Social Media

Pawon Cokelat di Malioboro

22 May 2016
Berkat Instagram, saya tahu ada guesthouse Pawon Cokelat. Lokasinya di Sosrowijayan, Malioboro. Strategis ya. Berbeda dengan penginapan pada umumnya, kalau saya lihat  fotonya, Pawon Cokelat ini unik dan fotogenik. Sebelum keberangkatan saya ke Jogja jauh-jauh hari, saya sudah stalking semua situs booking online termasuk Agoda, tempat saya bekerja, dan kehabisan kamar. Lha wong kamarnya hanya ada 13 saja. Pantas kehabisan euy. 

Tapi saya coba cek website Pawon Cokelat dan memesan 2 kamar. Bisa ternyata :D Tarif perkamar Rp 300.000 di hari kerja. Kalau akhir minggu Rp 350.000.

Oke langsung ya. 


Check in gak banyak cingcong. Surprisingly resepsionisnya sangat bergaya kasual. Ia mencatat manual alias ditulis dengan pena dan kertas. Tidak ada deposit. Selalu minta kwitansi pembayaran guesthousenya ya. Saya tidak dikasih kwitansinya sih, gak ada masalah juga sih. Tapi ya selalu minta struk pembayaran lah, atas inisiatif sendiri. Kalau saya mah kelupaan :D 

Lobinya seperti ruang tamu. Sangat sederhana dan cantik (kalau sepi). Waktu saya datang, kursi di lobi penuh pengunjung, jadi ya begitulah gak kelihatan cantiknya alias biasa saja hehehe. Berbeda ketika saya keluar masuk guesthouse pada malam dan pagi hari, lobi penginapan kosong dan sepi. Kursi-kursi hijau yang kuno itu nampak anggun sekali. 

Penginapan ini style desainnya industrial (cmiiw). Dinding dan pilarnya unfinished gitu. Ada banyak tanaman hijau dalam pot yang diletakkan di balkon lantai 2. Juga tanaman merambat di pagar. Berkat tanaman-tanaman tersebut, penginapan ini terasa jauh lebih enak dipandang. Kalau gak ada mereka pasti garing. 

Pawon Cokelat terasa indahnya ketika malam tiba. Lampu-lampu kuning menyala di antara tanaman merambat dan dinding abu-abu gelap. Romantis lah. 


ROOM

Kunci sudah di tangan, saatnya masuk kamar. Kamar saya no 5 berada di lantai dua. Ukuran kamarnya kecil, sekitar 2,5x5 m kayaknya. Warna kamar abu-abu putih, warna dominan datang dari selimut yang warnanya biru. 

Pintu dan jendela sejajar. Sama tingginya. Pintu dan jendela mengarah ke gang. Pemandangan dari kamar adalah bangunan yang sedang dibangun :D ya namanya juga penginapan di dalam gang. Dimaklumi apapun pemandangan di luar :D

Bed ukuran queen. Bantal dan ranjang cukup empuknya. Memuaskan. AC juga bagus anginnya. Bingung juga sih di Jogja, terlalu rendah suhunya, kedinginan. Terlalu tinggi meski 25 derajat saja, kami sudah kepanasan :D Makhluk apa kami ini heuheuheu. 

Foto kamar saya pinjam dari websitenya Pawon Cokelat

Tidak ada channel kabel alias stasiun televisinya lokal semua. Saya nonton dari kamar ibu saya sih, di no 6. Televisi di kamar saya nyala, tapi gak ada gambarnya. Saya laporan ke petugas penginapan, ia berusaha membetulkan tapi tak bisa. Kami pun tidak diberi kompensasi atas tv yang tidak mau mengeluarkan gambarnya itu. Saya minta pindah kamar karena saya tahu kamar no 7 dan 8 masih kosong. Tapi gak bisa, kata petugasnya sambil senyum-senyum mesem. Ya wislah. 

Untungnya wifi di penginapan ini kencang. Jadi ya kami online teruuuuus :D Gak berniat jalan-jalan ke Malioboro, kaki dan badan sudah pegal-pegal. 

Selain televisi yang bermasalah, shower kamar mandi juga merem melek. Untungnya (lagi) ada keran air, jadi ya nampung air saja ke ember yang sudah disediakan. Ada gayung juga kok. 

Showernya terletak di ketinggian, dirancang untuk bule kali ya. Saya yang tingginya 160cm agak kepayahan menyetel shower karena air yang keluar tidak maksimal. Ternyata memang rusak. Ah yasudahlah. Air panasnya pun cuma sebatas hangat. Bukan hangat panas gitu. Amenitiesnya sabun dan shampoo. Handuk juga disediakan. Jadi ya bawa sikat gigi dan pasta giginya sendiri ya.

