Social Media

Berkunjung ke Museum Bio Farma yang Baru!

21 December 2015
Hujan belum berhenti sejak dini hari. Bangun tidur dan sadar kalau hujan di luar sana masih 'hujan anjing dan kucing', rasanya pengen tarik selimut lagi. Dan yah tahu sendiri time flies youre having fun :D 

Anyway, saya gak tidur lagi kok karena saya mau having fun jam 10 pagi di Museum Bio Farma! Iya, ceritanya berkunjung ke Museum Bio Farma yang baru. Lho memang ada yang lama? Ada dong, nih tulisan tentang Museum Bio Farma yang pernah saya buat dulu. 

Museum Bio Farma bukan tempat yang asing untuk saya. Di tahun 2013, Komunitas sejarah bernama Aleut pernah berkunjung ke museum tersebut dan saya ikut serta dengan mereka. Jalan-jalan ke Bio Farma, ternyata menyenangkan juga. 

Oya kalau yang belum tahu tentang Bio Farma, pasti bertanya-tanya, apa istimewanya Museum Bio Farma? 

Pada baca buku sejarah Bandung gak nih? Bio Farma itu salah satu lembaga kesehatan tertua di Bandung. Berkat vaksin yang diproduksi lembaga ini, penyakit seperti Cacar Api bisa musnah dari planet bumi. 

Coba Ibu-ibu, pada ngasih vaksin BCG gak ke anak-anaknya? Saya juga ngasih tuh ke Nabil. Vaksin BCG ini dulu adanya impor doang, harganya ratusan ribu! Bio Farma memproduksi vaksin BCG lokal yang harganya gak lebih dari…30.000. Terakhir sih saya vaksinin Nabil tahun 2012 cuma bayar 27.000. Wuih untungnya Bio Farma cepat-cepat bikin vaksin BCG lokal, kalau mesti pake vaksin impor mah mahal banget! 

Oke balik lagi ke sejarah Bio Farma. Perhatikan arsitektur gedungnya: megah, kokoh, dan terlihat seperti bangsawan konglomerat yang mulai manula tapi masih jumawa. Gedung Bio Farma termasuk dalam daftar Bangunan Cagar Budaya. Artinya bangunan tersebut gak bisa seenak seblak diubah arsitekturnya oleh siapapun. Harus minta izin dulu ke Pemerintah Kota Bandung. 

Dibangun saat nenek kita baru dilahirkan, 1926, Wolf Schoemaker adalah arsitek bangunan Bio Farma. Saat itu Bio Farma namanya Institut Pasteur. Mengingat sejarahnya yang panjang dan perannya gak besar, Bio Farma berupaya melestarikan sejarah bangunan tersebut dengan membuat museum. 

Jika sebelumnya Museum Bio Farma terdiri dari satu ruangan saja, sekarang berbeda. Museum Bio Farma jauh lebih luas dan dapat menampung lebih banyak orang. Museumnya juga lebih interaktif. 

Upaya mengubah wajah museum ini termasuk cara Bio Farma ikut melestarikan sejarah Bandung, utamanya di bidang kesehatan. Di dalam Museum Bio Farma kita bisa melihat asal muasa penemuan vaksin, wabah, peralatan yang digunakan di tahun 1930an, dan beberapa lainnya. 

Serunya lagi saya bisa membaca timeline sejarah Bio Farma dari masa ke masa. Dulu tuh gak ada timeline begini, harus nanya ke pemandunya melulu :D Wah menarik ya, tinggal baca sendiri, catat, dan ingat baik-baik. 

Kalau  saya tidak salah ingat, ada lima ruangan berbeda dalam Museum Bio Farma. Pertama-tama meja resepsionis. Ada layar interaktif yang bisa kita lihat dulu sebelum masuk ke ruangan selanjutnya. 

Di ruangan ke dua suasananya lebih dingin dan temaram. Berjajar foto-foto sketch para pendiri dan pimpinan Bio Farma sejak namanya masih Institut Pasteur. Di situ saya melihat ada foto Nyland dan Otten. Di ruangan yang sama disediakan bangku dan layar televisi. Tamu bisa menonton tayangan tentang sejara Bio Farma di sini. 

