlog, ada yang sibuk berfoto, ada juga yang mematung terpana lampu-lampu malam Jakarta. Kami lupa dengan bangunan pencakar langit yang sebenarnya gak enak-enak amat dilihat kalau siang hari sih :D Memang sensasinya beda sih ya kalau di malam hari. Saya jadi pengen merasakan kalau ada di puncak Monas pas siang gitu gimana efeknya ya :D 

Hari yang bersejarah untuk saya karena berhasil naik ke puncak Monas. Coba didata, berapa banyak orang Jakarta yang belum pernah naik ke puncak Monas :D bahkan hampir sebagian besar teman baru saya di acara Jakarta Night Journey adalah orang Jakarta dan mengaku belum pernah ke puncak Monas. Ouch! Kalau lihat antrian masuk Monas mah saya juga males kali naik ke puncaknya hahaha. So terima kasih banyak hatur nuhun kepada Indonesia Corners yang mengirim kami ke puncak Monas!




Sayangnya saya gak bisa motret pake DSLR kalau malam hari. Kameranya masih entry level ya buram semua foto-fotonya :D Foto pemandangan Jakarta di malam hari yang saya rekam dari Monas itu saya jepret pake kamera ponsel.  Mestinya saya bawa tripod sih. Tapi kan ribet amat ya nentengin tripod hihihi :D 

Jadi ingat Asus Zenfone 3 deh kalau udah gini. Secara taglinenya saja Built for Photography. Kamera belakang 16 MP, kamera depan 8 MP. Sophisticated lah, bayangin aja dengan harga yang 3 jutaan kira-kira kualitas kayak apa yang bisa kamu nikmati dari layar 5,5 inci dan jaringan 4G ini. Baterainya support fast charging dan kapasitasnya besar 3000mAh. Tapi ya buat layar sejumbo itu mah sudah seharusnya ditunjang kapasitas baterai yang besar sih. 

Memori internal 64 GB, 4 GB RAM. Memori eksternal 128 GB. Tapi anyway teknis kelengkapan fitur dalam Asus Zenfone 3 bisa kamu baca di websitenya Asus Indonesia

Tapi sebenarnya saya tertarik fitur OIS di kameranya Asus Zenfone 3 ini sih. OIS kependekan dari Opitimal Image Stabilization. Dalam kamera Asus Zenfone 3 terdapat fitur 4-AXIS OIS. Artinya tingkat sensitifnya mencapai 4 x lipat dari smartphone dengan OIS standar. 

Kalau kamu suka motret atau kerjaan kamu menuntut harus foto-foto kapanpun dan di mana saja, dan kamu motret pake kamera ponsel, saya saranin beli smartphone yang ada fitur OIS ini. Wajib sih tepatnya mah. 

OIS ini fitur yang membuat hasil foto tetap tajam dan bagus meski jepretnya dalam kondisi goyang atau gemetar. Biasanya kendala foto buram itu muncul karena pencahayaan yang sedikit. Macam di puncak Monas waktu itu sih. Lumayan kan kalau ada fitur yang bisa meredam getaran tangan. FYI kamera DSLR saya bahkan gak punya fitur OIS ini hahaha asem! 

Next time saya ikutan acara jalan-jalannya Indonesia Corners atau trip lainnya, saya gak usah bawa-bawa DSLR sih, pake Zenfone 3 juga menurut saya cukup sudah. 


Sumber foto : http://www.unbox.ph

About Monas dan Soekarno yang Monumental

Tugu Monas ini pembuatannya makan waktu hampir 15 tahun atas inisiatif Soekarno. Uniknya sih di tahun 50an ada sayembara rancangan Monas. Bayangin tahun 50an ada sayembara mencari desainer Monas. Keren ya :D Rancangan yang masuk ke panitia ada 136 tapi gak ada yang memenuhi syarat. Alhasil Soekarno nunjuk langsung deh arsiteknya: Soedarsono dan F. Silaban. FYI F. Silaban ini adalah arsiteknya masjid Istiqlal. 