Penerangannya oke! Ada lampu tidur juga ada lampu utama yang terang benderang. Saya sih cukup dengan lampu tidur saja. Nyaman!

Skor untuk kamar Pawon Cokelat: 7


FOOD

Good! Enak dan sedikit saja porsinya. Saya gak tahu bisa memesan makanan atau tidak di sini selain jam makan pagi. Saya cuma makan menu sarapannya saja. 

Ada dua macam style breakfast: american dan indonesia. American menunya sosis, dua potong roti, dan telur dadar. Menu ala Indonesia ya apalagi kalau bukan… yak betul, nasi goreng :D Enak-enak lhooo! Saya sanggup habiskan dua porsi sekaligus kalau style lokal. Kalau ambil gaya bule, saya bisa habisin 3 porsi lah. Wkwkwkwk :D 

Restoran/kafe Pawon Cokelat

Saya beli makanan di mbok-mbok yang jualan makanan keliling dan mampir menjajakan barang dagangannya ke dalam Pawon Cokelat. Nasi rames isi telur, tumis jamur, dan tumis buncis cuma Rp 10.000. Nasi rames yang ada ayam gorengnya Rp 12.000. Buat bekal makan di kereta api ceritanya mah. Kalau sudah nemu makanan berlimpah dengan harga membumi, rasanya memang benar-benar ada di Jogja. Hehehe. 

Oiya, ruang makannya tidak besar. Seperti warung pojok gitu, mungil dan manis. Lagi-lagi cocok sebagai tempat untuk berfoto karena desain tempatnya yang fotogenik. 

Teh dan kopi tersedia 24 jam, buat dan ambil sendiri. 

Skor untuk makanannya : 9


LOCATION

Sudah pasti strategis karena di jantung kota Jogja: Malioboro. Sementara saya di kamar tidur-tiduran dan streaming, ibu saya belanja sampai malam. Belanja batik, bakpia satu dus besar, dan besoknya dia belanja gudeg dan makanan-makanan lainnya. So ya untuk orang-orang seperti ibu saya, Malioboro adalah daya tarik kuat. Lain halnya dengan saya yang ingin mencicipi Jogja bagian non-malioboro. Tapi kan saya pergi ke Jogja dengan orang lain (keluarga), jadi ya saya menyetel selera jalan-jalan dengan orang yang pergi dengan saya. Hehehe. 



Jadi sudah terbayang ya betapa mudahnya akses ke sana ke sini kalau menginap di kawasan Malioboro. Jajan murah, jajan mahal ada semuanya. Belanja makanan, belanja pakaian, belanja souvenir, bisa semuanya dalam radius jalan kaki. Wis lah gampangin banget. Bahkan ke stasiun pun tinggal jalan dikit, nyebrang jalan, jalan dikit, sampai deh. 10 menit jalan kaki durasi paling lamanya.

Skor untuk lokasinya : 10


SERVICE

Standar. Terus terang saja dari hotel yang pernah saya inapi, penginapan di sini pelayanannya biasa banget. Seperti menginap di rumah teman gitu deh. Resepsionisnya mas-mas kayak di warung bangunan. Bayangan saya sebelum datang dan sesudah menginjak kaki di penginapan ini beda sih, bayangan saya kebagusan :D aslinya sih bagus, tapi gak sebagus yang saya kira. 

Skor untuk servicenya : 7


NOTE

  1. Menginap di Pawon Cokelat, saya rekomendasikan kamar no 9 dan 10. Karena untuk harga yang sama, kedua kamar ini memiliki balkon pribadi. Apalagi kamar no 10, ada kursinya untuk nongkrong di balkon. Lucu deh. Meski begitu kamar no 5 - 8 juga menarik kok. Kamar yang saya rekomendasikan ini di lantai 2. Saya pribadi gak pernah tertarik menginap di kamar yang ada di lantai dasar. Garing aja gitu :D 
  2. Menuju guesthouse ini, saya ambil jalur dari Jalan Pasar Kembang dekat mulut jalan Malioboro. Masuk ke Gang Sosrowijayan Wetan I. Lokasi gangnya ada di antara Hotel Neo dan Hotel Surya Kencana (atau Surya Mulia, lupa saya hehehe). Setelah masuk gang, lurus dikit, nanti ada belokan pertama kamu belok ke situ ya (belok ke kiri). Lurus saja, penginapannya tegak lurus dengan gangnya. Kalau mau ke Stasiun Tugu dari Pawon Cokelat dengan berjalan kaki, kamu ambil rute ini. 
  3. Bisa juga masuk dari Jalan Sosrowijayan, belok ke gang kecil pertama atau kedua di jalan tersebut. Paling dekat sih gang yang pertama. 
  4. Kalau bawa mobil, parkir mobilnya ini yang bingung. Gak tahu di mana. Kalau parkir motor sih masih bisa di halamannya Pawon Cokelat. 
  5. Agak terganggu dengan proses pembangunan dari hotel megah di dekat Pawon Cokelat. Bising suara mesin lasnya. Baru di atas jam 21.00 suara lasnya berhenti. 
  6. Booking via website Pawon Cokelat.

















