Social Media

Bertemu Saudara Lama di Pasar Baru Bandung

02 February 2015
Pasar Baru. 

Aha! Ring a bell? Siapa yang gak tahu tentang Pasar Baru-nya Bandung. Kalian tahu tidak berapa jumlah rupiah yang berputar-putar di Pasar Baru setiap harinya? hampir 20 miliar per hari. Dua puluh miliar! 

Pasar Baru itu tempat jual beli. Semua produk yang ada dari ujung kepala sampai ujung kaki kalian ada di tempat ini. Harganya murah meriah muncrat! Produknya dari yang paling norak sampai yang paling trendy. Mau cari tahu sedang demam fesyen apa di Bandung dan apa produk fesyen yang teman-teman bisa beli di Pasar Baru lalu dijual di kota lain? Pergilah ke Pasar Baru.

Pasar Baru juga kayaknya satu-satunya tempat favorit turis asal Malaysia deh. Hahaha :D kayaknya wajib gitu ke Pasar Baru. Cuma di tempat ini mata uang ringgit mendapat kedudukan setara dengan rupiah. 

Sesungguhnya Pasar Baru adalah tempat yang "gak saya banget". Saya suka belanja, iya tentu saja. Namun Pasar Baru buat saya terlalu padat. Jika terpaksa harus berbelanja ke pusat perdagangan fesyen grosiran ini, saya sudah membuat daftar belanjaan terlebih dulu di rumah dan tidak mau menjelajah banyak kios di Pasar Baru demi memperoleh harga yang murah. Males muter-muterin kios di sana. Pusing. 

Prinsip belanja saya di Pasar Baru: Bikin daftar belanja - datang di hari kerja - jam 9 pagi sudah di lokasi - cari maksimal 2 kios untuk perbandingan harga - beli - pulang. Jarang menjelajah Pasar Baru dari  lantai 2 sampai 7. Lantai dasar dan satu sudah paling mentok alias cukup sudah! 

Tapi teman-teman tahu tidak kalau Pasar Baru ini salah satu titik terpenting perkembangan kota Bandung dahuluuuuu di awal tahun 1900an, baik secara ekonomi maupun budayanya. Sekarang juga masih jadi kawasan yang sangaaat penting di Bandung, tapi bisnisnya doang. Kelestarian sejarahnya mana dipeduliin. Kasihan.


Di tahun 1935 Pasar Baru pernah mendapat penghargaan sebagai pasar terbersih dan paling tertib se-Hindia Belanda (se-Indonesia). Melihat kondisinya sekarang, rasanya gak percaya Pasar Baru pernah mengalami masa kejayaan kategori terbersih dan paling teratur. Mungkin mirip pasar-pasar di Singapura itu yah sekarang mah.

Siapa yang tinggal di kawasan Pasar Baru tempo dulu?

Orang-orang keturunan Tionghoa bermukim di sekitar areal Pasar Baru. Tidak mereka saja karena orang-orang dari tempat lain kayak Palembang, dan bangsa lain seperti Arab, juga memilih tinggal di wilayah Pasar Baru. Mereka ini saudagar alias pedagang. Biasanya disebut Orang Pasar.

Kenapa mereka pada kumpul di Pasar Baru? Karena Pasar Baru yang ada di bagian selatan Bandung ini jadi pusat perdagangan pada waktu itu. Juga karena dekat dengan stasiun kereta api, pintu keluar masuknya Bandung. Dan ini yang terpenting sih: bagian utara Bandung itu tempat tinggal orang-orang Belanda. Jadi kepada non-belanda silakan menepi ke selatan Bandung deh. Gitu kira-kira peraturan tidak tertulis jaman dahulu.

Makanya gak aneh kalau berjalan-jalan di luar gedung Pasar Baru, teman-teman perhatikan deh bangunan di sekitarnya. Mereka berbeda dengan bangunan tempo dulu yang lain, misalnya rumah nenek kalian, juga beda dengan bangunan kolonial lainnya. Kebanyakan rumah di sini bergaya arsitektur Tionghoa. Bisa terlihat dari bagian atapnya. Gak sedikit juga yang rumahnya macam bangunan-bangunan bergaya arsitektur campuran antara Tionghoa, Islam, dan kolonial.


Ngomong-ngomong, tahu Arifin Panigoro? pengusaha terkenal itu loh. Nah beliau itu orang Pasar Baru! Saya pernah ikut tur wisatanya Mooi Bandung, pemandunya menunjukkan pada kami di mana lokasi rumah keluarga Arifin Panigoro. Oh! Gak nyangka banget ternyata beliau Orang Pasar :D 

Saya paling senang jalan-jalan di sekitar Pasar Baru. Wisatawan tahunya Pasar Baru itu ya tempat belanja. Sementara bagi sebagian orang Bandung, Pasar Baru artinya ada dua. Pertama, Gedung Pasar Baru. Kedua, wilayah di luar gedungnya Pasar Baru. Nah yang saya lagi bahas di sini adalah Pasar Baru bukan yang tempat belanjanya, bukan gedung Pasar Barunya. Melainkan areal yang mengelilingi gedung Pasar Barunya. Ada jalan Tamim, jalan Gardujati, jalan Pasar, jalan Kebon Kawung, jalan Pecinan Lama. Banyak tuh, hehehe.