Sebenarnya sih kalau dibawa ke hari ini, Monas menurut saya gak terlalu istimewa. Kamu bisa naik ke gedung-gedung pencakar langit lainnya dan melihat Jakarta dari sana. Akan tetapi kalau konteksnya dibawa ke tahun ia pertama dibuat, maka tugu Monas adalah gedung pertama yang terbuka untuk umum yang tingginya 115 m dan bisa lihat pemandangan jakarta 360 derajat! Sebagai bonus: ada emas 17 meter ditaplok di puncaknya. Kurang monumental gimana lagi itu Monas :)  

Ngobrol sama Indra, saya dikasihtahu kalau Soekarno di awal kepemimpinannya membangun banyak gedung-gedung monumental. Monas ini salah satunya. Biayanya sih katanya dari dana ganti rugi Belanda akibat penjajahan mereka pada Indonesia. Dari uang ganti rugi itu Soekarno membangun Monas, Sarinah, Hotel Samudera Beach di Pelabuhan Ratu, termasuk Gelora Bung Karno yang waktu itu terbesar di Asia Tenggara, dan beberapa lainnya. 

Saya nanya ke Indra, kenapa Soekarno gak membangun jalan raya aja sih, kenapa harus bikin bangunan-bangunan monumental segala. Kan kita butuhnya akses, bukan gedung besar yang mewah. 

Kayaknya sih itu berhubungan dengan pride, kata Indra. Kebanggaan. 

Soekarno pengen kalau orang luar negeri datang ke Jakarta terus lihat bangunan yang monumental itu mereka jadi respek sama kita. Edan Jakarta canggih gini, emas saja ditaplokin ke puncak tugu! Respek! Gitu kesan orang melihat Jakarta yang Soekarno inginkan. Menciptakan kebanggaan. Buat sosok yang berteman baik dengan John F Kennedy dan berhasil menyatukan visi bangsa-bangsa Asia Afrika, Soekarno sendiri menurut saya sosok yang monumental. 

Wah sori nulisnya jadi ke mana-mana :D Kembali ke jalan-jalan saya di Monas. 

Monas ini terdiri dari beberapa bagian. Saya masuk lewat Pintu Gerbang, menuju ke puncak tugu saya masuk ke Ruang Museum Sejarah. Sayang gak lihat museumnya, cuma numpang lewat doang. 

Habis itu naik lift langsung ke puncak tugu. Sekitar 15 menit di sana dan turun ke Pelataran Cawan. Nongkrong sebentar lalu turun lagi via tangga dan pulang ke rumah masing-masing. 

Sebenarnya sih kalau ekplorasi semuanya ada Ruang Kemerdekaan juga. Tapi saya gak tahu juga ada ruang ini karena datang ke Monas tujuannya cuma ke puncak tugu :D

Pengalaman yang menyenangkan di Monas. Melihatnya lagi di kejauhan, bagi saya tugu tersebut gak lagi sama. Monas bagi saya sudah berbuah kenang-kenangan dalam bentuk foto dan cerita. Dengan kemudahan akses yang Indonesia Corners sediakan, malam itu saya adalah orang-orang beruntung yang terpilih. Sudah beruntung, terpilih juga. Combo! 



Ujung Perjalanan

Selesai dengan Monas, saya belum mau pulang atuh. Salman, Melly, dan Rani mengajak saya (Bandung) dan Fajrin (Lampung, peserta terjauh nih :D) makan-makan di Jalan Sabang. Good friends and great experience. Ujung perjalanan malam itu saya lewati dengan menandaskan dengan satu porsi Mie Kuah, satu porsi Baso, dua teh botol dingin, dan obrolan ringan bersama teman-teman baru.

Alhamdulillah. Perjalanan yang padat gizi dan menghabiskan isi baterai semua gawai saya hahaha. 

Sampai dengan malam hari saya masih update status dan berkabar dengan Indra. Padahal smartphone saya menyala seharian dan superaktif aplikasinya kerja semua. Thanks to Asus ZenPower Ultra yang menemani saya dalam perjalanan ini. Memang gak salah sih beli power bank ini beberapa waktu lalu. 