Anyway saya akhirnya upload video ke youtube. Newbie, hahaha. Di Jogja saya merekam video menggunakan smartphone (Lenovo A6000+). Sebenarnya mau belajar dulu sih bikin video, supaya begitu diupload video sudah bagus. Tapi kapan mulai belajarnya coba :D hahaa ah yasudah lah. Ini videonya. Silakan dilihat.







Foto : Indra Yudha Andriawan
Video : Nurul Ulu
Teks : Nurul Ulu
16 comments on "Pawon Cokelat di Malioboro"
  1. Ngebayangin Ulu keluar masuk lewat jendela :D

    ReplyDelete
  2. awal liat judulnya saya pikir ini cafe XD
    ternyata setelah dibaca guesthouse yaa :p
    bisa jadi referensi buat aku liburan ke jogja dih kak :D

    thanks for sharing :)

    ReplyDelete
  3. Liat poto2nya sih lumayan ya mak kyanya asal buat tidur aja sih gpp deh lagian pasti banyak kegiatan diluarnya n selama ada wifi ga ada tv pun masih bisa dimaklumi hahaha...

    ReplyDelete
  4. Dari judul, kupikir kuliner, ternyata.. penginapan. Dari foto2nya, terlihat begitu asri dan nyaman sbg tempat untuk istirahat.

    ReplyDelete
  5. Wah guesthouse nya seru. Ada Nabil yg 4 tahun jadi intinya anak-anak diperbolehkan menginap :D asik hehehe jadi recom kalo ke Yogya

    ReplyDelete
  6. Aku pernah lihat guesthouse ini di beberapa hotel aggregator, sempat tertarik buat nginep juga, cuma kok review nya kurang bagus, akhirnya batal. Dan ternyata memang perlu banyak pembenahan ya. Sayang banget. Padahal secara penampakan kayaknya potensial untuk menjadi inapan yang menarik.

    Bagian 'kunci patah dan keluar masuk via jendela' itu epic banget ya. Trenyuh tapi juga bikin senyum-senyum :-D

    ReplyDelete
  7. Foto-fotonya meni keren... itu kunci sampe bisa patah...semangat teuing ...:D

    ReplyDelete
  8. Awalnya saya kira rawon, ternyata pawon, hihi..
    cantik banget tmpatnya gak kalah dengan apartement..
    Saya baru sekali ke malioboro, kalo boleh tahu itu dimana tempatnya yah mbak? makasih.

    ReplyDelete
  9. Tempatnya keren banget mba, kayaknya kapan-kapan mau coba mampir kesana nih sama istri

    ReplyDelete
  10. Keren juga ya sekarang guesthouse Jogya, lagi planning mau ke sana teh, hehehe....^^

    ReplyDelete
  11. Weh...ini di Jogja? Sebagai orang yang rumahnya deket dg Jogja tapi kok ga tahu tempat ini tuh..kebangetaan yak? hihi :p

    ReplyDelete
  12. fix... tujuan traveling slanjutnya ke sini :D

    ReplyDelete
  13. saya sering k jogja ko baru tau ada tempat sekeren ini... pasti keren banget nih buat foto instragamable banget :D

    ReplyDelete
  14. Secara konsep bagus, tapi maaf ada beberapa nilai minus terutama faktor luar pawon cokelat, terutm aksesnya yg terlalu masuk perkampungan yag selama ini dikenal sebagai "pasar kembang", dan aturan mematikan kendaraan bermotor ketika maasuk kehotel pawon cokelat, walaupun begitu tempat ini layak diperhitungkan menjadi tempat singgah ketika berkunjung dijogja

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, cocoknya untuk yang masih muda & yg gak ribet jalan kaki sih :D

      Delete