Ada banyak yang bisa dilihat di sana, di kawasan Pasar Baru. Bangunan tua, kegiatan warga, toko-toko kuno, dan aneka cemilan tradisional. Toko Babah Kuya, Jalan Tamim, Toko Kopi Box Jaya, dan kawan-kawan penghuni wilayah Pasar Baru lainnya. Termasuk Kopi Aroma! 

Melihat bangunan tua di sana saya tuh kayak ketemu saudara lama. Meski saya harus menelan kecewa karena banyak saudara lama saya yang sudah berganti muka jadi modern atau kalau gak ya kumuh dan gak terawat. Sedih kalau begini, Bandung tuh kehilangan identitas sejarahnya. Perjalanan kemarin di sana, saya menyusuri jalan Tamim dan menyadari kalau di sepanjang jalan tersebut, rumah yang masih asli tinggal satu! Ya ampun! 

Rumah satu-satunya yang masih bergaya arsitektur Tionghoa ini pintu, jendela, sampai lantainya semua masih orisinil. Sayang sekali kalau yang tinggal satu-satunya ini juga direnovasi dengan lantai marmer dan pintu seret besi itu loh. Ah tidaaak! Karena rumah tersebut bagian mukanya adalah toko kelontong, saya masuk ke dalamnya dan melihat-lihat barang dagangannya. Beli sedikit, sebenernya gak butuh amat. 

Begini, teman-teman, lain kali kalian traveling ke suatu tempat, mampirlah ke toko lokalnya dan beli sesuatu dari mereka. Mereka bakal senang, secara ekonomi terbantu, secara psikologis juga kita memberi mereka harapan hidup. Lebay amat ya saya hehehe tapi begitu memang. Siapin bekal uang bukan untuk oleh-oleh saja, tapi juga untuk belanja produk lokal. 

Pasar Baru buat saya bukan tempat berburu barang murah. Ia tempat nostalgia saya membeli perlengkapan sekolah dan menengok kios ayam kakek ketika saya masih bocah. Pasar Baru juga tempat saya bisa bertemu saudara lama: bangunan tua dan beragam peninggalan sejarah yang masih tersisa.

Foto-foto yang ada di tulisan ini menunjukkan kawasan di LUAR GEDUNG Pasar Baru, ya. Ya kapan-kapan saya buatin tulisan tentang dalemannya si Pasar Baru deh. Cari temen dulu yang doyan ke Pasar Baru, karena baik saya maupun Gele, gak terlalu suka masuk Pasar Baru jadi gak kenal daleman di gedungnya. Hehehe. 




11 comments on "Bertemu Saudara Lama di Pasar Baru Bandung"
  1. wa suka banget sama bangunannya,belanda bangett,jadul banget...suka juga kalau pasarnya begini,bersih juga^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. tapi ini bukan gedung Pasar Baru, mba :D ini mah wilayah sekitar gedungnya Pasar Baru dan arealnya gak bersih hehehe. banyak bangunan yang bentuknya tempo dulu banget emang di sana, tapi bangunannya mulai pada modern sekarang bentuknya euy.

      Delete
  2. Sering dengar tentang Pasar Baru Bandung ..tp belum berkesempatan kesana..menunggu ada org bandung yg ngajakin nih

    ReplyDelete
  3. Unik mak buat foto"bagus nih, aku belom penah ksana mak hehe, nice share

    Xoxo
    http://leeviahan.blogspot.com

    ReplyDelete
  4. Aku muter2 di pasar baru karena penasaran. Hihi. Tapi pegel trus langsung pulang, makan di depan pasar baru.
    Btw, ternyata kalo di pasar baru ada yang pake uang ringgit ya, mba? Baru tahu :D

    ReplyDelete
  5. saya paling males ke pasar baru, klo butuh mending titip mamah aja hehehe...
    br ngeuh kawasan sekitarnya unik gt :)

    ReplyDelete
  6. Sayang bangunan tuanya dibiarkan begitu aja yaa. Andai dipercantik dg style baru, pasti menarik

    ReplyDelete
  7. Kalo di Bogor, daerah seperti ini adanya di sepanjang Jl. Suryakencana. Sama, dari dulu sampai sekarang penampakannya gitu-gitu aja.

    ReplyDelete
  8. Jadi kangen pasar baru tempo dulu, jaman masih SD hehehe..

    ReplyDelete
  9. Pasar baru buat Bi Ima udah kaya rumah sendiri, Lu. Bi Ima mah besar dan "hidup" disana, dari kecil dibawa-bawa ke pasar. Bahkan sampai harus dateng ke acara rapat pas bangunan pasar baru mau di rombak jadi kaya sekarang, sedih pisan. Eh, lu, itu aya poto toko kue. Itu toko kue kering pavorit Ima sama Ma Nini kalo mau pulang, pasti mampir kesini dulu buat beli camilan buat pulang hahahahaa... waas pisan, jadi kangen Bapa

    ReplyDelete