Sumber foto : http://www.unbox.ph

Power bank keluaran Asus yang saya beli 250ribuan ini bobotnya ringan, 215 gr saja. Tapi kapasitasnya gede banget, 10050mAh. Isi ulang baterai smartphone  juga pake gak pake lama karena ZenPower Ultra ini support fast charging.

Favorit saya sih fitur mati  otomatisnya kalau baterai smartphone sudah penuh. Pas lagi acara kan sering kelupaan cek durasi chargingnya. Gak cek kapasitas baterainya karena ya main buka smartphone buat update di twitter, instagram, dan facebook. Belum lagi pas foto-foto.

Ini kalau kamu lagi hunting power bank, saya rekomendasikan ZenPower Ultra. 

Anyway, pulang ke penginapan bukan cuma perut saya yang penuh, hati saya juga terisi. Bertemu teman-teman baru dan menyaksikan tempat-tempat yang masih asing buat saya. Hari itu saya belajar banyak lagi. Bahwa Jakarta bukan melulu tentang kemacetan dan berita-berita menjemukan di televisi nasional. Jakarta itu cinta yang tak hapus oleh hujan tak lekang oleh panas. Jakarta itu kasih sayang. Ngomong-ngomong, dua kalimat terakhir saya kutip dari Sapardi Djoko Damono. Hehehe :D

Kalau kamu pengen jalan-jalan bersama Indonesia Corners (yang mana saya rekomendasikan), follow dan update kabar dari mereka di:

Web : www.idcorners.com
Twitter dan IG : @idcorners

Sampai ketemu lagi di acara jalan-jalan berikutnya yak! Hatur nuhuuuun :)


Di dalam bis Jakarta City Tour
Kota Tua dari dalam bis Jakarta City Tour
Kota Tua



MONAS! 

Kereta menuju kaki MONAS
Terowongan menuju kaki MONAS
Di puncak tugu MONAS, difoto pake kamera ponsel

Tulisan ini diikutsertakan dalam Jakarta Night Journey Blog Competition oleh Indonesia Corners yang disponsori oleh Asus Indonesia dan menjadi pemenang ke dua! :D








Teks : Ulu
Foto, selain foto Asus: Ulu
41 comments on "Akhirnya Naik ke Puncak Monas Bersama Indonesia Corners"
  1. Nice sharing, Ulu...
    Mski udah yg ketiga kali naik puncak Monas, teteup aja kemarin mah seru juga, karena peserta IdC yg keren2 kayak kalian. Thanks ya sudah hadir

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe sama-sama, Mba Donna :) Tengkyu sudah membawa kami ke puncak tugu Monas :D

      Delete
  2. kereta menuju kaki monas, pengen nyobain :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kereta roda gitu, Mba. Hehehe. Soalnya jauh kalo jalan kaki dari gerbang ke kaki Monasnya.

      Delete
  3. Waaah aku malu nih sbg org jakarta ga prnh naik ke monas :D. Wkt itu udh pernah mau naik mbak, gara2 temen kuliah di Penang dulu, dtg k indo dan minta naik ke monas.. bayangin ya org malaysia mlh mw kesana.. eh pas aku ajak, malah tutup krn udh jam 4 sore. Akukan ga tau kalo ada jam buka tutupnya :D. Jd sampe skr ga kesampaian jg k sana..

    Btw, itu bandros mahal amaaattt :O. Kemana aja tuh 800 rb.. lbh murah tiket pesawat one way ke medan malah hahahaha :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Bandros buat rombongan gitu jadinya, Mba Fanny. Kalo ada 40 orang patungan 20ribuan. Tapi males juga sih ngumpulin orangnya :D

      Monas buka sampe malem, cuma setahu saya kalau jam 7 cuma boleh sampe pelataran cawan doang.

