Social Media

Roti Berkote, Emang Ada?

26 April 2013
Salah satu kawasan favorit saya di Bandung adalah Pecinan. Dahulu ketika Belanda masih menduduki Bandung, mereka membagi Bandung jadi dua area: utara dan selatan. Utara untuk bule-bule dan antek-anteknya, selatan untuk kaum pribumi. Untuk kaum bermata sipit dan berkulit putih (Ting Hoa), mereka tinggal di kawasan yang sekarang berpusat di Pasar Baru. 

Mesti diakui bahwa kawasan bisnis ini berantakan, tidak bersih, dan apa ya...semacam abandoned gitu. Agak-agak kumuh. Diantara berantakannya itu ada beberapa bangunan yang masih berusaha untuk terus hidup. Saya suka bangunan-bangunan tua di kawasan Pecinan. Bentuk bangunannya berbeda dengan rumah yang pernah saya tinggali. Jadi saya penasaran bagaimana rupa bangunan Pecinan itu didalamnya. Pintu dan jendelanya kalau bisa ngomong mau saya ajak ngobrol. Apa yang mereka lihat di Bandung tahun 20an? Siapa saja penghuninya di Bandung tahun 30an? Dimana orang-orang nongkrong pada masa itu? :D

Cibadak adalah salah satu kawasan Pecinan (ini menurut saya sih :D). Di jalan ini ada beberapa gang kecil yang menghubungkan Jalan Cibadak dengan Jalan raya lainnya. Nah gang paling pertama yang bisa kamu temukan di Jalan Sudirman terhubung dengan Jalan Cibadak.

Kenapa saya ngomongin gang ini?
Karena ada tukang jualan roti yang lezat sekali rotinya!
Bukan cuma lezat pastinya, porsinya juga tebal. Gendut.
Meski demikian, harganya juga mahal euy :D
Tapi ada pilihan kok kalau gak mau yang mahal mah.

Gang Kote namanya. Penjual roti itu menamakan rotinya Roti 234, orang-orang mengenalnya dengan nama Roti Gang Kote. Mereka memproduksi rotinya sendiri. Entah dimana proses pembuatan rotinya. Mereka menjual roti tawar dan roti kadet.

Bentuk rotinya sama seperti roti pada umumnya. Bedanya, roti 234 ini teksturnya empuk sekali. Ukurannya, seperti yang sudah saya ceritakan diawal: tebal. Mantap. Belum pernah saya makan roti dengan isian setebal ini. Beneran!

Akang-akang yang jualan rotinya tidak segan-segan menumpahkan taburan apapun didalam rotinya. Kalau selai, ya selainya banyak. Kalau kornet ya kornetnya melimpah. Kalau keju ya kejunya dipotong tidak kecil juga tidak tipis melainkan banyak. Oooh. Ini favoritku: Keju!

Harganya (untuk saya) mahal tapi sepadan rasa pastinya. Saya gak terlalu sering beli roti kote ini. Tidak terlalu sering bertemu bikin makin kangen toh :D bayangkan betapa saya nunggu-nunggu roti kote ini dan bayangkan juga rasanya di mulut waktu gigitan pertamanya. Uh enak banget! 

Ada tiga paket harga: biasa, spesial, dan super. Sebaiknya beli yang spesial saja. Harganya beda tipis dengan paket yang biasa. Kalau ambil yang biasa, terlalu sayang di ukuran rotinya lebih terasa mahalnya saja :D 

Saya suka beli roti isi keju susu, Rp 30.000 dapat 12 potong. Tebal-tebal. Ya rotinya ya kejunya.  Makan satu atau dua potong juga sudah kenyang. 

Kapan-kapan main ke Bandung atau sedang kebetulan lewat Cibadak, liat-liat gangnya, siapa tahu berjodoh dengan Gang Kote. 
4 comments on "Roti Berkote, Emang Ada?"
  1. udah jadi langganan saya nih... tapi saya lebih suka gak dibakar cukup pake bumbu aja...

    ReplyDelete
  2. nah! yang beginian nih perlu dicicip! hehe, vielen dank infonya mbak!

    ReplyDelete
  3. nah! yang beginian nih perlu dicicip! vielen dank infonya, mbak!

    ReplyDelete