Ruangan berikutnya berukuran lebih luas dan mulai bisa kita saksikan benda-benda koleksi Bio Farma. Saya menyukai bagian timeline-nya di sini. Informatif! Lanjut ke ruangan yang lain, lampunya lebih terang dan tipikal benda yang dipajangnya sama. Jarak antara benda satu dengan yang lain tidak berdekatan, jadi saya tidak khawatir nyenggol barangnya. Heuheuheu :D 

Kalo museum yang dulu kan sempit, saya takut ceroboh bikin jatuh meja pajangannya itu lho. Sekarang mah museumnya luaaassss! Tapi luas bukan berarti kamu bisa nari-nari di dalemnya sih. 

Anyway, di ruangan terakhir terpajang prestasi Bio Farma dan kepedulian nyatanya terhadap budaya dan seni. Selain piala-piala penghargaan yang diraih Bio Farma di bidang lingkungan, ada juga aneka macam hasil bumi dari Ciletuh Sukabumi. Seperti keripik mangga dan beras ketan hitam. FYI, Bio Farma membina komunitas di Ciletuh dan sebagaimana yang kita ketahui, Ciletuh sedang dipersiapkan menjadi Geopark Nasional di tahun 2017 nanti. Unesco yang nanti memutuskan Ciletuh layak gak jadi Geopark.

Museum Bio Farma menurut saya mah a must-visit place di Bandung, terutama kalau kamu menyukai sejarah. Kalau buat anak-anak sekolahan malah lebih bagus lagi, nyambung ke tema pendidikan kesehatan. 

Ibu Guru, Bapak Guru, bawa anak didiknya berkunjung ke Museum Bio Farma ya, biar melek tentang pentingnya vaksin, supaya melek tentang sejarah kesehatan di Indonesia dan Bandung. Lagian kita harus bangga, Bio Farma ini satu-satunya di Asia yang memproduksi vaksin untuk manusia. Di dunia cuma ada 23 negara yang boleh impor vaksin, Bio Farma salah satunya dan termasuk yang terbaik! 

Mau lihat Museum Bio Farma? Setahu saya sih gratis. Oiya, ini nomor kontak yang bisa kalian hubungi:

Ibu N.Nurlela
Tlp : 022-203 3755
Email : corcom@biofarma.co.id

Kontak Bio Farma di Twitter juga bisa.

Cara Menuju Museum Bio Farma

  1. Lokasinya di Jalan Pasteur, di bawah Jembatan layang Pasupati, dekat ke arah Jalan Cipaganti. 
  2. Angkot yang lewat : Lembang - St.Hall, Karang Setra - St.Hall
  3. Masuk dari pintu gerbang yang dekat Masjid Bio Farma

















10 comments on "Berkunjung ke Museum Bio Farma yang Baru! "
  1. Ooh, Schoemaker, doi kan gurunya Bung Karno. Emg arsitek yg udh mapan sih pada jamannya...

    Btw, cacar api itu jangan2 serangan dari negara api ya
    Hihihi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup dan Soekarno yg jadi asisten Schoemaker waktu dia merancang Grand Preanger Hotel. Ealaaa cacar api yang ituh gak ada di negara api :P

      Delete
  2. sering denger nama tempatnya dari temen yang dibandung nanti kapan waktu kalo kesana bisa dicoba main ketempat ini kalo temenmu sempet itu juga hhe

    ReplyDelete
  3. Ini boleh ga ya kalau pribadi, nggak rombongan? Alamat? Tiket? Mau ngajak Salwa.

    Yasyudah, kepoin Twitternya aja deh. Hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harusnya sih bisa, yg penting telpon nomor di atas itu, Teh. Alamat di Jl. Pasteur tepatnya gak tahu nomer berapa. Tapi patokannya pas di bawah jalan layang Pasupati, deket Jl. Cipaganti. Tiket gak ada, setahu Ulu mah gratis.

      Delete
  4. Keren ya biofarma bisa ciptain vaksin BCG lokal, ampun deh klo semua anak kudu BCG pake yg impor :) Semoga kapan2 bisa berkunjung ke museum ini juga.

    ReplyDelete
  5. unik ya, sampe di bikin museum. Sayang belum sempat ke Bandung, padahal bagus untuk anak-anak

    ReplyDelete
  6. Kalau ke Bandung kayaknya gak cukup sehari doang ya. Hehehe.
    Soalnya banyak tempat keren macam ini.

    ReplyDelete