      Delete
  4. Kalo kata sejarawan Asep Kambali, bangunan-bangunan tersebut jadi semacam jejak sejarah dan budaya bangsa. Turis pada jalan-jalan dari satu negara ke negara lain untuk melihat peninggalan sejarah dan budaya yang berbeda dengan negaranya. Foto Monas itu bagus, Ulu. Emasnya eye catchy.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah iya betul juga, Mba Haya. Jadi jejak sejarah dan budaya. Juga bisa jadi pembelajaran buat generasi kayak kita ini yang lahir setelah era penjajahan ya. Terima kasih, Mba Haya :)

      Delete
  5. ke kota tuanya udah, tp ke monas belom T.T

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya: ke Kota Tua belum puas, ke MONAS mah PUAS BANGEEET hihhii :D

      Delete
  6. Aaaah mau ikuuuut..
    selama di jakarta pengen banget naik bis itu tapi belum kesampean hihi

    ReplyDelete
  7. Akhirnya sekarang Monas buka sampai malam ya...

    ReplyDelete
  8. saya kepingin juga jalan jalan ke Monas ....

    ReplyDelete
  9. Atuhlah belum pernah ke Monas :(
    Jadi ada pilihan jalan-jalan murah di Jakarta ya teh pakai Jakarta City Tour..

    ReplyDelete
  10. Wah jadi kepengen lagi naik ke Monas...
    Nice sharing mbak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih :) Wah sudah pernah ya ke Monas, gimana rasanya? seru gak?

      Delete
  11. Sumpah pengen lagi naik ke atas Monas lagiii heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. SAMAAAA! Pengen siang sih ke sananya, Salman. hehehe :D

      Delete
  12. Huwaaaa serunya udh ke puncak monas. Aku malah belum pernah. Naik mpok siti pun baru sekali, dan ngga kedapetan duduk di lantai dua. Huuff.
    Kece bangetlah asus :") mauuuukkk!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah ayo cobain lagi naik Mpok Siti, Mba. Tapi di lantai dua yang asik banget lah hehehehe saya juga masu ASUS Zenfone3! :D

      Delete
  13. Foto2nya aku sukakkkk :)) Emang next ga perlu bawa DSLR ya, pegel, smg diganti ASUS hehe, amiennn

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Prita! Setuju, pake asus gak perlu bawa dslr lagi nih :D sangat menolong mengurangi beban barang bawaan hehehehe

      Delete
  14. fotomya baguus semua, uuww street style emang plg pas kalau di kota tua

    ReplyDelete
    Replies
    1. tsaah street style :D belon tau saya gimana ini street style, nay.

      Delete
  15. Wiih area Kota Tuanya rame banget yaa. saya belum pernah naik monas, baru sampai setengahnya. Penasaran deh, padahal deket aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. O rumah mba anne deket MONAS? wuih atuh bisa antri di jam paling pertama buka ya? :D

      Delete
  16. Replies
    1. wah Melly, kamu berlebihan :D tapi thanks anyway, Mel :D

      Delete
  17. Mbak Ulu pas event ini perasaan motret banyak moment, kok disini poto hasil jepretannya cuma sedikit yang dishare? padahal bagus-bagus hasilnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lebih banyak fotonya ada di Facebook, Vira. Tapi emang gak semua saya upload, lha wong hasilnya buram-buram wkwkwkwkwk :D

      Delete
  18. Teh aku mah gagal pokus ke naik Bandros emang beneran bayar segitu teh? Itu buat rombongan ya mksdnya? Aku belom pernah dan masih penasaran buat naik bandros juga nih teeh haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya buat rombongan, Ran. Saya juga penasaran ini teh pengen pisan naik Bandros :D

      Delete
  19. Zenfone3 emang ajiib.. jalan-jalan makin seru ya..

    ReplyDelete
  20. Bangunan monumen dibangun untuk mengenang perjuangan sebelum kemerdekaan, banyak simbol-simbol yang diwujudkan dalam bentuk monumen salah satunya Monas. Jas merah hehehe

    ReplyDelete
  21. Ulu, saya udah pernah naik bandros tahun 2015. Bayarnya 25 ribu/orang. Harga yg Ulu tulis itu kalau mau sewa 1 bus deh kayaknya. Pernah saya tulis juga di blog.
    Lebih enak kalau sekalian ngga bayar kayak di Jakarta ya Lu.

    ReplyDelete